MENGETAHUI MUSEUM LEBIH DALAM
Ira Andestia
(1313033041)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa. Pemilik alam
semesta yang telah memberi rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas membuat
buku panduan museum yang telah diberikan oleh Dr. R. M. Sinaga, M.Hum kepada
penulis dengan judul “MENGETAHUI MUSEUM LEBIH DALAM” sebagai tugas UAS yang
telah diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa buku ini berjalan atas
dukungan dari segala pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih dan rasa hormat kepada:
1. Dr. R. M. Sinaga, M.Hum sebagai dosen
pengampu mata kuliah Museologi.
2.
Orang Tua yang senantiasa memberikan motivasi dan
doa’nya.
Semoga Buku Panduan Museum ini dapat bermanfaat bagi pembaca buku, selain itu penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan buku ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis nantikan demi perbaikan kearah
kesempurnaan, akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Bandar
Lampung, Juni 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR
ISI................................................................................................. iii
PENDAHULUAN........................................................................................ 1
BAB
I. SEJARAH
PERKEMBANGAN MUSEUM
A. Sejarah Museum Dunia.................................................................... 2
B. Sejarah Museum di Indonesia......................................................... 3
C. Cikal Bakal Museum....................................................................... 4
D. Museum-Museum Pertama di Dunia............................................... 7
E.
Penyebaran Museum
Model Eropa.................................................. 8
F.
Fungsi Museum Pada
Zaman Dahulu dan Sekarang....................... 10
BAB
II. MUSEUM DAN FUNGSINYA DARI MASA KEMASA
A.
Perkembangan Museum
Abad Ke XIX.......................................... 11
B.
Perkembangan Museum
di Indonesia.............................................. 14
BAB
III. KOLEKSI
MUSEUM
A. Koleksi Museum ......................................................................... 21
B. Koleksi Pribadi.................................................................................. 21
C. Penggadaan Koleksi.......................................................................... 22
D. Jenis Museum Berdasarkan Koleksi.................................................. 25
BAB
IV. KONSERVASI MUSEUM
A. Konservasi....................................................................................... 30
B. Objek Koleksi Museum................................................................... 31
A. Faktor Kerusakan Museum.............................................................. 32
B. Prosedur Kerja Konservasi.............................................................. 36
C. Kajian Lapangan.............................................................................. 37
BAB
V. MARKETING DAN PEMASARAN MUSEUM
A.
Pemasaran Museum......................................................................... 43
B.
Strategi dan Marketing Museum...................................................... 49
C.
Maksud dan Tujuan
Strategi Pemasaran Museum........................... 50
BAB
VI. PUBLIKASI
DAN MARKETING MUSEUM
A. Publikasi Museum............................................................................ 53
B. Dampak Bagi Museum Yang Kurang Dipromosikan...................... 56
C. Riset pengunjung............................................................................. 57
D. Marketing dan Pemasaran Museum................................................. 58
BAB
VII. TANTANGAN DAN PERMASALAHAN MUSEUM
A.
Tantangan Museum......................................................................... 62
B.
Permasalahan Museum.................................................................... 66
C.
Solusi Masalah
Museum.................................................................. 69
BAB
VIII. JENIS-JENIS
MUSEUM DI DUNIA
A. Jenis-Jenis Museum......................................................................... 71
B. Museum Tertutup dan Terbuka....................................................... 72
C. Museum Keliling............................................................................. 72
D. Jenis Museum Berdasarkan Kedudukannya.................................... 73
E.
Klasifikasi Museum
Menurut Pengelolaannya................................ 75
F.
Tipe-Tipe Museum........................................................................... 76
G. Museum Yang Ada Diluar Negeri................................................... 90
H. Museum Sebagai Edukasi dan Rekreasi.......................................... 92
BAB
IX. MUSEUM DAN AUDIENS
A.
Pengertian dan
Jenis Audiens.......................................................... 93
B.
Peranan Audiens Terhadap Eksistensi Museum............................... 93
C.
Perkembangan Museum
dan Audiens di Indonesia........................
101
D.
Usaha Evalusi Untuk
Menarik Minat Audiens................................ 103
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 106
PENDAHULUAN
Membicarakan mengenai Museum kita pasti terbayang tempat
yang menyeramkan, tempat barang-barang kuno, kusam, buruk, atau parahnya lagi
kita menganggap itu adalah tempat barang rongsokan yang tidak asik untuk di
kunjungi. Padahal dibalik itu semua kita tidak sadar bahwa museum adalah tempat
dimana kita dapat flas back dan menegetahui apa yang dilakukan oleh nenek
moyang kita dahulu sehingga kita dapat menikmati hal-hal seperti ini sekarang.
Tidak banyak masyarakat yang peduli akan sejarah kehidupan nenek moyangnya,
akan asal usul kehidupannya, mereka terlalu asik dengan kehidupan yang serba
mewah, canggih, modern dan serba cepat.
Bahkan tidak sedikit masyarakat di indonesia ini yang seumur hidupnya belum
pernah mengunjungi museum, sedangkan bagi mereka yang sudah mengunjungi museum
hanyalah mereka yang terpaksa seperti mereka yang ada kunjungan dari sekolah
mewajibkan untuk pergi ke museum dan mahasiswa jurusan sejarah yang diwajibkan
untuk observasi museum. Memang ada segelintir masyarakat yang peduli dengan
museum dan mau belajar serta memanfaatkan isi museum sebagai tempat
pembelajara, tetapi sedikit sekali yang sadar akan hal itu bahkan dapat di itung
dengan jari.
Disini penulis akan menerangkan mengenai sedikit tentang
museum, pentingnya museum, manfaat yang ada didalam museum dan masih banyak
lagi yang berhubungan dengan museum. Dengan harapan setelah mereka yang membaca
buku panduan museum ini akan lebih menghargai museum dan dapat memanfaatkan
museum dengan sebaik-baiknya bukan hanya dijadikan pelengkap kota saja.
BAB I
SEJARAH MUSEUM
A.
Sejarah Museum di Dunia
Istilah museum berakar pada kata “Mouseion” yang dalam
bahasa Yunani berarti "Kursi Muses." Mouseion merupakan lembaga
filosofis atau tempat kontemplasi. Kata Mouseion kemudian diturun dalam bahasa
Latin menjadi museum. Museum pada zaman Romawi dibatasi penggunaannya untuk
menyebut tempat diskusi filosofis.
Lahirnya Museum juga tidak terlepas
dari kehadiran manusia di muka bumi, mereka sudah memperlihatkan kegemaran
mengumpulkan sesuatu yang dipandang menarik atau unik. Hal ini ditunjukkan oleh
adanya temuan-serta pada makam-makam prasejarah di berbagai negara. Kemungkinan
besar temuan-temuan itu merupakan benda-benda koleksi si mati semasa hidup.
Di Eropa terutama Yunani dan Romawi,
benih-benih permuseuman lahir akibat peperangan. Biasanya kerajaan yang
menguasai wilayah lain akan membawa banyak rampasan perang. Lahirnya museum
juga tidak lepas dari hobi kalangan terpelajar dan bangsawan Eropa untuk
mengumpulkan benda-benda kuno. Ketika itu benda-benda kuno terlebih yang
dianggap menarik, indah, aneh, atau langka, amat diminati. Apalagi yang berasal
dari suatu zaman yang disebut-sebut oleh kitab sejarah, legenda, atau dongeng.
Sifat kritis dan selalu ingin tahu
menjadi ciri pikiran orang Eropa, sehingga berbagai ilmu berkembang dengan
pesat. Bersamaan dengan itu, para pedagang barang antik juga mempunyai naluri
bisnis.
Mereka sering bepergian ke berbagai
tempat, termasuk ke negara-negara non Eropa. Dari sana mereka membawa berbagai
kisah dan benda dari negara-negara yang mereka kunjungi. Hal ini membawa
kesadaran pada orang-orang Eropa bahwa di luar lingkungannya masih banyak terdapat
kebudayaan lain.
Perkembangan hingga abad ke-17
memperlihatkan minat yang mula-mula terpusat pada sejarah bangsa Eropa,
berkembang lebih luas. Akibat kegiatan orang-orang berada dan terpelajar,
terkumpullah benda-benda kuno dalam jumlah besar. Benda-benda tersebut kemudian
disimpan dalam suatu tempat. Mereka saling mempertontonkan koleksi, bahkan
secara berkala mereka bertemu untuk mendiskusikan benda-benda tersebut.
B.
Sejarah Museum di Indonesia
Museum di negara kita Indonesia telah ada sejak 130 tahun
lalu, tepatnya tahun 1062, didirikan oleh Pemerintah India Belanda, berlokasi
di Jakarta. Berdirinya museum itu, diawali dengan adanya usaha-usaha
pengumpulan benda-benda warisan budaya Bangsa Indonesia untuk kepentingan
penelitian ilmu pengetahuan masa lalu, kini dan akan datang. Museum yang
pertama berdiri itu, bernama Bataviaasch
Genootschop Vfan Kunsten En Westencshappen, kini Musuem Nasional, terletak
di jalan Merdeka Barat No.12 Jakarta. Sebelumnya Museum itu bernama Gedung
Gajah dan Gedung Arca, yang sampai saat ini menyimpan 80.000 lebih buah
koleksi.
Berdirinya
museum di Indonesia ini, dipengaruhi oleh perkembangan Museum yang ada di
Belanda. Diawali oleh seorang pegawai VOC yang bernama G.E. Rumphius yang pada
abad ke-17 telah memanfaatkan waktunya untuk menulis tentang Ambonsche
Landbeschrijving yang antara lain memberikan gambaran tentang sejarah
kesultanan Maluku, disamping penulisan tentang keberadaan kepulauan dan
kependudukan. Memasuki abad ke-18 perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan
kebudayaan baik pada masa VOC maupun Hindia-Belanda makin jelas dengan
berdirinya lembaga-lembaga yang benar-benar kompeten, antara lain pada tanggal
24 April 1778 didirikan Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen,
lembaga tersebut berstatus lembaga setengah resmi dipimpin oleh dewan direksi.
Pasal 3, dan 19 Statuten pendirian lembaga tersebut menyebutkan bahwa salahsatu
tugasnya adalah memelihara Museum yang meliputi: pembukuan (boekreij);
himpunan etnografis; himpunan kepurbakalaan; himpunan prehistori; himpunan
keramik; himpunan muzikologis; himpunan numismatik, pening dan cap-cap; serta
naskah-naskah (handschriften), termasuk perpustakaan.
C.
Cikal Bakal Museum
1. Zaman Kuno
Sebuah pengembangan terhadap gagasan museum terjadi
pada awal milenium 2 SM di Larsa, Mesopotamia, yang dilakukan dengan cara
menyalin prasasti tua untuk digunakan di sekolah-sekolah. Kriteria ini
tampaknya telah terdapat pada benda-benda yang ditemukan oleh Sir Leonard
Woolley. Temuan Woolley mengindikasikan bahwa raja Babilonia Nebukadnezar dan
Nabonidus telah mengumpulkan barang antik selama masa kekuasaan mereka. Selain
itu, di kamar sebelah kuil sekolah tidak hanya ditemukan koleksi barang antik,
tetapi juga sebuah tablet prasasti abad ke-21 SM.. Woolley menafsirkan tablet
itu sebagai label museum. Penemuan ini tampaknya menunjukkan bahwa
Ennigaldi-Nanna, putri Nabonidus, dan pendeta yang mengelola sekolah, memiliki
sebuah museum pendidikan kecil di sana.
2. Zaman Klasik
Dalam kerajaan Yunani dan Romawi persembahan nazar
ditempatkan di kuil-kuil, kadang-kadang dalam tempat yang khusus dibangun. Ini
hanyalah salah satu contoh bahwa mereka memiliki karya seni, keingintahuan
alami dan barang-barang eksotis yang dibawa dari bagian kerajaan yang jauh.
Mereka memaerkannya untuk umum, seringkali dengan menarik biaya yang kecil dari
para pengunjung. Yang lebih mendekati konsep museum adalah pinakotheke Yunani,
yang didirikan pada abad ke-5 SM di Acropolis, Athena. Di situ ditempatkan
lukisan untuk menghormati para dewa. Seni juga berlimpah di tempat umum Roma,
tapi tidak ada museum. Tidak dapat diaksesnya lebih dari satu koleksi Kaisar
Romawi adalah subyek komentar publik, dan Agrippa, seorang wakil dari Augustus,
menyatakan r pada abad ke-1 SM bahwa lukisan dan patung harus tersedia untuk
masyarakat.
3. Asia dan Afrika
Di Cina, aktifitas mengumpulkan dimulai setidaknya
pada awal Dinasti Shan (abad XVI SM -XI SM). Aktifitas tersebut kemudian
dikembangkan oleh Dinasti Qin (abad III SM) sebagaimana terlihat pada makam
Kaisar Shih Huangti, dekat Sian (Xian) yang dijaga oleh prajurit-dan kuda terra
cotta. Bersama benda-benda pemakaman lainnya, benda-benda tersebut disimpan di
Museum Figure Qin. Istana Shih Huangti tercatat memiliki benda-benda langka dan
berharga. Kaisar Cina
berikutnya terus mempromosikan seni, baik lukisan, kaligrafi, logam, batu giok,
kaca, dan tembikar. Salah satunya Kaisar Han Wu-ti (141/140-87/86 SM) yang
mendirikan sebuah akademi yang berisi lukisan dan kaligrafi dari masing-masing
provinsi di China. Begitu pula dengan kaisar terakhir Dinasti Han, Hsien-ti
(turun tahta 220 AD), yang mendirikan sebuah galeri yang berisi potret para
menterinya. Sementara di Jepang, Kuil Todai menjadi rumah bagi sebuah patung
perunggu Sang Buddha Agung (Daibutsu) yang dibangun pada abad ke-8 di Nara.
Harta karun kuil candi ini masih dapat dilihat di Shoso.
Pada waktu yang sama, masyarakat Islam sedang membuat
koleksi peninggalan di makam-makam para syuhada Muslim. Gagasan wakaf, yang
diresmikan oleh Rasulullah sendiri, secara tidak langsung juga mengakibatkan
pembentukan koleksi. Di Afrika tropis koleksi benda-benda juga memiliki sejarah
panjang, seperti yang terdapat di kuil dan dalam upacara keagamaan tertentu.
Eropa Abad Pertengahan Koleksi
Eropa abad pertengahan meliputi hak prerogatif rumah pangeran, gereja dan
benda-benda yang diduga peninggalan Kristen. Pada saat itu link maritim Eropa
dengan seluruh dunia sebagian besar melalui pelabuhan Lombardy dan Tuscany di
utara Mediterania yang membawa kontak antara semenanjung Italia dan Benua.
Alhasil, pergerakan barang antic pun terjadi. Henry of Blois, Uskup Winchester,
dilaporkan telah membeli patung-patung kuno selama kunjungannya ke Roma pada
tahun 1151 dan mengirim patung-patung itu ke Inggris dengan durasi perjalanan
sekitar satu bulan. Pergerakan barang antik tidak terbatas di Italia saja.
Benda-benda eksotis dari daerah lain pun yang memasuki pelabuhan Italia segera
menemukan jalan untuk menjadi koleksi kerajaan. Misalnya, keterlibatan Venesia
dalam Perang Salib Keempat pada awal abad ke-13 mengakibatkan terjadinya
transfer kuda perunggu dari Konstantinopel ke Basilika San Marco di Venesia.
4. Italia Masa Renaissance
Pengaruh Renaissance Eropa yang merambah Italia juga
menghasilkan pengkoleksian besar-besaran. Italia mulai tertarik pada warisan
klasiknya. Pedagang-pedagang baru dan keluarga perbankan mulai menghasilkan
koleksi barang antik yang mengesankan. Salah satu koleksi yang terkenal adalah
koleksi Cosimo de' Medici yang dibangun di Florence pada abad ke-15. Koleksi
tersebut dikembangkan oleh keturunannya hingga akhirnya diwariskan kepada
negara pada tahun 1743 dan dapat diakses oleh orang-orang Tuscany dan semua
bangsa.
D.
Museum-museum Pertama di Dunia
1. Museum Ashmolean
Lembaga pertama yang menerima koleksi pribadi,
mendirikan bangunan untuk menyimpannya dan menyediakannya untuk publik adalah
University of Oxford. Koleksi tersebut awalnya milik Elias Ashmole yang
mencakup banyak koleksi Tradescant. Koleksi itu sendiri akan diberikan itu
dengan syarat ada tempat untuk meneyimpannya. Setelah bangunan tempat menyimpan
koleksi beridiri, akhirnya menjadi dikenal sebagai Museum Ashmolean yang dibuka
pada tahun 1683. Museum ini kemudian pindah ke gedung baru lainnya yang berada
di dekat bangunan lama, dan bangunan lama kini menjadi Museum Sejarah Ilmu
Pengetahuan)
2. British Museum
Pada abad ke-18, berkembanglah pencerahan, semangat
ensiklopedik dan eksotisme. Perkembangan yang didorong oleh peningkatan
eksplorasi dunia ini kemudian melahirkan dua museum terkemuka Eropa, British
Museum di London yang dibuka pada 1759 dan Louvre di Paris yang dibuka pada
1793. British Museum dibentuk sebagai hasil tanggung jawab pemerintah dari
untuk melestarikan dan memelihara koleksi untuk kepentingan umum.
Koleksi-koleksi itu ditempatkan di Montagu House, Bloomsbury. Koleksi- tersebut
semula dimiliki oleh Sir Robert Cotton, Robert Harley, 1st Earl of Oxford dan
Sir Hans Sloane. Koleksi Cotton dan Harley terdiri dari naskah, koleksi Sloane
meliputi sejarah spesimen alam dari Jamaika dan klasik, etnografi, numismatic,
benda seni dan cabinet, sementara koleksi William Courten secara keseluruhan
terdiri dari 100.000 item.
3. Museum Louvre
Di negara Perancis di mana koleksi kerajaan yang tidak
dapat diakses oleh rakyat, berupa lukisan dipamerkan di Istana Luksemburg pada
tahun 1750 oleh Louis XV. Tekanan terus-menerus, termasuk usulan Diderot
tentang museum nasional, menyebabkan munculnya rencana untuk koleksi kerajaan
di depan publik di Galerie Grande di Istana Louvre. Galerie Grande dibuka untuk
umum pada tahun 1793 dan di bawah dekrit pemerintah revolusioner disebut
sebagai Museum Pusat Seni.
Namun, berbagai kesulitan kemudian muncul sehingga
museum tidak sepenuhnya bisa diakses hingga 1801. Koleksi Museum Louvre
meningkat tajam setelah Konvensi Nasional menginstruksikan Napoleon menyediakan
benda seni selama masa kampanyenya di Eropa. Hasilnya, banyak koleksi kerajaan
dan bangsawan ditransfer ke Paris untuk dipertunjukkan pada apa yang dikenal sebagai
Musee Napoleon. Tetapi, pada tahun 1815 Kongres Wina mewajibkan koleksi
rampasan itu. Kendati demikian, Napoleon telah merintis sejumlah koleksi untuk
umum.
4. Museum Roma
Pada abad XVIII
koleksi Vatikan juga mengalami reorganisasi besar-besaran. Museum
Capitoline dibuka untuk umum pada tahun 1734 dan Palazzo de Consevatori diubah
menjadi galeri lukisan pada 1749. Selanjutnya, Museum Pio Clementino (sekarang
salah satu bagian dari kompleks museum di Vatikan) dibuka pada 1772 sebagai
rumah penyimpanan koleksi benda-benda antik. Arsitektur neoklasik bangunan ini
menjadi sebuah standar yang ditiru oleh sejumlah negara Eropa selama setengah
abad.
E.
Penyebaran Museum Model Eropa
Sebelum akhir abad XVIII, fenomena museum menyebar ke
bagian lain di dunia. Di Amerika Serikat, misalnya, Charleston Library Society
of South Carolina mengumumkan niatnya membentuk sebuah museum. Tujuannya adalah
untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang pertanian dan obat-obatan
herbal di daerah. Lembaga lain awal, Museum Peale, dibuka pada tahun 1786 di
Philadelphia oleh pelukis Charles Wilson Peale. Koleksi cepat memenuhi ruang
yang tersedia di rumahnya dan koleksinya pernah untuk satu waktu di
Independence Hall.
Pengaruh kolonial Eropa juga bertanggung jawab atas
munculnya museum tempat lain. Di Jakarta, koleksi Masyarakat Seni dan Ilmu
Batavia dimulai pada tahun 1778, akhirnya menjadi Museum Pusat Kebudayaan
Indonesia dan akhirnya bagian dari Museum Nasional. Asal-usul dari Museum India
di Calcutta juga serupa, berdasarkan koleksi Asiatic Society of Bengal, yang
dimulai pada tahun 1784. Di Amerika Selatan sejumlah museum nasional berasal
dari awal abad 19. Museum Ilmu Alam Argentina di Buenos Aires didirikan pada
tahun 1812 dan Museum Nasional Brasil di Rio de Janeiro, yang mulai memarkan
lukisan yang disajikan oleh John VI, dibuka untuk umum pada tahun 1818.
Museum-museum lainnya antara lain Museum Nasional,
Bogota, Kolombia (1824), dan Museum Nasional Sejarah Alam di Santiago, Chili
(1830), dan Montevideo, Uruguay (1837). Di Kanada koleksi zoologi dari Akademi
Pictou di Nova Scotia (didirikan pada 1816) dibuka untuk umum pada 1822. Di
Afrika Selatan, pengumpulan zoologi oleh Andrew (kemudian Sir Andrew) Smith
menjadi pondasi didirikannya museum di Cape Town pada 1825. Sementara di
Australia, seorang naturalis amatir dan diplomat, Alexander Macleay,
bertanggung jawab atas inisiatif publikasi pada tahun 1829 dan menjadi apa yang
kemudian Museum Australia di Sydney.
Museum-museum Unik di
Dunia
1.
Cancun Underwater Museum,
Cancun, Mexico
2.
Museum Of Broken
Relationships, Zagreb, Kroasia
3.
International UFO Museum
and Research Center, Roswell, New Mexico Amerika Serikat
4.
Mini Bottle Gallery, Oslo, Norwegia
5.
Museum
mumi-Guanajuato, Meksiko
6.
Museum fuer Naturkunde,
Berlin, Jerman
7.
Museum Teddy Bear, Korea.
F. Fungsi Museum Pada Zaman Dahulu dan Sekarang
Pada
zaman dahulu, museion atau museum
merupakan suatu tempat suci sebagai tempat pemujaan terhadap dewa dewi
Yunani. Dalam perkembangan selanjutnya, museion menjadi tempat kerja ahli-ahli
pikir zaman Yunani kuno, seperti Pythagoras dan Plato. Mereka menganggap
museion adalah tempat penyelidikan dan pendidikan filsafat, sebagai ruang
lingkup ilmu dan kesenian. serta sebagai tempat berkumpul para cendekiawan yang
mempelajari serta menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan.
Dewasa
ini, museum merupakan sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari
keuntungan, melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk umum, yang
memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamer-kan,
untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Museum juga berperan dalam memamerkan
dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang
penting bagi Kebudayaan dan llmu Pengetahuan.
BAB II
MUSEUM
DAN FUNGSINYA DARI MASA KE MASA
A. Perkembangan Museum Abad
XIX
Pada
awal abad XIX pemberian akses publik terhadap koleksi yang sebelumnya bersifat pribadi
telah menjadi sesuatu yang lebih umum. Selama kurang lebih 100 tahun kemudian,
otoritas regional dan nasional di seluruh dunia menegaskan bahwa museum
ditujukan untuk kepentingan publik. Dalam perkembangannya kemudian, museum
telah menjadi bagian dari perwujudan identitas nasional. Fenomena semacam ini
awalnya terlihat di Hungaria, Moravia, Austria ataupun Polandia. Peningkatan minat terhadap
barang antik pun menyebabkan penggalian situs arkeologi dan berdampak pada
pengembangan museum. Rusia, Denmark, Perancis dan Yunani memelopori berdirinya
museum arkeologi yang menyimpan koleksi arkeologis yang digali dari wilayah
setempat. Setelah
Inggris melaksanakan reformasi sosial untuk mengatasi masalah akibat
industrialisasi, pengem-bangan
museum kota mulai terjadi.
Dukungan
terhadap museum oleh otoritas lokal dipandang sebagai sarana untuk memberikan
instruksi dan hiburan kepada penduduk. Ini menjadi subyek dari undang-undang
khusus yang terbit pada tahun 1845. Museum juga dipandang sebagai kendaraan untuk
mempromosikan desain industri serta prestasi ilmiah dan teknis. Promosi
tersebut dipelopori oleh Victoria and Albert Museum dan Science Museum di South
Kensington, London. Koleksi kedua museum diperoleh dari Pameran Besar tahun
1851 yang pameran pertama di dunia. Pameran internasional telah memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan sejumlah museum sejak saat itu,
termasuk Museum Teknis Perindustrian dan Perdagangan di Wina dan Istana
Discovery di Paris. Selama paruh kedua abad XIX museum mulai berkembang biak di
Eropa. Kebanggaan warga dan gerakan pendidikan gratis adalah salah satu
penyebab dari perkembangan ini. Sekitar 100 museum dibuka di Inggris dalam 15
tahun sebelum tahun 1887, sedangkan 50 museum didirikan di Jerman dalam lima tahun
selama 1876-1880. Ini juga merupakan periode inovasi. Museum Liverpool di
Inggris, misalnya, mulai mengedarkan spesimen ke sekolah-sekolah untuk tujuan
pendidikan, panorama dan kelompok habitat yang digunakan untuk memfasilitasi
interpretasi. Ketika pencahayaan gas pertama dan kemudian penerangan listrik
tersedia, museum dibuka pada malam hari untuk memberikan layanan kepada mereka
yang tidak sempat untuk mengunjunginya di siang hari. Booming museum juga melanda
kawasan di luar Eropa dan AS. Di Amerika Selatan museum baru didirikan di
kota-kota dan di provinsi-provinsi. Beberapa dari mereka disediakan oleh
universitas, seperti Museum Geologi di Lima, Peru (1891) atau Museum Geografis
dan Geologi di São Paulo, Brazil (1895). Lainnya diciptakan oleh badan provinsi:
museum regional di Córdoba (1887), Gualeguaychu (1898) di Argentina, di Ouro
Prêto, Brasil (1876), Museum Hualpen, Chili (1882) atau Museum dan Perpustakaan
Kota di Guayaquil, Ekuador (1862).
Pada saat yang bersamaan, Museum India di Calcutta dan Museum Pusat Budaya Indonesia di Jakarta adalah lembaga mapan di Asia. Sementara di Jepang, sebuah museum untuk mendorong industri dan pengembangan sumber daya alam yang dibuka pada tahun 1872, memberikan dasar bagi terbentuknya Museum Nasional Tokyo dan Museum Sains Nasional. Meskipun beberapa museum komunitas studi juga ada di Cina pada akhir abad 19, museum pertama dalam arti kata yang kaku adalah Museum Nantung di provinsi Kiangsu yang didirikan pada tahun 1905. Satu decade kemudian berdiri Museum Sejarah China di Peking (Beijing) dan Museum Northern Territory di Tientsin. Museum-museum lain di Asia adalah koleksi di Grand Palace di Bangkok yang didirikan pada tahun 1874 (sekitar 60 tahun kemudian menjadi Museum Nasional Thailand), Museum Nasional Ceylon dibuka untuk umum pada tahun 1877, Museum Sarawak dibuka pada tahun 1891 dan Museum Peshawar di Pakistan dibuka pada tahun 1906. Afrika ternyata juga tidak mau ketinggalan. Di Afrika tengah dan selatan, museum didirikan pada awal abad ke-20. Museum Nasional Zimbabwe di Bulawayo dan Harare didirikan pada tahun 1901, Museum Uganda berasal pada tahun 1908 dari koleksi yang dirakit oleh Komisaris Distrik Inggris dan Museum Nasional Kenya di Nairobi dimulai oleh Masyarakat Sejarah Alam Afrika Timur dan Uganda pada tahun 1909. Museum pertama di Mozambik, Dr. Alvaro de Castro Museum di Maputo didirikan pada tahun 1913. Sementara itu, di Afrika Utara, Museum Mesir di Kairo telah dipindahkan ke gedung baru pada tahun 1902 dan beberapa koleksi telah dipindahkan untuk membentuk dua lembaga baru: Museum Islaiih Clt (1903) dan Museum Koptik (1908).
Di
Afrika Selatan ada pembangunan museum di sejumlah provinsi, misalnya di
Grahamstown (1837), Port Elizabeth (1856), Bloemfontein (1877), Durban (1887),
Pretoria (1893) dan Pietermaritzburg (1903). Selama abad ke-20 sejumlah
kekuatan sosial mempengaruhi perkembangan museum, khususnya museum nasional dan
regional. Konsekuensi sosial yang mendalam dari dua perang dunia, Revolusi
Rusia tahun 1917 dan periode resesi ekonomi memunculkan periode penilaian
ulang. Pemerintah, asosiasi profesi, dan organisasi lain yang meninjau peran
museum dalam mengubah masyarakat dan membuat sejumlah saran untuk meningkatkan
layanan mereka kepada publik. Di beberapa negara pendekatan baru dikembangkan
di mana museum dikembangkan untuk mencerminkan nenek moyang mereka yang
beragam. Perubahan radikal itu terutama terjadi di Rusia di mana koleksi
museum di bawah kontrol negara setelah Revolusi Rusia tahun 1917. Keyakinan
Lenin bahwa budaya adalah untuk rakyat dan upaya untuk melestarikan warisan
budaya negara itu menyebabkan peningkatan sebanyak tiga kali lipat dalam 20
tahun. Tidak hanya itu banyak warisan seni, sejarah dan ilmiah negara disatukan
bersama dalam museum, tapi museum jenis lain juga muncul. Di Jerman banyak museum
regional didirikan setelah Perang Dunia I untuk mempromosikan tokoh-tokoh
sejarah tanah air dan mereka pasti mendorong kecenderungan nasionalistik yang
mengarah ke era Nazi.
Tahun-tahun setelah Perang Dunia II merupakan periode pencapaian luar biasa bagi museum. Hal ini tercermin baik dalam kebijakan internasional dan nasional. Museum menjadi fasilitas pendidikan, sumber aktivitas waktu luang dan media komunikasi. Kekuatan mereka terletak pada kenyataan bahwa mereka adalah repositori dari hal yang nyata bisa menginspirasi dan membangkitkan rasa takjub dan nostalgia.
Tahun-tahun setelah Perang Dunia II merupakan periode pencapaian luar biasa bagi museum. Hal ini tercermin baik dalam kebijakan internasional dan nasional. Museum menjadi fasilitas pendidikan, sumber aktivitas waktu luang dan media komunikasi. Kekuatan mereka terletak pada kenyataan bahwa mereka adalah repositori dari hal yang nyata bisa menginspirasi dan membangkitkan rasa takjub dan nostalgia.
Di
Eropa, khususnya, ada periode rekonstruksi pascaperang. Banyak harta karun seni
telah dipindahkan ke tempat yang aman selama perang yang kemudian harus dipulihkan
dan redisplayed. Bangunan juga harus diperbaharui. Rekonstruksi ini memberikan
kesempatan untuk merealisasian beberapa ide yang sempat mandeg. Sebuah
pendekatan baru muncul di mana kurator di museum besar menjadi anggota tim yang
terdiri dari para ilmuwan sebagai konservator, desainer untuk membantu dalam
pekerjaan pameran, pendidik untuk mengembangkan fasilitas bagi siswa dan
masyaraka,t ilmuwan informasi untuk menangani data ilmiah yang melekat dalam
koleksi, bahkan manajer pemasaran untuk mempromosikan museum dan pekerjaannya.
Sebagai hasil dari inovasi tersebut, museum menemukan popularitas baru dan
semakin menarik minat pengunjung. Banyak dari para pengunjung adalah wisatawan.
Pemerintahan, khususnya di negara-negara Eropa tertentu, segera mengakui
kontribusi museum bagi perekonomian.
B. Perkembangan Museum di
Indonesia
Perkembangan museum di Belanda sangat
mempengaruhi perkembangan museum di Indonesia. Diawali oleh seorang pegawai VOC
yang bernama G.E. Rumphius yang pada abad ke-17 telah memanfaatkan waktunya
untuk menulis tentang Ambonsche Landbeschrijving yang antara lain memberikan
gambaran tentang sejarah kesultanan Maluku, di samping penulisan tentang
keberadaan kepulauan dan kependudukan. Memasuki abad ke-18 perhatian terhadap
ilmu pengetahuan dan kebudayaan, baik pada masa VOC maupun Hindia-Belanda,
makin jelas. Pada 24 April 1778 berdiri Bataviaach Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen. Lembaga tersebut berstatus setengah resmi, dipimpin oleh dewan
direksi. Pasal 3 dan 19 Statuten pendirian lembaga tersebut menyebutkan bahwa
salah satu tugasnya adalah memelihara museum yang meliputi: pembukuan
(boekreij); himpunan etnografis; himpunan kepurbakalaan; himpunan prehistori;
himpunan keramik; himpunan muzikologis; himpunan numismatik, pening dan
cap-cap; serta naskah-naskah (handschriften), termasuk perpustakaan. Lembaga tersebut mempunyai kedudukan penting
bukan saja sebagai perkumpulan ilmiah, tetapi juga karena para anggota
pengurusnya terdiri dari tokoh-tokoh penting dari lingkungan pemerintahan,
perbankan dan perdagangan. Yang menarik dalam pasal 20 Statuten menyatakan
bahwa benda yang telah menjadi himpunan museum atau Genootschap tidak boleh
dipinjamkan dengan cara apapun kepada pihak ketiga dan anggota-anggota atau
bukan anggota untuk dipakai atau disimpan, kecuali mengenai perbukuan dan
himpunan naskah-naskah (handschiften) sepanjang peraturan membolehkan.
Pada waktu Inggris
mengambil alih kekuasan dari Belanda, Raffles sendiri yang langsung mengepalai
Batavia Society of Arts and Sciences. Kegiatan perkumpulan itu tidak pernah
berhenti, bahkan Raffles memberi tempat yang dekat dengan istana Gubernur
Jendral yaitu di sebelah Harmoni (Jl. Majapahit No. 3 sekarang). Selama kolonial Inggris nama lembaga diubah
menjadi Literary Society. Namun ketika Belanda berkuasa kembali, diganti pada
nama semula, Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Watenschappen dan
memusatkan perhatian pada ilmu kebudayaan, terutama ilmu bahasa, ilmu sosial,
ilmu bangsa-bangsa, ilmu purbakala, dan ilmu sejarah. Sementara itu,
perkembangan ilmu pengetahuan alam mendorong berdirinya lembaga-lembaga lain.
Di Batavia anggota lembaga bertambah terus, perhatian di bidang kebudayaan
berkembang dan koleksi meningkat jumlahnya, sehingga gedung di Jl. Majapahit
menjadi sempit. Pemerintah kolonial Belanda membangun gedung baru di Jl.
Merdeka Barat No. 12 pada 1862. Karena lembaga tersebut sangat berjasa dalam
penelitian ilmu pengetahuan, maka pemerintah Belanda memberi gelar “Koninklijk
Bataviaasche Genootschap Van Kunsten en Watenschappen”. Lembaga yang menempati
gedung baru tersebut telah berbentuk museum kebudayaan yang besar dengan
perpustakaan yang lengkap (sekarang Museum Nasional).
Sejak pendirian
Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen untuk pengisian koleksi museumnya
telah diprogramkan antara lain berasal dari koleksi benda-benda bersejarah dan
kepurbakalaan baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat. Semangat itu
telah mendorong untuk melakukan upaya pemeliharaan, penyelamatan, pengenalan
bahkan penelitian terhadap peninggalan sejarah dan purbakala. Kehidupan
kelembagaan tersebut sampai masa Pergerakan Nasional masih aktif bahkan setelah
Perang Dunia I. Masyarakat setempat didukung Pemerintah Hindia Belanda menaruh
perhatian terhadap pendirian museum di beberapa daerah di samping yang sudah
berdiri di Batavia, seperti Lembaga Kebun Raya Bogor yang terus berkembang di
Bogor. Von Koenigswald mendirikan Museum Zoologi di Bogor pada 1894. Lembaga
ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang bernama Radyapustaka (sekarang Museum
Radyapustaka) didirikan di Solo pada 28 Oktober 1890, Museum Geologi didirikan
di Bandung pada 16 Mei 1929, lembaga bernama Yava Instituut didirikan di
Yogyakarta pada 1919 dan dalam perkembangannya pada 1935 menjadi Museum
Sonobudoyo. Mangkunegoro VII di Solo mendirikan Museum Mangkunegoro pada 1918.
Ir. H. Maclaine Pont mengumpulkan benda purbakala di suatu bangunan yang
sekarang dikenal dengan Museum Purbakala Trowulan pada 1920. Pemerintah
kolonial Belanda mendirikan Museum Herbarium di Bogor pada 1941.
Di luar Pulau Jawa,
atas prakarsa Dr.W.F.Y. Kroom (asisten residen Bali) dengan raja-raja, seniman
dan pemuka masyarakat, didirikan suatu perkumpulan yang dilengkapi dengan
museum yang dimulai pada 1915 dan diresmikan sebagai Museum Bali pada 8 Desember
1932. Museum Rumah Adat Aceh didirikan di Nanggroe Aceh Darussalam pada 1915,
Museum Rumah Adat Baanjuang didirikan di Bukittinggi pada 1933, Museum
Simalungun didirikan di Sumatera Utara pada 1938 atas prakarsa raja Simalungun. Sesudah kemerdekaan Indonesia 1945 keberadaan
museum diabadikan pada pembangunan bangsa Indonesia. Para ahli bangsa Belanda
yang aktif di museum dan lembaga-lembaga yang berdiri sebelum 1945, masih
diizinkan tinggal di Indonesia dan terus menjalankan tugasnya. Namun di samping
para ahli bangsa Belanda, banyak juga ahli bangsa Indonesia yang menggeluti
permuseuman yang berdiri sebelum 1945 dengan kemampuan yang tidak kalah dengan
bangsa Belanda. Memburuknya hubungan Belanda dan Indonesia akibat sengketa Papua Barat
mengakibatkan orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia, termasuk orang-orang
pendukung lembaga tersebut. Sejak itu terlihat proses Indonesianisasi terhadap
berbagai hal yang berbau kolonial, termasuk pada 29 Februari 1950 Bataviaach
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang diganti menjadi Lembaga
Kebudayaan Indonesia (LKI). LKI membawahkan dua instansi, yaitu museum dan
perpustakaan. Pada 1962 LKI menyerahkan museum dan perpustakaan kepada
pemerintah, kemudian menjadi Museum Pusat beserta perpusta-kaannya. Periode 1962-1967 merupakan masa
sulit bagi upaya untuk peren-canaan mendirikan Museum Nasional dari sudut profesionalitas, karena
dukungan keuangan dari perusahaan Belanda sudah tidak ada lagi. Di tengah
kesulitan tersebut, pada 1957 pemerintah membentuk bagian Urusan Museum. Urusan
Museum diganti menjadi Lembaga Urusan Museum-Museum Nasional pada 1964, dan
diubah menjadi Direktorat Museum pada 1966. Pada 1975, Direktorat Museum diubah
menjadi Direktorat Permu-seuman. Pada 17 September 1962 LKI dibubarkan, Museum diserahkan pada pemerintah
Indonesia dengan nama Museum Pusat di bawah pengawasan Direktorat Jenderal
Kebudayaan. Museum Pusat diganti namanya menjadi Museum Nasional pada 28 Mei
1979. Penyerahan museum ke pemerintah pusat diikuti oleh museum-museum
lainnya. Yayasan Museum Bali menyerahkan museum ke pemerintah pusat pada 5
Januari 1966 dan langsung di bawah pengawasan Direktorat Museum. Begitu pula
dengan Museum Zoologi, Museum Herbarium, dan museum lainnya di luar Pulau Jawa
mulai diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Sejak museum-museum diserahkan ke
pemerintah pusat, museum semakin berkembang. Bahkan museum baru pun
bermunculan, baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh yayasan-yayasan
swasta.
Perubahan politik
akibat gerakan reformasi yang dipelopori oleh para mahasiswa pada 1998, telah
mengubah tata negara Republik Indonesia. Perubahan ini memberikan dampak
terhadap permuseuman di Indonesia. Direktorat Permuseuman diubah menjadi
Direktorat Sejarah dan Museum di bawah Departemen Pendidikan Nasional pada
2000. Pada 2001, Direktorat Sejarah dan Museum diubah menjadi Direktorat
Permuseuman. Susunan organisasi diubah menjadi Direktorat Purbakala dan
Permuseuman di bawah Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata pada 2002.
Direktorat Purbakala dan Permuseuman diubah menjadi Asdep Purbakala dan
Permuseuman pada 2004. Akhirnya pada 2005, dibentuk kembali Direktorat Museum
di bawah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata. (Tim Direktorat Museum)
Permuseuman di
Indonesia ternyata telah mempunyai akar tradisi yang relatif lama, bermula dari
minat pribadi para kolektor, ilmuwan, dan perkumpulan-perkumpulan peminat benda
masa silam yang dengan sadar menyimpan beberapa artfeafak yang dianggap penting
dari sudut sejarah kebudayaan, demikian yang terjadi pada tahap pertama. Pada
tahap kedua perhatian kepada benda-benda kuno tersebut semakin meningkat dan
disadari perlu adanya lembaga khusus yang menangani perkara penyimpanan
benda-benda antik tersebut untuk kemudian diteliti dan dipamerkan kepada
khalayak. Intitusi itulah yang kelak dinamakan dengan museum. Tahap yang kedua ini masih terjadi dalam masa
pemerintahan kolonial Belanda, jadi dalam masa Hindia-Belanda telah tumbuh
minat dan perhatian terhadap kajian kebudayaan Nusantara sejalan dengan politik
etis yang sedang berkembang masa itu di Eropa. Pada tahap kedua ini agaknya
tidak hanya para cendikiawan dan ilmuwan bangsa Belanda yang memikirkan perlu
pembangunan museum, namun juga para ilmuwan pribumi dan kaum pembesar
bumiputera pun menyadari perlu adanya lembaga museum sebagai bentuk penghargaan
kepada keagungan masa lampau Nusantara. Tahap ketiga perkembangan permuseuman adalah
ketika Indonesia telah merdeka, dalam periode ini dapat dibagi menjadi: (a) era
transisi kemerdekaan hingga masa orde baru, (b) era permuseuman dalam zaman
Orde baru, dan (c) era Indonesia masa reformasi hingga sekarang ini. Pembagian
tersebut memang dapat dilakukan berdasarkan data tentang permuseuman yang ada,
dan cukup berbeda antara keduanya. Ciri utama dari era transisi adalah masih
berubah-ubahnya regulasi permuseuman, museum-museum dalam rencana pembangunan,
dan institusi permuseuman masih mencari formatnya.
Perkembangan permuseuman Indonesia apabila digambarkan dalam bentuk bagan adalah sebagai berikut:
Ciri yang dapat
diangkat dari periode Orde Baru di bidang permuseuman adalah adanya regulasi
yang seragam dan pembangunan museum-museum di tiap propinsi. Pembakuan itu
ditetapkan dan harus dilaksanakan di museum-museum umum dan khusus yang
didirikan. Adapun karakter yang paling menonjol dari permuseuman Indonesia
dalam era Reformasi adalah otoonomisasi, ketika lembaga-lembaga museum di ibu
kota propinsi diserahkan pengelolaan dan pengembangannya kepada pemerintah
daerah senapas dengan otonomi di bidang-bidang lainnya.
Mengenai
permuseuman masa mendatang di Indonesia adalah suatu bentuk untuk
mempertahankan tradisi budaya Nusantara yang diasosiasikan dengan kondisi
masyarakat sezaman dan untuk itu senantiasa harus melakukan aktualisasi.
Museum-museum di Indonesia mendatang harus mendukung dan melaksanakan Tiga
Pilar Permuseuman yang merupakan acuan bersama untuk memperteguh keberadaan
bangsa Indonesia di tengah kesejagatan yang kian nyata.
BAB III
KOLEKSI MUSEUM
A. KOLEKSI MUSEUM
Wujud koleksi
museum dapat berupa realita (asli) atau replika dan miniatur. Dalam menentukan
benda yang dapat menjadi koleksi museum, harus diperhatikan hal-hal seperti
berikut:
a.
Mempunya nilai sejarah alam, ilmu pengetahuan, dan sejarah budaya.
b.
Dapat diidentifikasi ciri-ciri atau fenomenanya mengenai wujud, tipe,
fungsi, tempat asal pembuatan, klasifikasi dan peridiosasi untuk koleksi yang
berkaitan dengan ilmu geologi dan sejarah alam.
c.
Dapat dijadikan dokumentasi atau pembuktian kenyataan dan kejadiannya
bagi penelitian ilmiah.
d.
Dapat dijadikan monumen atau bakal menjadi monumen sejarah alam, ilmu
pengetahuan ataupun sejarah kebudayaan(Sutaarga:1989).
Berdasarkan
kriteria diatas, maka koleksi museum
merupakan aset penting baik bagi kekayaan budaya daerah maupun nasional.
B.
KOLEKSI PRIBADI
Perkembangan sejarah manusia dan alam pada abad ke-16
menyebabkan penciptaan koleksi khusus. Di Italia saja terdapat lebih dari 250
koleksi sejarah alam yang tercatat dalam abad itu, termasuk herbarium Luca Ghini
di Padua dan koleksi eklektik Ulisse Aldrovandi di Bologna. Koleksi sejarah
alam terkenal lainnya adalah koleksi-koleksi Conrad Gesner, Félix Platter dan
John Tradescants. Koleksi sejarah lainnya adalah potret tokoh-tokoh besar yang
dirakit oleh Paolo Giovio di Como, koleksi arkeologi milik keluarga Grimani di
Venesia, koleksi manuskrip milik Sir Robert Cotton di Inggris, koleksi Ferrante
Imperato di Naples, koleksi Bernardus Paludanus di Enkhuizen dan koleksi Ole
Worm di Kopenhagen. Pada waktunya nanti berbagai koleksi tersebut menemukan
jalan mereka menuju museum. Pada
abad XVI, koleksi-koleksi semacam itu biasanya dikenal sebagai cabinet di
Inggris dan Perancis, sementara di Eropa yang berbahasa Jerman mengenalnya
sebagai Kammer atau Kabinett. Terkadang, diterapkan pula istilah Kunstkammer
dan Rüstkammer yang merujuk pada koleksi seni dan koleksi benda-benda sejarah
atau armor, sementara koleksi spesimen alami disebut Wunderkammer atau
Naturalienkabinett (Salah satu koleksi spesimen alam Italia disebut naturale
museo). Di Inggris kemudian muncul istilah gallery yang dipinjam dari kata
Italia galleria yang digunakan untuk menyebut tempat di mana lukisan dan patung
yang dipamerkan. Tahun 1565, Samuel von Quiccheberg yang
mempublikasikan koleksi-koleksi alami, menyatakan bahwa koleksi-koleksi
tersebut mewakili klasifikasi sistematis dari semua materi di alam semesta.
Pandangannya mencerminkan semangat sistem dan penyelidikan rasional yang mulai
muncul di Eropa. Koleksi benda-benda alam dan buatan memainkan peran penting
dalam gerakan ini. Hal ini dapat dilihat dalam karya Nicolas-Claude Fabri de
Peiresc di Aix-en-Provence di Perancis pada awal abad ke-17atau dalam
klasifikasi kerajaan tumbuhan dan hewan oleh Carolus Linnaeus. Sedangkan
karya-karya lain seperti Museographia oleh Casper F. Neickelius yang
diterbitkan di Leipzig pada tahun 1727, umumnya untuk membantu dalam
klasifikasi, perawatan koleksi dan identifikasi sumber-sumber potensial dari
mana koleksi mungkin dikembangkan.
C. PENGADAAN
KOLEKSI
Pengadaan merupakan suatu kegiatan
pengumpulan (collecting) berbagai benda yang akan dijadikan koleksi
museum, baik berupa benda asli (realia) ataupun tidak asli (replika). Pengadaan
koleksi dapat dilakukan dengan cara: (1) Hibah (hadiah atau sumbangan); (2)
Titipan; (3) Pinjaman; (4) Tukar menukar dengan museum lain; (5) Hasil temuan
(dari hasil survei, ekskavasi, atau sitaan); dan (6) Imbalan jasa (pembelian
dari hasil penemuan atau warisan). Museum dalam proses pengadaan sebaiknya
memiliki peraturan yang menyangkut kebijaksanaan pengadaan koleksi, dan juga
menyangkut kelanjutannya: penempatan, pengamanan, perlindungan dan penyediaan
tempat. Dalam
buku Pengelolaan Koleksi Museum (2007) agar museum memiliki daya tarik
tersendiri, maka proses pengadaan koleksi perlu menjadi perhatian mendalam.
Pengadaan koleksi memiliki 2 tujuan pokok, yaitu:
1. Penyelamatan warisan sejarah alam dan sejarah budaya;
2. Sebagai bahan penyebarluasan informasi mengenai
kekayaan warisan sejarah alam dan sejarah budaya dengan melalui pameran museum
baik pameran tetap, maupun temporer.
Sebelum
dilakukan pengadaan koleksi, objek yang akan dijadikan koleksi museum terlebih
dahulu diseleksi dan diproses melalui suatu sistem penilaian, kaidah/aturan,
tertentu, yang semuanya dituangkan dalam kebijaksanaan pengadaan koleksi.
Pengadaan koleksi harus bersifat sistematis dan aktif, maka museum tidak cukup
dengan hanya menyusun kebijakasanaan pengadaan dan tanpa melakukan tindakan
apapun, tetapi museum harus aktif menyusun program pengadaan koleksi. Pengadaan
koleksi ini sebaiknya tidak bersifat ambisius yang berlebihan, namun harus
disesuaikan dengan pagu anggaran yang dimiliki oleh museum. Seringkali
pengadaan koleksi merupakan inisiatif manajer museum, sehingga sering
mengabaikan hal-hal penting terkait, seperti dokumentasi dan penataan. Manajer museum
yang baik harus dapat menyusun program pengadaan koleksi yang merupakan
implementasi dari kebijakan pengadaan formal. Penyusunan program pengadaan
koleksi harus bersifatrealistik, pengelola museum harus mempertimbangkan jumlah
tenaga (staf) dan dana yang tersedia. Proses pengadaan koleksi tersebut
sebaiknya menyebutkan secara jelas cara dan dokumentasi yang harus dibuat,
serta tempat dokumentasi itu disimpan. Kurator dalam kegiatan pengadaan koleksi
bekerja sama dengan registrer. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
pengadaan koleksi, antara lain:
(1) Direncanakan dan dilakukan secara baik
dan benar, objek harus konsisten dengan koleksi yang menjadi tujuan (visi dan
misi) museum.
(2) Sesuai dengan kebutuhan pemilikan koleksi
di museum, dilaksanakan dengan tujuan untuk melengkapi koleksi, tata pameran
tetap atau temporer. Sebuah perencanaan pameran dapat menjadi salah satu
sasaran dalam melakukan kegiatan pengadaan koleksi.
(3) Peraturan yang menyangkut kebijaksanaan
pengadaan koleksi, dan juga menyangkut kelanjutannya: penempatan, pengamanan,
perlindungan dan penyediaan tempat.
(4) Penyelamatan suatu benda, sebagai contoh
suatu objek yang langka kemungkinan akan hilang jika pengelola museum tidak
segera menjadikannya sebagai koleksi museum.
(5) Bila ada penawaran objek untuk dijual
harus dapat dibandingkan dengan objek yang diperoleh dari hibah atau warisan.
(6) Objek harus sesuai dengan kempampuan
museum dalam melakukan perawatan.
(7) Objek dapat digunakan sebagai koleksi
pada masa yang akan datang Dalam menentukan kebijakan pengadaan koleksi perlu
mempertim-bangkan hal-hal berikut:
a.
Prinsip dan persyaratan sebuah benda menjadi koleksi, antara lain:
• Memiliki nilai sejarah dan nilai ilmiah
(termasuk nilai estetika);
• Dapat diidentifikasikan mengenai bentuk,
tipe, gaya, fungsi, makna, asal secara historis dan geografis, genus (untuk
biologis), atau periodenya (dalam geologi, khususnya untuk benda alam);
• Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti
sebagai bukti kenyataan dan eksistensinya bagi penelitian ilmiah
b. Pertimbangan skala prioritas, yaitu
penilaian untuk benda-benda yang bersifat:
• Masterpiece, merupakan benda yang terbaik
mutunya
• Unik, merupakan benda-benda yang memiliki
ciri khas tertentu bila dibandingkan dengan benda-benda yang sejenis
• Hampir punah, merupakan benda yang sulit
ditemukan karena dalam jangka waktu yang sudah terlalu lama tidak dibuat lagi
• Langka, merupakan benda-benda yang sulit
ditemukan karena tidak dibuat lagi atau karena jumlah hasil pembuatannya hanya
sedikit.
D. JENIS MUSEUM BERDASARKAN KOLEKSI
1)
Museum Umum
Museum umum adalah
museum yang koleksinya terdiri dari kulpulan bukti material manusia dan lingkungan yang berkaitan dengan
cabang seni, disiplin ilmu, dan teknologi(Sutaarga:1989).
Contoh museum umum
: Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai” (Museum Lampung).
a.
Jenis koleksi yang dikelola museum
1) Geologika, yaitu koleksi yang terdiri dari benda-benda
bukti sejarah alam dan lingkungan serta berkaitan dengan disiplin ilmu geologi. Contoh batuan
sisa letusa gunung
2)
Biologika,
yaitu koleksi yang berkaitan dengan alam dan lingkungan serta berkaitan dengan
disiplin ilmu biologi Contoh
Fosil gajah purba Stegodong trigonocephalus
3) Etnografika, yaitu benda-benda hasil karya manusia
yang cara pembuatan dan pemakaiannya merupakan identitas atau mempunya ciri
khas suku bangsa setempat. Contoh
siger mahkota khas Lampung
4) Arkeologika, yaitu benda-benda yang merupakan bukti
hasil peninggalan masa prasejarah, hindu budha dan masuknya islam. Contoh arca
5) Historika, yaitu benda-benda yang mempunyai nilai
sejarah yang pernah digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan perlawanan
kepada penjajah. Contoh meriam
6) Numismatika, yaitu berupa mata uang atau alat tukar
yang sah dan pernah beredar di masyarakat. Terdiri dari mata uang indonesia dan
mata uang asing. Contoh uang emas dan
uang kuno yang pernah beredar di Indonesia.
7) Filologika, yaitu kumpulan tulisan atau naskah kuno
yang di tulis dengan tangan di atas kulit kayu, bambu, dan sebagainya. Contoh tulisan kuno ruas bamboo.
8) Keramologika, yaitu benda yang terbuat dari tanah
liat, bahan batuan atau porselin yang di bakar dengan suhu tertentu. Terdiri
dari keramik asing, dan gerabah lokal yang di buat oleh masyarakat Lampung. Contoh keramik asing dari cina.
9) Seni rupa, yaitu benda hasil daya cipta, karsa, dan
rasa manusia yang di ucapkan secara konkrit dalam bentuk dua atau tiga dimensi
yang memiliki keragaman tema ide konseptual dan media cetak.
10) Teknologika,
yaitu peralatan yang di buat dengan teknologi tradisional, umumnya berupa
peralatan untuk memenuhui kebutuhan hidup. Contoh kereta kuda.
2)
Museum Khusus
Museum khusus adalah museum yang
koleksinya terdiri dari kulpulan buti material manusia atau lingkungannya
berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu, atau satu cabang teknologi(Sutaarga:1989). Contoh museum khusus adalah Museum Geologi ( Bandung),
museum ini hanya mengkoleksi satu koleksi saja yaitu Geologika.
Museum
arkeologi, merupakan museum
yang mengkhususkan diri untuk memajang artefakarkeologis. Museum arkeologi banyak yang bersifat museum terbuka
(museum yang terdapat di ruang terbuka atau Open Air Museum). Di Indonesia, contoh dari museum arkeologi adalah Museum Trowulan di Trowulan, Jawa Timur.
Museum
seni, lebih dikenal dengan
nama galeri seni, merupakan sebuah ruangan untuk pameran benda seni, mulai dari
seni visual yaitu diantaranya lukisan, gambar, dan patung. Beberapa contoh lainnya adalah seni keramik, seni logam dan furnitur. Contoh dari museum seni ini di Eropa adalah merbach-Cabinet di Basel, yang awalnya merupakan koleksi pribadi yang dijual
kepada pemerintah kota Basel pada tahun 1661, dan menjadi museum untuk umum sejak
tahun 1671. Saat ini, museum ini bernama Kunstmuseum Basel. Museum yang mengkhususkan diri sebagai museum seni,
merupakan suatu hal yang baru. Salah satu yang pertama adalah Hermitage Museum di Saint
Petersburg
yang dibangun pada tahun 1764. Di Indonesia, contoh dari museum seni adalah Museum Affandi yang terletak di Ygyakarta.
Museum
Biografi, merupakan museum
yang didedikasikan kepada benda yang terkait dengan kehidupan seseorang atau
sekelompok orang, dan terkadang memajang benda-benda yang mereka koleksi.
Beberapa museum terletak di dalam rumah atau situs yang terkait dengan orang
yang bersangkutan pada saat dia hidup. Contoh dari museum ini adalah Museum Edith Piaf di Paris. Di Indonesia, contoh museum biografi adalah Museum
Sasmitaloka Jenderal Besar DR. A.H. Nasution yang terletak di Jakarta Pusat, DKI Jaya.
Museum
anak, merupakan institusi
yang menyediakan benda pameran dan program acara untuk menstimulasi pengalaman
informal anak. Berlawanan dengan museum tradisiona; yang memiliki
peraturan untuk tidak menyentuh benda pameran, museum ini biasanya memiliki
benda yang dirancang untuk dimainkan oleh anak-anak. Museum anak kebanyakan
merupakan organisasi nirlaba dan dikelola oleh sukarelawan atau oleh staf profesional dalam jumlah yang kecil.
Contoh dari museum anak ini adalah Museum Anak Kolong Tangga yang terletak di Yogyakarta. Pada museum ini terdapat beberapa mainan anak
tradisional.
Museum universal, atau dikenal pula dalam bahasa Inggris sebagai Museum encyclopedic, merupakan museum
yang umum kita jumpai. Biasanya merupakan institusi besar, yang bersifat
nasional, dan memberikan informasi kepada pengunjung mengenai berbagai variasi
dari tema lokal dan dunia. Museum ini penting karena meningkatkan rasa
keingin-tahuan terhadap dunia. Contoh museum universal adalah British Museum di London, Inggris.
Museum etnologi, Museum Indonesia di TMII
dibangun dengan Arsitektur
Bali, merupakan museum etnologi yang memajang berbagai artefak dan cara hidup suku bangsa di Indonesia. Museum etnologi merupakan museum yang mempelajari,
mengumpulkan, merawat, dan memamerkan artefak dan obyek yang berhubungan dengan etnologi dan antropologi. Museum seperti ini biasanya dibangun di negara yang
memiliki kelompok
etnis atau etnis minoritas
yang berjumlah banyak. Contoh dari museum ini adalah Museum
Indonesia di TMII.
Museum rumah bersejarah, atau yang lebih dikenal dengan rumah bersejarah merupakan yang terbanyak jumlahnya di dunia
dari kategori museum sejarah. Museum ini biasanya beroprasi dengan dana yang
terbatas dan staff yang sedikit. Kebanyakan dikelola oleh relawan dan sering
kali tidak memenuhi syarat untuk menjadi museum profesional. Contoh dari rumah bersejarah ini di Indonesia adalah Museum Sasmita Loka Ahmad Yani.
Museum maritim, merupakan museum yang mengkhususkan diri kepada
peresentasi sejarah, budaya atau arkeologimaritim. Mereka menceritakan kaitan antara masyarakat dengan
kehidupan yang berkaitan dengan air atau maritim.
Museum militer dan perang, Museum militer merupakan museum yang mengkhususkan
diri terhadap sejarah militer. Benda yang biasa dipamerkan pada museum ini
contohnya adalah senjata, seragammiliter, dan bahkan kendaraanperang. Contoh dari museum ini adalah Museum Benteng Vredeburg dan Museum Monumen Yogya. Jenis museum diatas hanya merupakan beberapa saja
contoh jenis museum yang ada di dunia maupun yang ada di Indonesia, dari jenis
museum tersebut dapat dianalisis jenis-jenis koleksi yang ada didalamnya. Dari
gambaran koleksi museum diatas dapat di perkirakan apa saja yang menjadi dasar
koleksi-koleksi pada museum-museum secara umum dan khusus yang terdapat di
beberapa tempat didunia. Semua jenis museum di dunia selalu mengacu pada dua
jenis koleksi untuk menentukan jenis-jenis museum tersebut.
BAB IV
KONSERVASI MUSEUM
A. Konservasi
Kata
konservasi mengandung pengertian suatu kegiatan pemeliharaan sesuatu secara teratur,untuk mencegah
terjadinya kerusakan dan pemusnahan dengan cara pengawetan (Balai Pustaka,2000:589).
Menurut Herman, konservasi mengandung pengertian suatu tindakan untuk
melindungidari bahaya atau kerusakan, memelihara atau merawat sesuatu dari
gangguan kemusnahan (Herman . 1981:7). Sehubungan dengan hal itu,
dikeluarkannya UU Cagar Budaya yangmengatur perlindungan terhadap benda cagar
budaya, seperti yang tertuang dalam buku monumen ordonansi yang disempurnakan
dalam UU RI No.5 Th.1992. Konservasi koleksi museum artinya melakukan kegiatan
untuk melestarikan keberadaan dannilai-nilaiyang terdapat pada koleksi museum.
Koleksi museum adalah benda cagar budaya yang memiliki nilai ilmu pengetahuan,
kesenian, nilai keagamaan, nilai historis, dan sebagainya.Benda bendatersebut
setelah melalui proses seleksi penilaian, untuk dapat menjadi koleksi
museum.Benda budaya yang menjadi koleksi museum disimpan dan dirawat oleh
museum. Untuk melestarikanbenda dan nilai–nilai yang terkandung di dalam
koleksi, seseorang harus memiliki pengetahuan,keterampilan, dan sarana
penunjangnya. Menangani pekerjaan konservasi ini, perlu terlebih dulumemahami
faktor kelemahan bagi setiap material atau benda yang dirawat. Selanjutnya
petugasmencari cara penanggulangannya. Dengan demikian kegiatan konservasi
dapat berfungsisebagaimana fungsinya. Dilihat dari fungsinya kegiatan
konservasi mempunyai dua fungsi utama dalam pengelolaan museum yaitu:
a. Berfungsi
menangani lingkungan,
artinya melakukan tindakan
penyelamatan lingkungan tempatpenyimpanan obyek. Sebab tempat penyimpanan obyek
atau koleksi jika tidak terawat dapatmendatangkan bahaya atau kerusakan. Oleh
sebab itu, diupayakan keadaan obyek dalam keadaan baik.
b. Berfungsi
menangani koleksi,
artinya tindakan perawatan yang
ditujukan kepada obyek atau koleksi yang mengalami kerusakan atau terkena
gangguan suatu penyakit. Kegiatan konservasiini melakukan pemeriksaan,
penyelamatan atau tindakan lain. Dengan demikian obyek ataubenda koleksi dapat
baik kembali.
Kedua
fungsi konservasi tersebut satu dan yang lain tidak boleh dipisahkan dalam
upayamenyelamatkan dan merawat obyek atau benda koleksi museum.
B. Obyek Koleksi Museum
Pembahasan obyek koleksi museum dalam
kaitannya dengan konservasi, penulis membatasiberdasarkan pada bahan pembuatan
koleksi. Obyek koleksi museum bila ditinjau dari bahanpembuatannya, dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu; kelompok benda organik, kelompok benda
anorganik, kelompok benda khusus. Masing-masing kelompok mempunyai karakter yang berbeda satu dan yang lain.
Ketiga karakter kelompok benda tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kelompok benda
organik
Benda yang masuk kelompok organik adalah
semua benda yang mengandung unsur organyang hidup. Dalam hal ini, koleksi yang
terbuat dari bahan tumbuh-tumbuhan,dan bahan yangberasal dari binatang.
Misalnya koleksi dari bahan kertas, kulit, kayu, lontar, tanduk, gading, dan
fosil .
2. Kelompok benda
anorganik
Benda–benda yang termasuk anorganik adalah,
koleksi yang terbuat dari bahan-bahan seperti:
(1) logam (emas, perak, perunggu, kuningan
dan sebagainya).
(2) batu (batu kali, batu gunung, batu cadas,
dan sebagainya).
(3) keramik (porselin).
(4) kaca.
(5) tembikar dan sebagainya.
3. Kelompok benda
khusus
Benda yang terbuat dari bahan khusus adalah:
koleksi lukisan (lukisan cat minyak dan lukisancat air). Koleksi lukisan ini,
kekhususan terletak pada kombinasi bahan pada lukisan, misalnya: support (kain kanvas, kayu, harboard,
batu, karung/bagor dan sebagainya), sizing
(perekat),ground (dasar),
paint atau cat film atau cat
lukisan, dancoating atau
lapisan. Koleksi lukisan inimudah rusak, akibat pengaruh iklim yang tidak
stabil.Koleksi museum yang beraneka ragam ini secara administrasi ditangani
oleh seorang kurator(ahli administrasi koleksi). Para kurator ini yang setiap
harinya mengelola dan menjaga keselamatankoleksi museum. Para kurator ini menentukan
jenis koleksi, menganalisa kualitas koleksi,
menginfentarisasi koleksi, termasuk
mengendalikan keluar masuknya koleksi museum.Para kurator ini ikut menentukan
prioritas koleksi yang dikonservasi, mengijinkan koleksiuntuk dikonservasi.
Koleksi yang memperoleh kesempatan dikonservasi adalah koleksi yang ada gejala
rusak,langka, terserang penyakit, kotor dan sebagainya. Hal ini dapat terjadi
karenadisebabkan oleh berbagai faktor.
C.
Faktor Kerusakan Koleksi Museum
Membahas kerusakan koleksi museum, dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
(1) Faktor elemen
iklim yang
disebabkan oleh lembabnya udara dan temperatur udarayang tidak stabil.
Keadaan normal kelembaban udara antara 45% -
60%, dan temperaturudara normal antara 20 *C – 24* C. Kelembaban yang tinggi menyebabkan suburnyajenis jamur
dan tumbuhan kecil. Sedangkan suhu udara yang tinggi menyebabkan keretakanpada
jenis koleksi kayu, lukisan dan sebagainya.
(2) Faktor cahaya, baik cahaya alam maupun cahaya buatan
Terutama radiasi sinar ultraviolet atau
kuatnya sinar.Cahaya alam bersumber
dari matahari yang terdiri daribeberapa radiasi yang memiliki kekuatan dan
besarnya radiasi yang berbeda satu danyang lain.Gelombang radiasi dapat diukur
dengan micron . Susunan radiasi matahari dapat kitasebutkan sebagai berikut :
·
X Rays antara 0 dan 40 A;
·
Ultra violet antara 40 dan 400 A;
·
Visible Ray antara 4000 dan 7000 A;
·
Infra Red antara 7000 dan 7700 A;
·
Radio RaYs antara 7700 dan 10.000 A;
Didalam Radiasi ultra Violet sampai 300 A,
tidak akan sampai ke Bumi. Tetapi antara300 dan 400 A sampai kebumi. Radiasi
yang sampai kebumi, menyebabkan kerusakanpada benda koleksi yang terbuat dari
benda organik. Hal ini disebabkan RePolymerizationmemucatkan warna atau cat.
Dengan demikian RePolymerzationdapat menyebabkans truktur menjadi berubah. Cahaya buatan adalah cahaya yang dipersiapkan oleh manusia
setelah matahari terbenam.Cahaya buatan dapat kita lihat perkembangannya dalam
kehidupan manusia diawali darilampu minyak, lampu lilin, lampu gas, lampu
listrik, serta ElektricDischarge Lamps. Lampu tersebut menggunakan sumber
cahaya listrik modern yaitu: Arc lamps, Incendescnt lamp, Gaseous Vapour Lamps,
Fluurescent Lamps, danEletroluminescence. Cahaya alam maupun buatan dapat menimbulkan
kerusakan terhadap material, sinar ultra violet ini dapat merubah struktur
materialdan intencitas cahaya yang tinggi dapatmerusak benda-bendaorganik.
Dengan demikian kita dalam menggunakan sinar dalamruang koleksi maupun gudang
koleksi perlu mempertimbangkan jangan sampai timbulradiasi yang membahayakan
atau merusak koleksi.
(3) Faktor
Tumbuh-tumbuhan Kecil
Micro organisme yaitu berbagai jenis jamur
ataucendawan yang menyerang koleksi. Tumbuh-tumbuhan itu disebut bakteria moss . Bakteriaini merupakan
tumbuh-tumbuhanyang sangat tipis dan sangat sederhana bentuknya, dansangat
kecil sehingga tanaman ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan
microscop.Tumbuhan bakteria ini mengeluarkan asam sulphat dan menimbulkan penyakit. Selaindari pada itu,
tumbuhan bakteria menyebabkan tumbuh suburnya tumbuh-tumbuhanlainyang lebih
besar. Dengan demikian tumbuhan itu terus berkembang secara bersama-samadan
membentang seperti karpet pada permukaan benda koleksi. Pada akhirnyatumbuhan
ini merusak bagian permukaan benda.
Ada beberapa jenis tumbuhan ini yaitu:
(a) Moos
; tumbuhan ini sangat halus, kesil, serta bentuk dan warnanya beraneka
ragam(merah, hijau, coklat). Tumbuhan ini merusak permukaan benda, tumbuhan
iniberkembang cepat dan membentang ke permukaan benda.
(b) Milden
; tumbuhan ini sering disebut semacam fungus atau fungi . Tumbuhan
inisering muncul atau tumbuh pada permukaan pohon, kertas, kulit, dan lain
sebagainya.Tumbuhan ini berkembang biak dengan cepat pada tempat dan musim yang
banyakair atau genangan air.
(c) Fungus
; adalah tumbuhan yang tidak berbunga dan banyak jenisnya
(Musccharhrom,Toedstools, Mods, Smuts Meldew ). Jenis ini merupakan grup dari
tanaman fungi.
Tumbuhan fungus ini merupakan tanaman yang dapat dimakan dan
tidak beracun. Molds adalah cendawan yang pada umumnya tumbuhan
yang berasal dari sisamakanan yang tersimpan terlalu lama , atau tersimapan di
tempat yang terlalu lembab.
(4) Faktor serangga
(insects) dan binatang mengerat (tikus kecil)
Serangga ini merupakan grup binatang kecil
yang disebut Inverete
brate animal. Binatang ini dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu; heat, thorax, danabdomen. Yang ketiganya termasuk grup
yaitu: Mosqkitos, Greasshopers, dan Beetle (atau bangsa lalat,nyamuk, belalang,
kumbang). Beetles atau kumbang sangat berbahaya terhadap bendakoleksi. Jenis
serangga beetles terbagi dalam beberapa keluarga yaitu:
(a) Spider beetle; kumbang jenis ini sangat berbahaya terhadap
koleksi yang terbuatdari bahan tumbuh-tumbuhan.
(b) Powder beetles
(listus) meliputi:
Furniture Beetle (Anabium), Deat Watch Beetles(Xestolim). Keluarga serangga
Beetles ini sangat gemar menyerang benda koleksiyang mengandung protein dan
Cellulose.
(c)
Darmestes Beetles; keluarga ini terdiri dari:
1.
Furniture Carpet Beetles (Anthermus Flavipus).
2.
Carpet Beetele (Attagamus Gloriouse), jenis ini serangga khusus pemakan
bendakoleksi yang mengandung protein saja.
3.
Museum Beetle (Anthremus Museum) serangga ini sangat gemar makan
bendayang berasal dari tumbuh-tumbuhanyang sudah kering.
4.
Leather Beetle (Dermaentes Vulpinus), serangga ini suka makan
benda-bendayang terbuat dari kulit.
5.
Book warm Beetle (Qastrallus Indicus; adalah serangga pemakan kertas
danbuku-buku.
(d) Kelompok serangga lain yang merusak benda
koleksi yaitu: Termits,Cockrouch, dan Silverfish. Kelompok serangga ini mempunyai karakter
sebagai berikut:
Ø
Termis (rayap) serangga ini hidup berkelompok dalam jumlah besar. Mereka
itutermasuk binatang pemakan benda – benda yang mengandung Cellulose.
Ø
Cocroasche kacoa (lipas) serangga ini sangat gemar memakan benda –
bendayang mengandung Cellulose dan protein.
Ø
Silverfish (lepisna Saecharine) dan Moth , gemar memakan
benda-bendayangdibuat dari tumbuh-tumbuhan.
(e) Binatang mengerat (Rats)
Binatang mengerat ini salah satu penyebab
kerusakan dan kemusnahan benda bandakoleksi. Binatang mengerat ini sangat
berbahaya terhadap benda–benda koleksi daribahan organik. Hal ini, disebabkan
binatang mengerat ini menggunakan giginya dapatmenghancurkan benda–benda,
antara lain kayu, kertas, serta benda-bendalain yangtermasuk benda dari bahan
organik.
(f) Faktor manusia
Manusia merupakan penyebab kerusakan
benda–benda koleksi, baik disengaja maupuntidak. Faktor yang tidak disengaja
dalam hal ini, dapat terjadi karena cara pengambilandan membawa benda koleksi
yang salah. Hal ini disebabkan karena yang bersangkutankurang mengerti arti dan
fungsi benda koleksi. Sehingga dengan perlakuan yang salah,mengakibatkan benda
koleksi setelah sampai di tempat tujuan mengalami kerusakan. Misalnya, benda
koleksi retak, tidak utuh, pecah, berjamur, serta ada yang hilang. Faktor
manusia akibat kesengajaan. Hal ini dilakukan karena sengaja merusak dan
mengambilobyek-obyekmuseum untuk kepentingan pribadi.
(g) Faktor pencemaran udara yaitu; akibat terkena debu, kotoran kenslpot
mesin.
C. Prosedur kerja konservasi
Kegiatan konservasi benda koleksi museum,
merupakan proses manajemen yang memerlukansistem yang pasti. Sistem yang baku
atau tetap dalam proses konservasi benda koleksi museummelewati tujuh tahapan.
Masing masing tahapan selalu berkaitan dan merupakan tindak lanjut darihasil
kerja tahap awal. Menurut Herman, (1981: 66) secara bertahap dan sistematis
kerja konservasi diawali dari:
1) Pencatatan identitas benda-bendayang masuk
sebagai pasien.
2) Pencatatan dan pemeriksaan tentang penyakit
(diaknosa) terhadap benda–benda
Koleksi museum.
3) Pemotretan terhadap benda koleksi sebelum
dilakukan pengobatan.
4) Pencatatan tentang bahan kimia yang
digunakan untuk memproses serta cara
melakukannya.
5) Pemberian (reservasi) dan pengembalian
nomer inventaris yang terhapus
selama diproses.
6) Pemotretan kedua sesudah benda tersebut
selesai diproses.
7) Finale record secara nenyeluruh pada
formulir yang sudah disediakan.
D. Kajian
Lapangan
Proses konservasi benda koleksi museum
diawali dari identifikasi benda koleksi yangdinyatakan bermasalah atau rusak.
Kemudian dilanjutkan pencatatan dan pemeriksaan jenis penyakitatau kerusakan.
Selanjutnya dilakukan pemotretan benda sebelum dikonservasi. Dari hasil
pemeriksaan dan identifikasi kerusakan,dilakukan penentuan dan pencatatan bahan
kimia yangdiperlukan untuk memproses. Tahap berikutnya dilakukan pengawetan
terhadap benda danpemberian nomer inventaris yang rusak atau hilang. Setelah
pelaksanaan perawatan dilakukanpemotretan ulang setelah proses konservasi.
Berdasarkan proses konservasi koleksi benda budayaini, diperoleh data yang
merupakan hasil proses manajemen
konservasi koleksi benda budaya.Bertitik tolak dari data diatas
menunjukkan ada beberapa jenis koleksi yang dikonservasi. Benda tersebut dibedakan berdasarkan jenis
bahan yang digunakan dalam pembuatan benda koleksi.Dalam hal ini, sasaran benda
yang di konservasi adalah benda yang terbuat dari bahan batu, emas,fosil, kayu,
keramik, logam (emas, perunggu, besi) dan kain, campuran (keris = kayu dan
besi,wayang = kulit dan bambu, benang ). Dengan demikian dari berbagai jenis
koleksi ini masing-masing benda memerlukan perlakuan yang berbeda satu dan yang
lain dalam proses perawatan.Perlakuan dalam perawatan koleksi benda budaya di
museum dapat dilihat dalam konservasipatung
ganesha dan arca ular yang
terbuat dari bahan batu. Perawatan bahan batu pada umumnyameliputi;
1)
Pembersihan lumut (tumbuhan) pada relung atau celah-celah, dilakukan
pembersihan secarakering
dengan menggunakan sekrapel.
2)
Pembersihan menggunakan sikat
ijuk.
3)
Pembersihan dengan menggunakan bahan kimia Tipol.
4)
Dibersihkan dengan air sampai limbah cusian netral.
Konservasi keris yang terbuat dari bahan besi
dan kayu, pada umumnya
dilakukan dengan:
1)
Membersihkan bilah keris dengan asam
sirat.
2)
Merendam bilah keris dengan larutan warangan dan air jeruk
nipis.
3)
Mencuci bilah keris sampai kelihatan pamor aslinya.
4)
Mencuci bilah keris kembali sampai limbah cucian netral, kemudian dikeringkan secara alami.
5)
Kerangka yang terbuat dari kayu diawetkan dengan melapisi lentrek dan PV Acetat.
6)
Melapisi keris dengan minyak Cendana dan Melati.
Perawatan koleksi benda budaya dari bahan
perunggu memerlukan perlakuan tertentu.Konservasi koleksi perunggu ini diproses
dengan cara petugas melakukan beberapa tindakanperawatan sebagai berikut:
1)
Membersihkan noda carbonat dengan
alat jarum pada koleksi.
2)
Membersihkan noda carbonat dengan
larutan asam sirat secara
lokal.
3)
Koleksi dicuci dan disikat, hingga limbah cucian netral.
4)
Selanjutnya benda yang telah bersih itu, dioven agar kering secara maksimal.
5)
Koleksi yang telah kering betul dilapisi dengan bahan kimia P V.
Acetat.
Dengan demikian, hasil konservasi ini baik
dan dapat memberi perlindungan dan perawatanbagi koleksi yang terbuat dari
perunggu. Sehingga benda tersebut mampu bertahan lama danterhindar dari
kerusakan. Oleh karena itu, kegiatan konsevasi tidak dapat diabaikan dan
perludilaksanakan secara benar dan kontinue. Perawatan koleksi dari bahan kain memerlukan perhatian dan
perlakuan secara khusus.Hal ini, disebabkan kain merupakan koleksi yang rawan
rusak karena jamur dan serangga. Kegiatankonservasi koleksi yang berasal dari
kain ini cenderung menghilangkan dan membasmi jamur danbinatang yang merusak
koleksi. Proses konervasi ini diawali dengan petugas melaksanakan;
a.
Memasukkan kain kedalam almari fumigasi atau pengasapan.
b.
Di dalam almari koleksi kain tersebut diasapi dengan bahan kimia
menggunakan Thimol danAlkohol agar membasmi penyakit koleksi.
c.
Pelaksanaan fumigasi atau pengasapan dilakukan selama lima belas hari.
d.
Setelah pengasapan koleksi dibersihkan dengan kuas halus, maksudnya agar tidakmenimbulkan kerusakan baru.
e.
Koleksi kain di rol atau di gulung sesuai posisi semula.
f.
Penyimpanan kembali dengan cara yang benar.
Proses konservasi kain semacam ini diharapkan
dapat mengamankan koleksi dari ancamanpenyakit dan kerusakan. Dengan demikian,
melalui perawatan yang rutin keberadaan koleksidapat mampu bertahan lebih lama.
Oleh sebab itu, perawatan koleksi kain memerlukan perhatiansecara tepat dan
mendapat perioritas secara rutin.Perawatan koleksi keramik memerlukan perlakuan
berbeda dengan jenis koleksi yanglain. Hal ini, disebabkan karena keramik
dibuat dari bahan yang mudah pecah oleh sebabitu perlu ketelitian dalam
perawatan. Proses konservasi koleksi keramik dilaksanakan oleh petugassecara
bertahap sebagai berikut:
1)
Membersihkan koleksi dalam keadaan kering menggunakan kuas halus, hal
ini menghindaritimbulnya goresan atau kerusakan baru.
2)
Koleksi keramik yang ada sambungan karena pecah, pada sambungan
diinjeksi dengan lematau bahan
perekat.
3)
Bila ada noda cat atau kotoran lain dibersihkan dengan bahan kimia
menggunakan Aceton.
4)
Selanjutnya koleksi keramik dicuci dengan bahan kimia menggunakan Typol.
5)
Koleksi dicusi hingga limbah cucian atau larutan kimia tersebut netral.
6)
Koleksi dikeringkan menggunakan udara melalui kompresor.
Proses konservasi koleksi keramik demikian
diharapkan dapat memperoleh hasil yang baik.Perawatan mampu melindungi benda tersebut
dari kerusakan baik warna maupun keberadaannya.Dengan demikian, koleksi museum
dapat dirawat dengan benar, sehingga koleksi keramik ini dapatbertahan lebih
lama sesuai keberadaanya.Perawatan koleksi busur panah yang terbuat dari bahan
campuran (bambu dan logam) inimemerlukan perlakuan yang berbeda denga jenis
koleksi yang lain. Kegiatan konservasi dilakukan secara bertahap sebagai
berikut:
1)
Koleksi dimasukkan ke dalam almari fumigasi.
2)
Di dalam almari fumigasi, koleksi diasapi dengan bahan kimia menggunakan
campuran antaraThymol dan Ethanol.
3)
Proses pengasapan koleksi dilakukan selama lima belas hari.
4)
Lubang yang terdapat pada koleksi diinjeksi dengan bahan kimia
menggunakan larutan lentrek.
5)
Koleksi secara keseluruhan dilapisi dengan bahan kimia menggunakan sherlak putih ataudilapisi dengan PV Acetat .
Proses konservasi koleksi yang terbuat dari
bahan campuran ini, dilaksanakan dengan harapandapat melindungi koleksi dari
serangan hama. Dengan demikian, keberadaan koleksi dapatdipertahankan lebih
lama. Oleh karena itu, perlu dilakukan konservasi cecara rutin terhadap
bendayang terbuat dari jenis bahan campuran.Perawatan koleksi wayang babatyang terbuat dari bahan
kulit dan bambu, ini memerlukanperhatian dan perlakuan secara khusus. Koleksi
wayang ini, rawan terhadap serangan jamur,debu dan kerusakan pada sambungan
antara bagian tangan dan tubuh wayang. Kerusakan koleksiini, disebabkan karena
cara menyimpanan ditumpuk antara satu dengan yang lain. Konservasikoleksi
wayang ini dilaksanakan secara bertahap sebagai barikut:
1)
Wayang dimasukkan ke dalam almari fumigasi.
2)
Mengasapi wayang dalam almari fumigasi dengan bahan kimia menggunakan larutan Thymoldan Ethanol.
3)
Pengasapan wayang dalam almari fumigasi selama lima belas hari, agar
jamur mati dan hilang.
4)
Wayang selanjutnya dibersihkan dengan kuas halus, untuk menghilang-kan debu dan sisa jamur.
5)
Penyimpanan wayang dilakukan dengan cara tersusun, dengan komposisi yang
besar diletakanpada bagian bawah, dan seterusnya semakin keatas semakin kecil.
6)
Pada bagian wayang yang putus atau terlepas di ikat atau di jahit
kembali.
Proses konservasi ini merupakan upaya yang
tepat, dalam menyelamatkan dan merawatkoleksi dari bahan campuran yang rawan
rusak. Perawatan benda ini dilakukan secara periodiktetapi pasti. Oleh sebab itu,
perawatan benda koleksi jenis wayang ini tak boleh diabaikan, agarwayang mampu
bertahan lama.
Perawatan koleksi yang terbuat dari bahan
logam mulia atau emas, ini memerlukan perlakuankhusus dan hati-hati.Konservasi
koleksi emas ini dilaksanakan dengan proses sebagai berikut:
1)
Koleksi dibersihkan dari debu dengan cara membersihkan dengan kuas
halus.
2)
Bila koleksi ternoda bekas lem dibersihkan
dengan bahan kimia menggunakan Aceton.
3)
Kemudian koleksi dicusi dengan bahan kimia menggunakan Typol.
4)
Stirilisai koleksi dengan bahan kimia menggunakan Aquadest.
5)
Selanjutnya terakhir dilakukan pengeringan dengan kompresor.
Proses konservasi logam mulia dengan cara
demikian diharapkan mendapatkan hasil yangbaik. Koleksi dari bahan emas ini
jarang dilakukan karena koleksi ini cenderung ancaman rusaklebih kecil. Oleh
karena itu, perhatian terhadap koleksi ini cenderung untuk menyelamatkan
koleksidari bahaya hilang.
Perawatan koleksi yang terbuat dari fosil
atau koleksi fosil, ini memerlukan perlakuan khusus.Konservasi terhadap koleksi
fosil ini dilaksanakan sebagai berikut:
(1)
Membersihkan debu pada koleksi, dengan menggunakan kuas halus.
Hal ini dimaksud
agartidak menimbulkan goresan baru.
(2)
Pada bagian koleksi yang retak di
injeksi dengan lem UHU atau
yang sejenis.
(3)
Secara keseluruhan koleksi dilapisi dengan PVA.
(4)
Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan kompresor dengan harapan dapat kering secaramaksimal.
Proses konservasi terhadap koleksi fosil ini,
merupakan upaya yang tepat dengan harapan mendapatkan hasil yang baik. Dengan demikian,
pelestarian koleksi fosil ini dapat terwujud, sehingga keberadaan fosil dapat bertahan lebih lama.
Oleh sebab itu, perawatan koleksi fosil ini agar dilakukan secara intensif.
BAB V
PEMASARAN MUSEUM
A. Pemasaran Museum
Munculnya ide pemasaran museum adalah relatif baru,
yaitu sekitar tahun 1960an. Ketika itu jumlah pengunjung di museum-museum Eropa
dan Amerika Serikat sangat merosot. Manajemen museum juga dianggap kurang
profesional. Dalam keadaan krisis semacam itu muncullah konsep tentang
marketing museum (pemasaran museum). Metropolitan Museum of Art di New York
baru menggunakan konsep marketing museum sekitar tahun 1969. Karena adanya
perubahan-perubahan tersebut di atas maka dirasa perlu mengubah sebutan
pengunjung museum dengan “pengguna museum”, karena ada pendapat bahwa
sebuah museum dapat menolong orang hanya jika orang itu menggunakan museum.
Orang akan menggunakan museum jika ia mengenal museum itu. Bila suatu museum
dikenal memiliki tata pameran tentang etnografi (strategi penelitian
ilmiah) Indonesia, maka apabila ada seseorang yang ingin menambah
pengetahuannya tentang etnografi, ia pergi ke museum itu untuk melihat
tata pameran benda-benda etnografi. Jadi orang tersebut datang melihat-lihat
museum dengan suatu tujuan khusus yaitu untuk menambah pengetahuannya tentang
etnografi Indonesia. Contoh lain, bila di suatu museum dikenal adanya tata
pameran tentang benda-benda purbakala, maka apabila ada orang yang ingin
memperdalam pengetahuannya tentang kepurbakalaan maka ia datang ke
museum tersebut. Jadi orang tersebut datang ke museum itu dengan suatu tujuan
yaitu ingin memperdalam pengetahuannya mengenai segala sesuatu yang
koleksinya di pamerkan di museum tersebut.
Marketing
Museum berhubungan dengan kemajuan-kemajuan pengunjung, yang bertujuan
untuk membuat pengunjung dengan latar belakang yang lebih luas, sedang
pada waktu yang bersamaan membuat hubungan yang lebih dekat dengan pengunjung
tetap museum. Jadi, marketing adalah suatu bagian yang tak terpisahkan dari
komunikasi antara museum dengan publiknya. Pemasaran erat kaitannya dengan
publik program, tetapi fungsi ini biasanya dihubungkan dengan
administrasi museum. Banyak museum yang memiliki program pemasaran yang efektif
tetapi tidak memiliki ‘seksi pemasaran’ sendiri, fungsi pemasaran adalah bagian
dari divisi pengembangan dan komunikasi. Di manapun fungsi pemasaran terletak
di peta organisasi Museum, managemen pemasaran adalah yang terpenting di
antara seluruh institusi, yang memelihara dengan cermat tentang bagaimana
sebuah pameran di promosikan dan apakah publik mengunjunginya, penjaga ruang
dan staf pengelola pengunjung museum, yang menyambut pengunjung lewat
pintu-pintu; staf pengembangan, yang mengetahui bahwa suatu tambahan dalam
keanggotaan dan donasi mengiringi kesadaran publik tingkat tinggi, dan
staf keuangan, yang melihat perbaikan substansial di ‘bottom line’ ketika
pegawai bertambah. Hal ini berarti bahwa fungsi pemasaran paling baik dipergunakan
oleh tim proyek interdepartemental terutama dalam memasarkan pameran besar dan
peristiwa yang spesial (special events).
Managemen dari
pemasaran museum dipusatkan pada:
a. Mengidentifikasikan keadaan museum sekarang dan pasar
museum yang potensial dan berkomunikasi secara efektif dengan mereka (pasar).
b. Mengamati di dalam museum perbaikan-perbaikan secara
terus menerus, perbaikan dari produk museum dan servis untuk memenuhi
kebutuhan dari orang-orang ini, sehingga mereka akan berkunjung ke museum
dan kembali berkunjung lagi.
c. Bertambahnya pegawai dan revenu dari pengunjung.
Di dalam ruang lingkup luas dari pengunjung dan bukan
pengunjung, banyak ‘segmen pasar’ sektor-sektor homogen dari populasi yang
memiliki kesamaan dalam demografi, geografi dan tingkah laku atau pola gaya
hidup. Melalui strategi pemasarannya, museum dapat mempengaruhi pola
pengunjung.
Langkah pertama dalam pemasaran museum ialah mengerti
tentang pengunjung yang ada segmen pasar yang mereka perlihatkan, frekuensi
kedatangan mereka dan motivasi mereka. Hal ini mungkin dapat diselesaikan
dengan meneliti hidup pengunjung sehari-hari, melalui observasi (penga-matan) dan survey pengunjung.
Langkah berikutnya ialah membandingkan realitas ini
dengan demografi dari pasar penduduk yang didapat dari data sensus dan
turis-turis yang mengunjungi daerah itu bisa didapat dari kantor pariwisata
setempat (local tourist board) atau kantor perdagangan (chamber of
commerce),dan dengan hasil akhir survey pengunjung di museum-museum lain dan
atraksi pengunjung di daerah itu yang dengan keberuntungan, akan memberi
informasi sehingga analis-analis dapat menentukan segmen pasar mana yang kurang
dimunculkan di dalam dasar pengunjung museum.
Langkah ke tiga sangat menantang: menganalisa apa arti
semua itu, menaruh prioritas pemasaran di sekeliling ‘segmen target
pemasaran’, dan mengidentifikasikan strategi pemasaran yang akan mendorong
pengunjung dari segmen-segmen pemasaran tersebut. Keadaan ini
menggantikan “marketing brief” untuk tugas-tugas dari adpertensi, promosi
dan hubungan masyarakat sampai kepada kreasi spesial program.Tugas-tugas ini
dapat dilakukan oleh staf museum katakanlah, dalam departemen edukasi untuk
kreasi program-program, atau dalam departemen grafis untuk menciptakan
poster–poster atau mereka mungkin bisa mendapatkan konsultan dari luar,
termasuk perusahaan hubungan masyarakat atau perusahaan iklan.
Penting untuk dicatat bahwa strategi mungkin bertujuan
untuk memajukan pasar yang kurang ditonjolkan, sebaliknya, boleh memilih untuk
melayani secara lebih baik segmen pemasaran yang sekarangdan pilihan harus
dibuat oleh direktur museum, bukan oleh marketing personel sendiri.
Langkah keempat ialah implementasi dari rencana
marketing (marketing plan).Tugas dari seorang marketing manager
ialah secara efektif memonitor laporan singkat (the brief), koordinasi
penyelesaian semua tugas-tugas tepat pada waktunya, mengusahakan supaya semua
tercakup didalam budget dan tingkatan kwalitasnya sesuai dengan yang sudah
disetujui.
Langkah terakhir ialah evaluasi dari hasilnya,
mencatat apa yang harus diganti, dan produksi dari yang dilakukan dengan tangan
(manual) untuk gerakan marketing di masa depan.
Riset mengenai pengunjung museum dengan cara
mengumpulkan informasi yang up-to date dan dapat dipercaya mengenai pengunjung
museum supaya museum dapat:
a. memperbaiki penampilannya dalam lingkungan publik.
b. memusatkan diri pada pemenuhan kebutuhan publik dan
harapannya, dan mendapatkan hasil yang berhubungan dengan pengunjung dan publik
interes.
c. Menunjukkan kepada pemberi dana dan sponsor sekarang
dan yang potensial, apakah dalam sektor publik atau privat, tingkatan dimana
publik dilayani, dan di bagian sektor publik mana museum digunakan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan ini, diperlukan
keseimbangan antara kuantitatif analisis dari demografi, tingkah laku dan
metode kualitatif yang memusatkan perhatian pada perasaan, sikap dan motivasi
pengunjung. Hal ini sangat perlu sebab:
a.
Museum-museum
yang maju dengan pesat di masa depan ialah museum yang benar-benar bernilai bagi
masyarakat.
b.
Data
pengunjung memperlihatkan bahwa motifasi dari mulut ke mulut sering kali
yang paling banyak di sebutkan untuk sebuah kunjungan museum ini berarti bahwa
kepuasan pengunjung adalah generator yang paling signifikan bagi pengunjung
museum.
c.
Museum
telah menjadi semakin tergantung kepada pengunjung dan pembelanjaan
pengunjung di dalam gift shop dan restauran mereka, dan yang potensial
mengubah pengunjung menjadi anggota museum dan pendukung adalah
berhubungan dengan kepuasan pengunjung dengan pengalaman museum.
Penghitungan pengunjung dan survei pengunjung dipakai
untuk menciptakan suatu database bagi pengunjung, demografi (jumlah penduduk)
dan informasi sikap hidup, sementara metode-metode seperti galeri interview,
observasi, workshop dan fokus group dipakai untuk mengerti motivasi
pengunjung, harapannya, dan kualitas pengalaman pengunjung. Tipe riset semacam
ini adalah penting sekali di dalam menjuruskan kebutuhan-kebutuhan kelompok
yang berada di luar museum (outreach) seperti minoritas dan group
berpenghasilan rendah, karena group ini tidak dimunculkan dalam survei
tradisional museum, dan oleh karenanya sangat sedikit yang diketahui
tentang tingkah laku, harapan mereka, dan pengalaman-pengalaman di dalam
museum.
Pendekatan yang paling efektif dan efisien terhadap
riset pengunjung ialah mengembangkan suatu program yang komprehensif dan
berputar selama tiga sampai lima tahun yang memusatkan perhatian pada riset
kuantitatifdalam beberapa tahun dan riset kualitatif di tahun-tahun yang lain.
Kuncinya ialah mengikut sertakan wakil-wakil dari semua departemen yang bekerja
dengan publik dalam tim riset project masyarakat, untuk memastikan bahwa
semua aktivitas evaluasi yang banyak dari museum (apakah dari program edukasi
atau dari kartu komentar para pengunjung) menyumbang kepada riset database
pengunjung. Museum harus memiliki seorang evaluator di dalam staf nya. Untuk
mendesain dan mengimplemen riset, atau menjelaskan secara singkat (mengambil
alih pekerjaan konsultan), menganalisa dan menyebarkan hasilnya lewat tim
proyek.
Ada banyak market
segmen yang potensial yang dicari sebuah museum untuk ditarik. Memilih
target market berarti memilih segmen yang mana akan menjadi fokus dari energi
museum. didasarkan pada banyak faktor, dari kecukupan uang untuk membeli
(affordability) kecuali pasar sudah penuh, lebih murah dan kurang
resikonya untuk menargetkan jumlah yang lebih besar dari tipe orang yang anda
sudah menariknya ke tanggung jawab (responsibility) sebagai suatu publik
institusi, penting untuk mencapai ke mereka yang kurang ditonjolkan.
Lima faktor utama
perlu diperhatikan dalam memilih dan memprioritaskan target pasar:
1.
Ukuran
segmen pasar dan pertumbuhannya yang potensial.
2.
Pentingnya
segmen pasar terhadap visi dan misi museum hal ini mempergunakan terutama
museum sebagai suatu institusi pendidikan publik di dalam suatu masyarakat yang
bermacam-macam budaya dan ekonominya.
3.
Kebisaan
segmen pasar untuk membantu pada masukan yang didapat dari pengunjung.
4.
Bantuan
dari suatu segmen pasar tertentu kepada tourisme atau pembangunan ekonomi dari
daerah itu ada suatu pengenalan yang bertumbuh dari peran sentral museum-museum
dalam menarik perhatian pemilik uang besar ‘turis budaya’ dan dalam menolong
untuk menambah lamanya tinggal dan semua turis yang telah membelanjakan semua
uangnya masyarakat juga menilai museum-museum karena museum-museum itu adalah
simbol dari ‘kualitas hidup’ daerah, yaitu faktor-faktor dalam menarik industri
baru dan perusahaan servis ke daerah baru tersebut.
5.
Biaya
yang dikeluarkan dalam usaha untuk menarik setiap segmen.
B. Strategi Marketing Pemasaran Museum
Strategi-strategi museum menunjuk kepada
banyak cara dimana museum dapat memperbaiki komunikasi dan servisnya dengan
mendorong pembelanjaan para pengunjung. Strategi pemasaran (marketing) juga
bermaksud untuk membuat hubungan yang lebih dekat dengan pengunjung museum,
mengutamakan pengulangan kunjungan,menambah anggota museum dan donasi. Ini
adalah suatu proses yang terus menurus dalam mana manager dari aktifitas
marketing museum harus bekerja dekat dengan evaluasi, kuratorial dan staf
program, dan pengembangan dan servis pengungjung, yang idealnya melewati suatu
tim project. Sekali strategi marketing
secara menyeluruh sudah didirakan, mungkin ada sebanyak 50 strategi marketing
yang spesifik yang harus dilaksanakan, misalnya harga tanda masuk bagi keluarga
lokal, kampanye iklan dalam kerja sama dengan
hotel lokal untuk menarik turis-turis.
Pembukaan waktu sore yang ditargetkan pada
pasar tunggal (single market) dan spesial seminar-seminar untuk menggerakkan
hati para collector. Memajukan strategi yang benar membutuhkan orang-orang ahli
dalam pemasaran Museum, dan pengetahuan tentang apa dan bagaimana yang telah
sukses di tempat-tempat lain. Museum-museum dapat mendapatkan keuntungan besar
dari mempelajari tentang keberhasilan dan kegagalan dari museum-museum lain
yang memiliki ukuran dan ruang lingkup yang sama ini disebut analisis
perbandingan (comparable analysis) dan terdiri dari wawancara yang mendalam dengan
staf dari institusi yang setara ‘Best practice study’ juga sangat menolong ini
berusaha untuk mengidentifikasi contoh-contoh dari institusi-institusi yang
meraih kesuksusan yang tinggi yang mungkin lebih besar atau lebih kecil dari
institusi anda, dan menganalisa bagaimana metode-metode mereka dapat digunakan
di dalam museum anda. Dengan maksud untuk mencegah mengambil pelajaran yang
salah dari contoh atau mendapatkan kesalahan-kesalahan yang hanya nyata-nyata
kesuksesan-kesuksesan, dua tipe riset harus difasilitasi oleh staf atau
konsultan dari luar yang telah memiliki pengalaman dalam pemasaran museum dan
memanage perubahan organisasional.
C. Maksud dan Tujuan Strategi Pemasaran Museum
Memasarkan sebuah museum erat kaitannya dengan kemajuan-kemajuan pengunjung,
dan bertujuan untuk menarik kedatangan pengunjung sebanyak-banyaknya dari
berbagai kalangan. Jadi pemasaran atau marketing museum adalah bagian yang tak
terpisahkan dari komunikasi antara museum dan publiknya. Selain itu juga
diusahakan supaya para pengunjung tadi mau berkunjung berkali-kali ke museum
tetapi lebih diutamakan jika yang datang keesokkan harinya adalah orang-orang
lain lagi.
BAB VI
Publikasi dan marketing
museum
Museum merupakan suatu badan yang bersifat tetap dan
tidak tergantung kepada siapapun. Museum bukan hanya merupakan tempat wisata,
tetapi juga untuk kepentingan studi dan penelitian serta untuk melestarikan
benda-benda dan kebudayaan-kebudaan dimasa lampau. Museum menurut definisi ICOM adalah suatu
lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat,
terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkomunikasikan,
dan memamerkan benda-benda bukti material manusia dan lingkungannya untuk
tujuan studi, pendidikan, dan pariwisata. Museum memiliki keterkaitan dengan warisan budaya,
keterkaitan tersebut yakni sebagai suatu lembaga, tempat penyimpanan yang
melakukan perawatan, pengamanan, serta pemanfaatan benda-benda dan budaya masa
lampau. Museum juga sebagai tempat yang melakukan upaya perlindungan kekayaan
serta budaya bagi suatu bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
sejarahnya. Ungkapan tersebut sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga
kita. Namun, sepertinya kita tidak hanya sekedar menghargai saja. Melainkan
kita juga diwajibkan untuk memahami dari sebuah sejarah. Karena dengan kita
memahaminya otomatis kita akan menghargainya.
Sebagai masyarakat yang berada di suatu
bangsa yang besar, masyarakat harus memahami apa yang menjadi sejarah dari
bangsanya. Selain itu, kita juga harus menghargai proses-proses yang dialami
bangsa ini. Hal tersebut bertujuan agar apa yang telah dialami bangsa dahulunya
dapat dijadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan di masa sekarang dan yang
akan datang. Mengambil semua yang merupakan sisi positif dan memperbaiki semua
yang merupakan bagian dari kesalahan yang terjadi di masa lalu agar kesalahan
tersebut tidak akan terulang pada masa yang akan datang. Maka dari itu,
melestarikan sebuah sejarah sangatlah penting, hal tersebut bertujuan untuk
dapat memahami serta dihargai sangatlah
penting. Dewasa ini banyak
cara yang dapat dilakukan untuk memahami sebuah sejarah. Tidak hanya melalui
buku, saat ini banyak media yang dapat digunakan untuk mempelajari sebuah
sejarah suatu bangsa. Mulai dari media audio visual seperti
televisi dan radio hingga media internet dapat kita gunakan sebagai sarana
pembelajaran tentang sejarah sejarah bagi msyarakat. tidak hanya sejarah saja,
hal-hal yang berkaitan dengan ilmu-ilmu lain juga dapat dipelajari lewat
museum. Museum adalah lembaga
yang mempunyai peranan strategis dalam melestarikan dan mengkomunikasikan
sumber daya budaya kita yang sangat beragam, sebagai salah satu asset
pariwisata Indonesia (Khoirnafiya, 2009). Museum juga mempunyai peran penting
dalam meningkatkan kualitas masyarakat, antara lain dalam membentuk
pembelajaran, pelayanan informasi, dan penyediaan tempt rekreasi yang
edukatif. Oleh karena itu,
museum perlu ditumbuh kembangkan dengan baik dan terarah mengingat museum
memiliki peranan yang sangat penting dalam masyarakat. Museum sendiri saat ini
bisa dibilang merupakan hal yang diprioritaskan oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan
bahwa museum merupakan tempat yang sangat bernilai bagi perjalanan hidup suatu
bangsa dan sebagai tempat menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang yang mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman
kebudayaan serta penting artinya bagi pembelajaran. Bentuk apresiasi yang nyata bagi suatu museum
adalah banyak-nya
kunjungan masyarakat ke museum. Namun persepsi masyarakat atas museum di
Indonesia masih memandang bahwa museum sebagai suatu bangunan tua yang
merupakan tempat menyimpan berbagai benda-benda kuno dan sudah tidak lagi
digunakan masyarakat secara umum . Hal ini terjadi karena informasi yang
berkaitan dengan museum jarang sekali diketahui oleh masyarakat. Padahal
banyak kegiatan yang ditujukan bagi masyarakat pentingnya museum sebagai
perannya sebagai lembaga layanan publik. Untuk itu, museum perlu memikirkan
secara mendalam dan aksi nyata agar masyarakat pengunjung museum sebagai salah
satu segmen khusus masyarakat yang secara sadar atau tidak sadar mau mendatangi
museum. Orientasi kepada masyarakat atau pengunjung
semestinya dapat diwujudkan dalam berbagai hal seperti program publik, kepuasan
pengunjung, dan pelayanannya. Semua itu dapat terlaksana apabila museum dapat
menjalin hubungan dengan pengunjung atau dalam konteks marketing adalah pelanggan.
Untuk itu tidak ada salahnya jika museum juga menerapkan manajemen hubungan
pelanggan. Tugas museum yang semestinya menjadikan masyarakat dari sekedar
pengunjung yang sekali datang menjadi pengunjung yang berkali kali datang,
hingga menjadi pengunjung yang setia. Pandangan masyarakat terhadap museum masih sangat kurang.
Hal ini terbukti bahwa sering sekali masyarakat memberikan tanggapan atau
asumsinya mengenai museum bahwa tempat-tempat lain banyak yang lebih menarik
jika dibandingkan museum. Maka dari itu pihak yang bertugas di Museum harus
melakukan publikasi serta strategi marketing musuem yang tepat agar masyarakat
tidak lagi salah menilai tentang Museum.
A. Publikasi Museum
Dalam
melakukan sebuah publikasi museum, straegi sangatlah diperlukan bagi
keberlangsungan publikasi tersebut. Dalam strategi senantiasa terkandung proses keputusan
dan berlangsung secara terus-menerus yang terdiri dari pembagian wewenang kerja
beserta tanggung jawabnya masing-masing, lokasi kegiatan, waktu, pelaksanaan
tindakan yang terperinci. Menurut Faisal
Affif, periklanan mempunyai pengertian sebagai suatu cara mempublikasikan atau
memberitahukan kepada khalayak umum suatu objek yang diharapkan dapat mencapai
tujuan tertentu. sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, periklanan adalah
suatu komunikasi massa dan harus dibayar untuk menarik kesadaran, menanamkan
informasi, mengembangkan sikap atau mengharapkan adanya suatu
tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan. Secara garis besar
tujuan promosi museum adalah memperkenalkan produk-produk musuem yang
ditawarkan seluas mungkin, menyusun produk musuem semenarik mungkin. Dengan
demikian mendorong sebanyak mungkin calon pengunjung museum untuk mengun-junginya,
menyampaikan isi pesan yang menarik tanpa harus berbohong. Pesan promosi
diharapkan dapat membangkitkan hasrat yang kuat sehingga penerima pesan tidak
mudah melupakannya. Strategi promosi diperlukan agar tujuan promosi dapat
tercapai. Intinya strategi promosi adalah keseluruhan metode dengan
mempergunakan berbagai media dan dibantu oleh faktor-faktor psikologis,
statistik sosiodemografis dan penelitian utnuk menyebarkan gagasan-gagasan,
menjual hasil produksi dan menjadikan suatu organisasi dikenal.
Publikasi
berusaha menciptakan permintaan itu atau mempengaruhi permintaan dengan cara
menonjolkan kesesuaian produk wisata dengan permintaan. Yang menjadi tujuan
pokok dari publikasi museum adalah memancing reaksi serta menggerakkan minat
masyarakat agar mereka berminat untuk berkunjung ke museum serta agar mereke
memiliki rasa cinta akan budaya bangsa dan menghargai warisan-warisan budaya
bangsa yang memiliki nilai sejarah. Promosi adalah bagaimana cara museum untuk
menginformasikan kepada publik mengenai
museum serta apa ssaja yang ada didalam museum, mencoba untuk mempengaruhi
sikap dan perilaku mereka. Dalam menentukan strategi promosi, ada bagian-bagian
tertentu yaitu :
1.
Bagian penelitian, khusus meneliti problem yang timbul
dalam pelaksanaan promosi
2.
Bagian pemasaran, bertugas membuat analisa,
mempelajari statistik, mengadakan peninjauan pasar.
3.
Bagian perencanaan, bertugas merencanakan bentuk
promosi yang hendak dilaksanakan.
4.
Bagian studio, tugasnya menciptakan desain, sampel dan
mock up untuk promosi yang akan dilaksanakan.
5.
Bagian teknik, bertugas menyiapkan bahan-bahan
produksi, cetak-mencetak, membuat klise, plate dan sebagainya.
6.
Bagian dekorasi, bertugas mengumpulkan artikel-artikel
dalam surat kabar mengenai publisitas dan promosi negara lain, statistik
pasaran.
7.
Bagian hukum, bertugas mengumpulkan dan mempelajari
undang-undang, peraturan, pajak di bidang promosi.
8.
Bagian administrasi, bertugas menyelesaikan pekerjaan
administrasi dan anggaran belanja.Hal ini berarti bahwa pesan promosi sedapat
mungkin sederhana dan jelas serta bersifat mengajak para pembeli. Pesan-pesan
promosi ituharus unggul di antara sekian banyak promosi yang ada dan juga harus
meyakinkan.
Publikasi
ini memiliki tiga tahapan pokok. Ketiga tahapan pokok tersebut antara lain
adalah sebagai berikut :
a) Penyebaran informasi
b) Penanaman kepercayaan dan keyakinan
c) Penjualan
Publikasi pada akhirnya bertujuan untuk
menjual produk. Yang dimaksud dengan produk tersebut adalah produk wisata
seperti benda-benda yang ada didalam museum. karena selain memiliki
fungsi-fungsi yang lain salah satu nya fungsi edukasi, museum juga memiliki
sebagai pariwisata. Museum harus melakukan penyebaran informasi kepada
masyarakat umum agar masyarakat tersebut mengerti dan memahami apa makna dari
museum, memahami hal-hal serta benda-benda dan nilai-nilai apa saja yang ada
didalam museum. hal ini dilakukan agar masyarakat tidak mengsalah artikan dan
memiliki salah anggapan mengenai museum. Informasi tersebut harus disampaikan secara
akurat agar masyarakat luas benar-benar percaya dan yakin dengan apa yang ada
didalam musem. Informasi yang disampaikan tidak boleh berlebihan, hal ini
bertujuan agar tidak terjadi gambaran yang tidak tepat.
Terdapat berbagai macam publikasi,
macam-macam publikasi tersebut antara lain adalah :
1. Publikasi Langsung
Ada bermacam-macam bentuk pesan dari publikasi yang
disampaikan secara langsung kepada masyarakat, tergantung dari maksud, tujuan
dan anggapan yang tersedia. Bentuk-bentuk tersebut sama dengan bentuk-bentuk
yang lazim digunakan dalam promosi, yang juga ditujukan langsung kepada
konsumen. Bentuk-bentuk tersebut antara lain adalah : leaflet
(lembaran-lembaran), folder (lipatan-lipatan), booklet atau brochure dan
lain-lain.
2.
Publikasi Intern
Agar promosi dan publikasi berhasil dalam melakukan berbagai kegiatan,
maka hal tersebut didasarkan pada :
a.
Suatu kebijakan umum tentang pemasaran
b.
Strategi pemasaran yang matang
c.
Pilihan
sarana komunikasi yang tepat.
B. Dampak Bagi Museum yang Kurang di Promosikan
Kurangnya promosi dan inovasi pada museum juga menjadi faktor penting
bagi keberlangsungan museum. Hal ini dikarenakan telah banyak ditemukan minim nya minat pendatang atau pengunjung
terhadap museum meskipun sebagian besar masyarakat atau pengunjung telah
mengetahui museum tersebut. Untuk itu, Dibutuhkan sebuah pengembangan
marketingisasi museum lebih lanjut agar museum mampu menunjukkan nilai-nilai
koleksi yang tersimpan kepada publik. Selain itu juga dibutuhkan kerjasama
dengan pihak-pihak tertentu dalam marketingisasi museum. Anggapan pengunjung
tentang “museum” adalah tempat kuno yang membosankan. Pengunjung masa sekarang
lebih menyenangi tempat-tempat yang nyaman dan menyenangkan. Tempat-tempat
tersebut menurut masyarakat umum memiliki nilai tersendiri sehingga
tempat-tempat tersebut dapat menghilangkan rasa kejenuhan masyarakat. Kurangnya rasa cinta akan budaya atau benda-benda dan
peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada didalam museum yang terjadi didalam
kalangan masyarakat juga dapat disebababkan oleh kurangnya promosi yang ada
didalam museum.
C.
Riset Pengunjung
Sebagai
sebuah lembaga yang menjadi tempat kunjungan banyak orang, museum seharusnya melakukan penelitian berkala terhadap
pengunjungnya. Penelitian serupa ini penting, terutama untuk meningkatkan
pelayanan kepada pengunjung. Museum harus dapat memenuhi harapan dan kebutuhan
komunitasnya, dan harus melakukan evaluasi apakah yang diperagakannya dapat
dimengerti dan sudah memenuhi rasa ingin tahu pengunjungnya. Museum merupakan bagian dari objek dan daya tarik wisata
dan sangat potensial untuk dikembangkan. Keberadaan museum dengan berbagai
macam koleksinya merupakan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang
mengunjunginya. Oleh karena itu, museum bisa menjadi bahan studi oleh kalangan
akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan
pemikiran imajinatif di masa depan. Mengacu pada definisi museum tersebut, fungsi
museum terbagi menjadi fungsi sosial dan fungsi komersial. Fungsi sosial museum
meliputi pendidikan, konservasi dan pelayanan yang diberikan kepada pengunjung.
Adapun fungsi komersial museum diantaranya mengumpulkan sumber daya sebagai bahan
pengembangan museum. Dari sisi komersialpun museum merupakan lembaga nirlaba
yang bukan berarti koleksi yang dimiliki tidaklah menarik. Selain itu, dengan
jumlah atau tingkat kunjungan wisatawan yang banyak tentunya akan meningkatkan
citra museum sebagai objek dan atraksii wisata alternatif. Pengunjung
museum dapat dibedakan menjadi dua, yang pertama yaitu para kolektor, seniman,
para perancang, ilmuwan, dan mahasiswa, yang karena latar belakang sosialnya
seakan-akan ada hubungan tertentu dengan koleksi museum, dan bahwa kunjungan
mereka ke museum itu sudah direncanakan semula dengan motivasi yang jelas.
Jenis pengunjung museum yang kedua yaitu mereka yang biasanya datang ke
museum tanpa tujuan tertentu. Jika suatu ketika mengunjungi museum dengan iseng
atau prakarsa spontan, mereka kembali pasif, tidak punya motivasi yang kuat
untuk tetap menjadi pelanggan museum. Pada tahun 2007 jumlah wisatawan yang
berkunjung ke museum sebanyak 3.136.251, dengan jumlah kunjungan tertinggi di
Museum Listrik dan Energi Baru yang berada di Taman Mini Indonesia Indah
sejumlah 427.114 dan jumlah kunjungan terendah di Museum Garuda Sriwijaya
sejumlah 105 wisatawan . Artinya masih perlu diperlukan metode pemasaran yang
tepat dan kerja keras antar stakeholder ataupun pengelola museum.
.
D. Marketing atau Pemasaran Museum
Untuk
mempopulerkan museum sebagai wahana pendidikan, para pengelola museum perlu
mengedepankan manajemen pengelolaan museum berbasis teknologi informasi atau TI
dan konservasi. Tantangan yang terbesar bagi museum adalah menarik minat
masyarakat agar mau berkunjung ke Museum. minimnya kesadaran masyarakat untuk
berkunjung ke Museum dikarenakan minimnya rasa nasionalisme, cinta budaya
bangsa yang dimiliki oleh masyarakat. Hal ini tentunya menjadi sebuah problem
besar yang harus diselesaikan oleh Musuem. Disinilah sebuah museum perlu
menerapkan strategi pemasaran museum kepada publik, agar problem-problem
tersebut sedikit dengan sedikit bisa teratsi.
Pengelola museum dituntut
untuk dapat merawat, meneliti serta memamerkan koleksi dengan kemasan
yang menarik walaupun dengan dana pengelolaan yang terbatas. Selain itu, dengan
jumlah atau tingkat kunjungan wisatawan yang banyak tentunya akan meningkatkan
citra museum sebagai objek dan atraksi wisata alternatif. Terdapat dua
jenis pengunjung museum, yang pertama yaitu para kolektor, seniman, para
perancang, ilmuwan, dan mahasiswa, yang karena latar belakang sosialnya
seakan-akan ada hubungan tertentu dengan koleksi museum, dan bahwa kunjungan
mereka ke museum itu sudah direncanakan semula dengan motivasi yang jelas.
Pengunjung museum berbeda-beda dari yang satu dengan yang lainnya. Ada yang
hanya datang ke museum tanpa tujuan tertentu dan ada pula yang meman g
benar-benar mereka cinta akan budaya bangsa sehingga mereka sering berkunjung
ke Museum. Jika suatu ketika mengunjungi museum dengan prakarsa spontan, mereka
kembali pasif, mereka cenderung tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk tetap
menjadi langganan pengunjung museum. Sebagai salah satu upaya peningkatan jumlah kunjungan
museum adalah melalui strategi pemasaran yang tepat dan inovatif. Menurut
Prof. Dr. Salah Wahab (1997: 27) Pemasaran pariwisata adalah “suatu proses
manajemen yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional atau
perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata untuk melakukan identifikasi
terhadap wisatawan yang sudah memiliki keinginan untuk melakukan perjalanan
wisata. Selain itu juga dikenakan pada wisatawan yang mempunyai potensi akan
melakukan perjalanan wisata. Proses identifikasi tersebut dilakukan dengan
jalan menjalin komunikasi mempengaruhi keinginan, kebutuhan, dan memotivasinya,
terhadap apa yang disukai dan tidak disukai oleh wisatawan, pada tingkat
daerah-daerah lokal, regional, nasional mapun internasional dengan menyediakan
obyek dan atraksi wisata agar wisatawan memperoleh kepuasan optimal”.
Sementara itu, menurut J. Krippendorf (dalam Yoeti, Oka A, 2002 : 1)
pemasaran pariwisata diartikan suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan
sebagai kebijaksanaan bagi perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata,
baik milik swasta maupun pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional,
nasional, atau internasional untuk mencapai kepuasan wisatawan dengan
memperoleh keuntungan yang wajar.
Layaknya
seorang konsumen, pengunjung museum pun cenderung menghendaki hal-hal yang
sesuai dengan keinginan mereka. Schmitt (1999) seorang pakar experiential marketing menyatakan
bahwa saat ini konsumen menginginkan produk-produk dan bentuk-bentuk komunikasi
pemasaran yang dapat memesonakan perasaan, menyentuh hati, dan memotivasi pikiran
konsumen sehingga mereka dapat menghubungkannya dengan gaya hidup mereka. Pernyataan Schmitt ditegaskan kembali oleh Raymond (2006), bahwa
konsumen masa depan menghendaki hal-hal sesuai dengan keinginan mereka,
sebagaimana halnya manusia yang cenderung berubah setiap hari. Mereka juga
menginginkan agar jasa, merek, atau perusahaan yang berurusan dengan mereka
juga berubah bersama mereka. Museum hendaknya juga berubah dalam hal
pengelolaannya, menyelami arus pikiraan pengunjungnya, itu sebabnya hubungan
dengan pengunjung perlu terus menerus dikelola. Dari pernyataan di atas dalam
kaitannya dengan kebutuhan informasi masyarakat dari suatu museum adalah
berhubungan dengan keingintahuan mereka tentang informasi dari koleksi yang ada
di museum. Koleksi tersebut bukan hanya benda yang diletakan begitu saja tetapi
koleksi yang dapat bercerita kepada mereka tentang berbagai hal dari benda yang
menjadi koleksi mereka.Sebagai salah satu upaya peningkatan jumlah kunjungan
museum adalah melalui strategi pemasaran yang tepat dan inovatif. minat untuk
berkunjung ke museum rendah dikarenakan kurangnya informasi dan promosi yang
dilakukan oleh pengelola museum maupun pemerintah setempat untuk menarik
wisatawan datang kesana. Minimnya promosi yang dilakukan, dan kesadaran
masyarakat belum tergugah terhadap perlunya berkunjung dan menghargai
benda-benda bersejarah. Sungguh disayangkan jika museum hanyalah dianggap objek
wisata tentang sejarah kuno tanpa menambah nilai positif bahwa museum dapat
menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahui pusat pendidikan bagi masyarakat
(Agus Setyanto).
Untuk
meningkatkan minat terhadap wisata ke museum melalui promosi yang tujuannya
yakni memperkenalkan dan mempromosikan museum-museum di Indonesia agar
masyarakat sekitar maupun wisatawan yang datang ke suatu kota memiliki tujuan
wisata pendidikan yaitu museum. Telah dilakukan oleh pengelolaan museum untuk
menarik minat berkunjung ke museum antara lain menggelar berbagai kegiatan
menarik, seperti pentas seni, workshop, kunjungan kesekolah, memberikan
fasilitas yang mendukung, seminar, konferensi hingga pertunjukan musik remaja,
yang berpusat di museum, dengan menggalang kerja sama dengan agen wisata,
memperpanjang waktu buka museum dan memungkinkan para pengunjung masuk ke
museum secara gratis. Strategi pemasaran museum saat ini dianggap
dapat menjadi salah satu jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh
museum berkaitan dengan upaya membuka akses kepada masyarakat luas untuk
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman di museum, sekaligus memenuhi kebutuhan
pengunjung. Menurut Kotler, strategi adalah upaya yang
dilakukan oleh museum untuk mencapai tujuannya. Dalam pemasaran museum, ada
tiga langkah yang mempengaruhi pembuatan strategi pemasaran, yaitu segmentasi
(segmentation), penentuan pasar sasaran (targeting) dan posisi produk dalam
benak konsumen (positioning). Namun, karena museum merupakan lembaga yang
menawarkan layanan jasa kepada masyarakat, maka pendekatan dan strategi
pemasaran yang dapat diterapkan oleh museum adalah pemasaran jasa (marketing
service). Layanan jasa museum memiliki karakteristik tersendiri, yang menjadi
ukuran sebuah pelayanan di museum. Karakteristik ini akan diintegrasikan ke
dalam teori pemasaran museum, yaitu konsep bauran pemasaran (marketing mix)
untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat bagi sebuah museum. Di
sisi lain, dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi komunikasi saat ini,
pengelola museum sesungguhnya dapat dengan mudah pula melakukan promosi dan
pemasaran lewat dunia maya yang diawali dengan peluncuran situs –situs yang
berkaitan dengan museum sehingga koleksi dan aktivitas museum pun dapat dikenal
secara lebih luas untuk menarik minat masyarakat berkunjung ke museum. Untuk
dapat meningkatkan minat dan melakukan wisata ke museum, kualitas pelayanan
juga sangat penting dilakukan selain promosi.
Dengan menambah dan
memperbarui koleksi-koleksinya, apalagi jika museum kini lebih meningkatkan
fasilitas untuk menambah kenyamanan pengunjung dengan fasilitas multimedia,
memiliki khusus ruangan audio visual, yang lebih penting lagi kebersihan dari
museum tersebut agar suasana tidak menyenangan dapat di lenyapkan dari benak
masyarakat sehingga museum layak dikunjungi.
BAB VII
TANTANGAN DAN PERMASALAHAN MUSEUM
A.
Tantangan
Museum.
Tantangan museum
merupakan sesuatu yang harus dicapai atau ditargetkan pada suatu museum agar
peran dan tujuan museum itu sendiri tidak hilang dan melenceng. Tantangan pada
museum di antaranya :
1.
Tantangan Museum pada Konservasi dan Teknologi Informasi.
Untuk mempopulerkan museum sebagai wahana pendidikan,
para pengelola museum perlu mengedepankan manajemen pengelolaan museum berbasis
teknologi informasi atau TI dan konservasi. Pasalnya, banyak pengelola museum
masih menerapkan cara konvensional dan jarang mengkonservasi koleksinya,
sehingga museum tersebut tidak diminati dan banyak benda-benda koleksi yang
rusak (KOMPAS.com). Pengelolaan koleksi dengan pengaturan tata pamer ataupun konservasi
bertujuan agar selain untuk mempercantik tampilan juga sebagai perawatan
koleksi. Sebagai pelestari dan budaya, perawatan atau
konservasi pada benda-benda museum cukup sulit karena perlakuan perawatan pada
benda-benda koleksi museum berbeda-beda penanganannya. Bagaimana penempatan dan
penyimpanan benda-benda koleksi museum tersebut, bahkan setiap saat benda-benda
koleksi museum harus dirawat atau di konservasi. Saat ditata harus dilakukan
perawatan preventif atau pencegahan, misalnya dengan memasang alat pendingin
ruangan untuk menjaga keteraturan suhu ruang koleksi. Dan perawatan preventif
itu harus hati-hati serta dilakukan oleh ahli konservasi benda-benda koleksi
karena ia harus mengetahui teknik-teknik konservasi, seperti penelitian atau
pengamatan dan pengobatan benda-benda koleksi. Kecanggihan TI dapat
memopulerkan dan mengkomunikasikan museum di jaringan maya. Melalui jaringan
itu, museum dan koleksinya mampu menjadi
obyek pengetahuan, data, dan wahana tukar-menukar informasi dan data (KOMPAS.com).
2.
Tantangan Museum untuk Menumbuhkan Kecintaan
dan Minat Masyarakat pada Museum.
Tantangan museum yang selanjutnya adalah
bagaimana cara menarik peminat masyarakat untuk datang ke museum. Kecintaan
masyarakat Indonesia terhadap museum masih sangat minim, terbukti dari
sedikitnya kunjungan masyarakat Indonesia ke museum dengan tujuan kesenangan
pribadi atau sukarela, kebanyakan berkunjung hanya karena program dari
sekolah-sekolah dan instansi-instansi. Dalam perkembangannya, museum-museum
mulai beradaptasi dengan ciri khas Indonesia. Akan tetapi peminat dari
masyarakat umum dirasa masih sangat sedikit, wisatawan mancanegara malah lebih
tertarik untuk mengunjungi museum kita daripada masyarakat kita sendiri. Tujuan utama dibuatnya
museum untuk umum adalah untuk memberi pemahaman mengenai sejarah dan budaya
terhadap masyarakat luas, agar menumbuhkan kecintaan terhadap sejarah dan
budaya bangsa ini. Masyarakat Indonesia sangat mencintai hiburan berupa seni.
Maka museum harus dibuat lebih berseni sehingga tidak terkesan menakutkan dan
membosankan. Isi museum pun diharapkan tidak hanya melulu tentang perjuangan di
masa lalu, tetapi juga bagaimana peran pemuda di masa lalu khususnya di bidang
seni dan olahraga, karena itulah yang merupakan minat tertinggi pemuda
Indonesia. Kesan entertaining di
museum harus lebih ditonjolkan daripada kesan educating, agar pengunjung tertarik lebih dekat ke museum. Museum
sebaiknya dikonsepkan lebih ke “galeri” daripada “gedung kearsipan
barang-barang bersejarah” agar masyarakat tidak segan dan takut untuk
berkunjung ke museum. Selain itu, kesan nyaman dan ramah juga harus ditunjukkan
oleh pihak museum kepada para pengunjung museum. Kafetaria di museum hendaknya
dibuka, dan juga tempat pembelian souvenir khas daerah yang dikunjungi.
Pertunjukan kesenian juga lebih sering diadakan; seperti opera, dan juga
pertunjukan tari dan musik tradisional di halaman museum agar menambah daya
tarik museum. Promosi juga harus dilakukan lebih sering lagi; seperti
menyebarkan booklet tentang museum ke
masyarakat umum, menginformasikan kepada masyarakat maupun publik mengenai
museum beserta apa saja yang ada didalam museum, dan bahkan membuat iklan
komersial di televisi, majalah, maupun radio. Contohnya
di Museum Negeri Sumatera Utara, galeri-galeri museum dilengkapi dengan
foto-foto yang bercirikan pop-art sehingga terlihat sangat menarik, modern, dan
berkelas, tetapi tidak meninggalkan kesan budaya asli Sumatera Utara itu
sendiri. Selain itu museum juga meluncurkan banyak program yang berhubungan
langsung dengan masyarakat seperti Sahabat Museum dan Duta Museum (Nasution Yuri, Duta
Museum Sumatra Utara).
3.
Tantangan Museum pada Guide
atau Pembimbing Museum.
Di Indonesia, guide yang mampu menceritakan dengan bagus dan menarik perihal
sejarah dari benda yang ada di museum masih kurang. Dikarenakan kurangnya guide yang mampu ini, alhasil masyarakat
yang kesana cuma berfoto-foto atau hanya sekedar melihat suatu benda saja tanpa
informasi yang bisa diambil. Jadi, tidak ada ilmu atau kisah yang menarik yang
mereka bawa pulang dari benda-benda yang ada di museum tersebut. Hanya foto-foto yang mereka bawa dari mengunjungi
museum. Sebagai contoh, di Museum Gajah atau Museum
Nasional ada beberapa arca perwujudan Raja Majapahit dan juga peripih tempat
abu jenazah Raja Udayana dari Bali ditempatkan. Kalau tidak ada guide yang bagus maka yang dilakukan
pengunjung hanya berfoto-foto saja. Tapi kalau Guide yang bagus tersebut sambil bercerita meskipun dia hanya
menceritakan tentang 2 arca raja dan 1 peripih, maka mereka akan pulang membawa
cerita dari museum yang mereka kunjungi. Bayangkan, di Museum Nasional ada
ribuan benda-benda koleksi, maka semakin banyak ilmu dan cerita yang di bawa
pulang oleh para pengunjung museum. Tidak peduli sesuram apa dan seserem apa
suatu museum tersebut, kalau Guide-nya
bagus dan bisa menerangkan dengan baik maka museum tersebut tetap dianggap
menarik. Salah satu museum yang sudah menerapkan hal ini adalah Museum Ulun di
Yogyakarta. Inti dari orang
datang ke museum supaya berkunjung lagi adalah mereka mendapatkan ilmu atau
cerita yang bagus dan menarik dari museum yang dia kunjungi agar bisa
diceritakan dan direkomendasikan ke kerabat atau teman-temannya karena
penasaran dengan pengalaman yang diceritakan sehingga jadi berminat untuk
datang ke museum.
4.
Tantangan Museum pada Publikasi.
Berbeda dengan promosi yang berusaha lebih menyesuaikan
produk dengan permintaan pasar atau masyarakat, maka publikasi berusaha
menciptakan permintaan itu atau mempengaruhi permintaan dengan cara menonjolkan
kesesuaian produk wisata dengan permintaan. Publikasi ini memiliki tiga tahapan
pokok. Ketiga tahapan pokok tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a) Penyebaran informasi
b) Penanaman kepercayaan dan keyakinan
c) Penjualan
Publikasi pada akhirnya bertujuan untuk menjual produk.
Yang dimaksud dengan produk tersebut adalah produk wisata seperti benda-benda
yang ada didalam museum. Karena selain memiliki fungsi-fungsi yang lain salah
satu nya fungsi edukasi, museum juga memiliki sebagai pariwisata. Museum harus
melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat umum agar masyarakat tersebut
mengerti dan memahami apa makna dari museum, memahami hal-hal serta benda-benda
dan nilai-nilai apa saja yang ada didalam museum. hal ini dilakukan agar
masyarakat tidak mengsalah artikan dan memiliki salah anggapan mengenai museum.
Informasi tersebut harus disampaikan secara akurat agar masyarakat luas
benar-benar percaya dan yakin dengan apa yang ada didalam musem. Informasi yang
disampaikan tidak boleh berlebihan, hal ini bertujuan agar tidak terjadi
gambaran yang tidak tepat. Publikasi yang bisa lakukan, misalnya menyebarkan
booklet tentang museum ke masyarakat
umum, menginformasikan kepada masyarakat maupun publik mengenai museum beserta
apa saja yang ada didalam museum, dan bahkan membuat iklan komersial di
televisi, majalah, maupun radio, serta kunjungan museum kesekolah-sekolah dan
kefestival daerah, mengadakan museum keliling dan lain sebaginya.
B.
Permasalahan
Museum.
Berdasarkan perkembangan museum di Indonesia,
permasalahan yang dihadapi museum mengalami perbedaan-perbedaan sesuai dengan
zamannya. Permasalahan yang terjadi secara umum di antaranya :
1)
Faktor Manusia.
Ada
dua aspek yang dapat dihubungkan dalam faktor manusia sebagai tantangan dan
permasalahan museum. Aspek yang pertama adalah aspek kehadiran masyarakat di
museum, dan aspek yang kedua adalah aspek pendukungan ‘menghidupkan’ museum
seperti kinerja pegawai museum dan pemerintah. Kedua aspek ini saling terkait,
tidak bisa dilepaskan begitu saja secara terpisah. Pada zaman seperti sekarang ini mayoritas
pengunjung yang datang ke museum adalah kalangan pelajar sekolah yang sedang
melakukan studi wisata. Kelompok orang muda dan orang tua semakin malas
mengunjungi museum. Fakta itulah yang membuat museum di Indonesia kian menjadi
sebuah bangunan yang tidak dihiraukan lagi keberadaannya. Saat mengunjungi
museum itu sendiri, sebagian besar pengunjung kurang mendapatkan informasi yang
jelas mengenai koleksi yang dipamerkan. Selain itu, faktor dari kinerja para pegawai museum juga menjadi salah
satu kendala pada museum di Indonesia. Dengan melihat antusiasme masyarakat
yang menurun, secara tidak langsung membuat kinerja pegawai yang bekerja di museum juga ikut menurun. Mereka
memperlakukan museum sebatas tempat bekerja, bukan menjadikan museum sebagai
bagian dari hidupnya yang penting
dan patut dikembangkan setiap saat, oleh
karena hal tersebut, passion para pegawai
museum juga dirasakan sangat kurang. Beberapa faktor utama yaitu jumlah
pengunjung yang menurun dari waktu ke waktu, kondisi museum yang tidak ada
pembaharuan, serta kurangnya pemerintah untuk meningkatkan animo masyarakat
untuk berkunjung ke museum menjadi alasan mengapa kinerja para pegawai museum menurun.
2)
Faktor Ekonomi.
Faktor ekonomi menjadi salah satu
permasalahan penting museum-museum di Indonesia. Kurangnya alokasi dana yang
diberikan pemerintah menjadi alasan mengapa bangunan-bangunan museum tampak
seperti tidak terurus dan tidak tercipta suatu atmosfer atraktif di dalam
museum. Tanpa dana yang cukup, pegawai
pada museum tersebut tidak mampu melakukan perubahan yang berarti untuk
terus meningkatkan eksistensi museum di Indonesia. Untuk melakukan sebuah
penelitian saja, diperlukan dana yang tidak sedikit dan waktu pelaksanaan yang
bisa bertahun-tahun lamanya. Perusahaan-perusahaan swasta juga jarang sekali
ada yang tertarik untuk memberikan sumbangan dana sebagai bantuan untuk
pemeliharaan museum. Mereka lebih tertarik dengan menjadi sponsorship acara-acara
yang bersifat hiburan dan komersial karena akan dikunjungi banyak masyarakat,
berbeda dengan jumlah pengunjung yang mengunjungi museum sehingga mereka merasa
tidak memberikan keuntungan apabila memberikan sumbangan dananya untuk pemeliharaan
museum.
3) Faktor Sosial Budaya.
Masyarakat di Indonesia pada khususnya memang
tidak membiasakan diri untuk mengunjungi museum sebagai pusat hiburan, berbeda
dengan kultur masyarakat barat yang memang menjadikan museum sebagai salah satu
tempat hiburan, bukan hanya sebatas tempat mencari ilmu. Di tambah lagi berkembangnya
televisi dan teknologi informasi seperti komputer, permainan-permainan
elektronik yang menyebabkan banyak anggota masyarakat yang lebih tertarik di
depan televisi atau bermain permainan elektronik daripada berkunjung ke
museum. Jika mereka membutuhkan informasi
tentang masa lampau, mereka lebih memilih mencari di internet seperti
melalui Google dan Wikipedia.
4)
Faktor Citra Ruang.
Pandangan masyarakat umum mengenai citra
ruang dari museum yang ada di Indonesia pada umumnya sering disimpulkan dengan
kata kuno,kusam, dan ketinggalan. Museum dianggap kuno karena museum sering
diidentikkan dengan citra tempat menyimpanan koleksi masa lalu dan benda yang
tidak terpakai lagi. Museum dianggap kusam dikarenakan kebanyakan bangunan
museum yang megah tidak dirawat dengan baik, cenderung kumuh dan kotor. Museum
juga sering dianggap sebagai tempat yang ketinggalan zaman. Museum sering
dikait-kaitkan dengan hal-hal yang mistis, seram, dan serius. Mistis disini
diartikan klenik yaitu museum dikunjungi karena dianggap dapat memberikan
berkah dan karomah secara gaib. Selain itu juga kesan tua dan bagian dari masa
lalu membuat museum menjadi seram dan angker. Sedangkan museum dianggap tempat
yang serius karena museum merupakan tempat yang kaku, ketat, dan banyak
larangan ketika berada didalamnya. Museum dianggap kurang pergaulan. Karena
merasa dirinya sudah baik padahal masih banyak kekurangan didalamnya, sehingga
museum dianggap perlu dikasihani. Serta museum tidak ada dinamikanya alias
statis karena isi museum selalu sama pada saat ini dan sepuluh tahun yang lalu,
karenanya banyak pihak yang memberikan kritik terhadap perkembangan museum di
Indonesia karena belum bisa mengelola dengan baik. Karena anggapan-anggapan
seperti itu, membuat museum tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan
masyarakat dan dikategorikan sebagai tempat yang cukup dikunjungi sekali, hal
itu membuat museum selalu sepi. Apabila tidak ada perubahan sesegera mungkin,
bagaimana para pengunjung akan berduyun-duyun ke museum jika mereka hanya
melihat suasana yang membosankan. Maka museum akan semakin suram untuk
kedepannya. Kondisi ini sangat mengenaskan sebagai suatu
lembaga yang memfasilitasi informasi masa lalu dengan saat ini.
5) Faktor Rusak dan hilangnya benda
koleksi museum.
Rusaknya dan hilangnya koleksi benda
museum kerap terjadi. Kerusakan pada benda koleksi museum terjadi karena
temperatur yang tidak sesuai pada benda koleksi
karena terlalu panas atau terlalu dingin. Kelembaban yang tidak sesuai
juga bisa menyebabkan kerusakan pada benda koleksi. Benda koleksi museum bisa
rusak akibat polutan karena debu, bersifat asam atau basa, maupun zat berminyak
yang lengket. Cahaya juga berpengaruh pada kerusakan koleksi benda museum.
Selain itu juga raibnya sejumlah barang koleksi museum bisa diakibatkan karena
kurangnya sistem keamanan museum, keteledoran cara mengelola museum, dugaan
keterlibatan pihak dalam, dan dicuri atau diganti dengan yang palsu. Kasus
pencurian benda bersejarah di museum sudah sering terjadi tetapi tidak pernah
terungkap dengan tuntas. Ini membuktikan ketidakseriusan pemerintah dalam
menjaga dan merawat cagar budaya.
C.
Solusi
dalam Mengatasi Permasalahan Museum
Solusi dalam mengatasi permasalahan museum
antara lain :
1.
Perlunya
informasi lebih pada setiap benda yang dipamerkan di museum agar masyarakat
lebih jelas dan menambah pengetahuan dalam mempelajari benda-benda museum yang
dilihat.
2.
Perlunya
meningkatan passion para pegawai
museum.
3.
Perlunya
pembaharuan pada kondisi museum serta perlunya perhatian pemerintah untuk
meningkatkan animo masyarakat untuk berkunjung ke museum. Sehingga kinerja pegawai yang bekerja di museum
ikut meningkat.
4. Pemerintah juga perlu memberikan
alokasi dana yang cukup agar bangunan-bangunan museum lebih terurus dan
tercipta suatu atmosfer atraktif di dalam museum.
5. Perlunya pegawai museum untuk
mendekatkan diri atau bersosialisai kepada perusahaan-perusahaan swasta agar
mereka tertarik untuk memberikan sumbangan dana sebagai bantuan untuk pemeliharaan
museum.
6. Perlunya masyarakat di Indonesia
membiasakan diri untuk mengunjungi museum sebagai pusat hiburan.
7. Merubah pandangan masyarakat umum
mengenai citra ruang dari museum yang ada di Indonesia.
8. Hindari naik-turunnya temperatur yang
terlalu tinggi pada benda museum.
9. Perlunya mengatur kelembaban yang
tidak sesuai yang menyebabkan kerusakan pada benda koleksi.
10. Perlunya keseriusan dalam menjaga
benda-benda yang ada di museum, baik itu untuk masyarakat yang berkunjung ke
museum, pegawai museum dan pemerintah. Agar tidak terjadi lagi hilangnya
koleksi benda di museum.
BAB VIII
JENIS-JENIS MUSEUM DI DUNIA
A. JENIS-JENIS MUSEUM
Museum yang ada di
dunia dapat dibedakan melaui beberapa jenis klasifikasi. Museum memiliki type
yang cukup banyak, mulai dari museum yang minimalis, kecil yang mencakup satu
wilayah dengan objek tertentu, sampai ke museum yang mewah dan megah yang
memiliki koleksi yang cukup lengkap dengan berbagai type atau kategori museum.
Berikut daftar type, kategori atau kelompok museum
1. Kerajinan Tangan (Craft)
2. Antropologi dan Etnologi.
3. Arkeologi.
4. Sejarah.
5. Sejah Budaya (Culture History)
6. Sejarah Militer.
7. Museum anak-anak.
8. Taman Botani dan Zoologi (botanical and zoological garden) [1]
2. Antropologi dan Etnologi.
3. Arkeologi.
4. Sejarah.
5. Sejah Budaya (Culture History)
6. Sejarah Militer.
7. Museum anak-anak.
8. Taman Botani dan Zoologi (botanical and zoological garden) [1]
B. Museum Tertutup dan Terbuka
Umumnya museum berupa
sebuah gedung atau bangunan, sebagai tempat menyimpan dan memamerkan koleksi.
Ini untuk melindungi seluruh koleksi dari pengaruh panas, hujan, dan yang
paling penting dari gangguan tangan-tangan jahil manusia. Museum seperti ini
diistilahkan museum tertutup. Ada
juga museum yang berada di luar ruangan. Namanya museum terbuka atau museum
lapangan. Nama kerennya open air museum atau site museum. Koleksi dalam museum
terbuka atau museum lapangan sangat besar, sehingga tidak bisa dipindahkan.
Karena itu tetap dilestarikan di halaman, dalam ujud benda cagar budaya. Museum
terbuka yang paling dikenal adalah Taman Wisata Candi Borobudur dan Taman
Purbakala Nasional Banten Lama. Museum tertutup dan terbuka sama sama
memiliki fungsi yang sama dengan museum lainnya yaitu:
a. Cermin sejarah manusia, alam, dan
kebudayaan
b. Media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan
c. Objek wisata
d. Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah
e. Pusat penikmatan karya seni
f. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa
g. Sarana untuk bersyukur dan mengingat kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa
h. Suaka alam dan Suaka Budaya
i. Pusat transpormasi ilmu untuk umum
b. Media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan
c. Objek wisata
d. Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah
e. Pusat penikmatan karya seni
f. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa
g. Sarana untuk bersyukur dan mengingat kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa
h. Suaka alam dan Suaka Budaya
i. Pusat transpormasi ilmu untuk umum
C. Museum Keliling / Museum Mobil
Ada juga yang
disebut museum keliling atau museum mobil. Biasanya museum ini berkeliling dari
satu tempat ke tempat lain menggunakan mobil yang didesain secara khusus.
Meskipun koleksi yang dipamerkan tidak banyak, museum mobil dapat memberikan
apresiasi kepada warga untuk mencintai peninggalan-peninggalan masa lalu
bangsanya. Yang dipamerkan dalam musem keliling atau museum mobil adalah
benda-benda kecil seperti batu-batuan dan replika replika unik yang bukan hanya
sebagai Media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan, tetapi juga
sebagai Objek wisata dan Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan
antar bangsa. Dengan adanya Museum Berjalan, dari semua hal yang ada di kawasan
sekitar ataupun dari luar wilayah tersebut dapat menjadi objek wisata. Mulai
dari gedung tua, batu-batuan, hasil dari budaya lama dan lain-lain.
"Banyak orang menilai bahwa isi dari museum membosankan, dengan adanya
museum keliling akan menarik minat pengunjung karna di museum keliling
dirancang semenarik mungkin. Agar lebih menarik, perlu didesain kelengkapan
pendukung museum berjalan tersebut. Misalnya, pamflet informasi mengenai
kawasan, peta, petunjuk jalan, dan seragam untuk tour guide dan petugas di
sana. Perancangan Desain Pengembangan Permainan Tradisional ‘Macanan’ Sebagai
Media Edukasi Anak Kelas 5 SD", milik Sonny Tiara Kurniawan;
"Perancangan Komunikasi Visual tentang Cerita Rakyat Indonesia untuk
Menanamkan Rasa Nasionalisme Pada Anak Usia 8–12 tahun" milik Sisca Utoyo,
proyek Sofie Marcia Prayitno berjudul "Peranan Desain Komunikasi Visual
Dalam Iklan Layanan Masyarakat Pencegahan DM Non-Insulin Melalui Pengaturan
Pola Makan di Jawa Tengah
D. Jenis Museum Berdasarkan Kedudukannya
1. Museum Nasional
Museum Nasional,
museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan
berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh
wilayah Indonesia yang bernilai nasional. Museum Nasional, yang menjadi
urusan Pemerintah yang menggambarkan warisan sejarah dan kebudayaan
nasional. Contoh dari Museum Nasional adalah Museum Gajah yang banyak
mengoleksi benda-benda kuno dari seluruh Nusantara. Antara lain yang termasuk koleksi adalah
arca-arca kuno, prasasti, benda-benda kuno lainnya dan barang-barang
kerajinan. Koleksi-koleksi tersebut dikategorisasikan ke dalam etnografi, perung-gu, prasejarah, keramik, tekstil, numismatik, relik sejarah, dan
benda berharga. Catatan di website Museum Nasional Republik Indonesia pada
tahun 2001 menunjukkan bahwa koleksi telah mencapai 109.342 buah. Jumlah
koleksi itulah yang membuat museum ini dikenal sebagai yang terlengkap di
Indonesia. Pada tahun 2006 jumlah koleksi museum sudah melebihi 140.000 buah,
meskipun hanya sepertiganya yang dapat diperlihatkan kepada khalayak. Sebelum gedung Perpustakaan
Nasio-nal RI yang terletak di Jalan Salemba No.
27, Jakarta Pusat didirikan, koleksi Museum Gajah juga
meliputi naskah-naskah manuskrip kuno. Naskah-naskah tersebut dan
koleksi perpustakaan Museum Gajah lainnya kini disimpan di Perpustakaan
Nasional. Sumber koleksi banyak berasal dari penggalian arkeologis, hibah kolektor sejak masa Hindia Belanda
dan pembelian. Koleksi keramik dan koleksi etnografi Indonesia di museum ini
cukup lengkap. Koleksi yang menarik adalah patung Bhairawa. Patung yang tertinggi di Museum Nasional
ini (414 cm) merupakan manifestasi dari Dewa Lokeswara atau Awalokiteswara, yang merupakan perwujudan Boddhisatwa (pancaran-Buddha) di Bumi. Patung ini berupa laki-laki berdiri
di atas mayat dan deretan tengkorak serta memegang cangkir terbuat dari
tengkorak di tangan kiri dan keris pendek dengan gaya Arab di tangan kanannya.
Diperkirakan, patung yang ditemukan di Padang Roco, Sumatera Barat ini berasal dari abad ke 13 - 14. Koleksi arca Buddha tertua di museum ini
berupa arca Buddha Dipangkara yang terbuat dari perunggu disimpan dalam Ruang Perunggu dalam
kotak kaca tersendiri. Sementara itu, arca Hindu tertua di Nusantara, yaitu Wisnu Cibuaya (sekitar abad ke-4 M) terletak di Ruang Arca Batu. Koleksi
ini dipajang tanpa teks label dan terhalang oleh arca Ganesha dari Candi Banon.
2.
Museum Propinsi
Museum Propinsi,
museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan
berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah
propinsi dimana museum berada. Salah satu contohnya adalah Museum Provinsi Sulawesi
Utara yang dibangun untuk menyimpan semua dokumen yang terkait dengan
budaya lokal, sejarah dan seni di Provinsi Sulawesi Utara. Museum ini memiliki
koleksi lengkap yang terdiri dari 10 kategori yaitu: geologi, biologi,
etnografi, arkeologi, sejarah, pengetahuan tentang pengumpulan mata uang,
filologi, ceramologi, seni dan teknologi. Museum Sulawesi Utara dibangun untuk
mengdokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan sejarah alam, manusia dan
kebudayaan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara.
E.
Klasifikasi Museum
Menurut Pengelolaannya
Dari segi pengelolaannya, museum juga terbagi dua, yaitu museum
pemerintah atau museum negeri dan museum swasta atau museum pribadi.
1. Museum Swasta, yaitu museum
yang diselenggarakan dan dikelola oleh swasta. Museum yang di kelola oleh
swasta masih diperhatikan oleh pemerintah, karna benda-benda museum tidak dapat
diperjual belikan secara bebas. Contohnya ari museum swasta adalah Museum Adam
Malik (kini sudah tutup), Museum Affandi, Museum Dullah, dan Museum Suteja
Neka.
2..
Museum Pemerintah dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
lembaga-lembaga milik pemerintah. Contohnya Museum Nasional (pemerintah pusat),
Museum Sejarah Jakarta (pemerintah daerah DKI Jakarta), dan Museum Satria
Mandala (TNI).[2]
F. Tipe-Tipe Museum
Museum memiliki beragam tipe, dari institusi
yang besar dan mencakup banyak kategori, hingga institusi kecil yang memusatkan
diri kepada subyek tertentu, lokasi, atau seseorang. Selain itu terdapat museum
universal yang koleksinya merepresentasikan dunia dan biasanya koleksinya
diantaranya seni, ilmu pengetahuan, sejarah dan sejarah alam. Tipe dan ukuran
museum tercermin dalam koleksinya. Sebuah museum biasanya memiliki koleksi inti
yang merupakan benda terpenting di bidangnya. Kategori museum-museum tersebut
diantaranya:
a)
Museum Arkeologi
Museum arkeologi
merupakan museum yang mengkhususkan diri untuk memajang artefak arkeologis. Museum arkeologi banyak yang bersifat
museum terbuka (museum yang terdapat di ruang terbuka atau Open Air Museum).
Di Indonesia
contoh dari museum arkeologi adalah Museum Trowulan di Trowulan, Jawa Timur. Arkeologi
pada masa sekarang merangkumi berbagai bidang yang berkait. Sebagai contoh,
penemuan mayat yang dikubur akan menarik minat pakar dari berbagai bidang untuk
mengkaji tentang pakaian dan jenis bahan digunakan, bentuk keramik dan cara penyebaran, kepercayaan melalui
apa yang dikebumikan bersama mayat tersebut,
pakar
kimia yang mampu menentukan usia galian melalui cara seperti metoda pengukuran
karbon 14. Sedangkan pakar genetik yang ingin mengetahui pergerakan perpindahan
manusia purba, meneliti DNAnya. Contoh musium arkeologi adalah Museum Arkeologi yang
terletak di Desa Bedulu Kecamatan Blahbatuh gianyar. Di dalam museum ini
terdapat koleksi koleksi peninggalan purbakala dari jaman peralihan
berkembangan manusia pada kebudayaan Hindu – Buddha ,Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur. Museum Arkeologi (Museum Gedung Arca) merupakan museum yang dalam
pengelolaanya merupakan bagian dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
Bali Wilayah Kerja Propinsi Bali, NTB, dan NTT (BP3 Bali). Sejarah pendirian
museum bermula dari gagasan dari Prof.Dr.R.P. Soejono dan Drs. Soekarto
K.Atmojo (Mantan Kepala Dinas Purbakala Bali).Untuk memajangkan/memamerkan
benda cagar budaya yang telah berhasil dilestarikan sejak berdirinya Jawatan
Purbakala tahun 1950.
Museum Arkeologi
dengan koleksi unggulan berupa benda cagar budaya dari masa prasejarah dan
sejarah yang seluruhnya berasal dari hasil pelestarian di wilayah Provinsi
Bali. Secara resmi dibuka oleh Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 14 September 1974. Bangunan Museum Arkeologi didirikan di atas
tanah seluas 5165 m², dengan pembagian halamannya menyerupai pura yang terdiri
dari tiga halaman yaitu : halaman luar, halaman tengah, dan halaman dalam. Di
halaman luar (jaba sisi) terdapat sebuah wantilan tempat mengadakan pertemuan.
Di halaman Tengah (jaba tengah) terdapat 4 buah gedung tempat memajangkan
koleksi dan dihalaman dalam (jeroan) terdapat 6 buah balai pelindung yang juga
berfungsi untuk memajang koleksi. Koleksi Museum Arkeologi Gedung Arca saat ini
berjumlah 185 buah yang terdiri dari dua kelompok yaitu dari masa prasejarah
dan sejarah. Koleksi dari masa prasejarah di mulai dari jaman batu sampai jaman
perunggu dan masa sejarah di mulai dari abad ke- 8 M sampai abad ke- 15 M. Koleksi-koleksi tersebut dipamerkan di
halaman tengah, halaman dalam dan di depan Padmasana. Koleksi di museum ini
berupa Paleolitik, Mesolitik, Neolitik, Perundagian, Sarkopagus, Stupika Tanah
Liat, Benda Perunggu, Meterai Tanah Liat, Lingga, Arca Dwarapala, Replika,
Keramik, dan Periuk. Diantara koleksi benda-benda prasejarah ini terdapat juga alat-alat dari
batu, tulang dan lain-lainnya. Yang sangat menarik perhatian adalah beberapa
buah peti mayat (sarkopagus) yang berasal dari berbagai tempat di Bali.
Sarkopagus itu pada umumnya berbentuk seperti kura-kura, mempunyai tonjolan
pada sisi depan dan sisi belakangnya atau pada sisi sampingnya. Diantara tonjolan-tonjolan ini ada yang
dihiasi dengan pahatan kedok muka yang memperlihatkan mata bulat atau
membelalak, mulut menganga dengan lidah menjulur. Koleksi lainnya adalah
stupika dari Pejeng, arca perunggu dan lain-lainnya
b)
Museum Seni
Museum seni, lebih
dikenal dengan nama galeri seni, merupakan sebuah ruangan untuk pameran benda
seni, mulai dari seni visual yaitu diantaranya lukisan, gambar, dan patung. Beberapa contoh lainnya adalah seni keramik, seni logam dan furnitur. Contoh dari museum seni ini di Eropa adalah merbach-Cabinet di Basel, yang awalnya merupakan koleksi pribadi yang
dijual kepada pemerintah kotaBasel pada tahun 1661, dan menjadi museum untuk umum
sejak tahun 1671. Saat ini, museum ini bernama Kunstmuseum Basel. Museum yang mengkhusus-kan diri sebagai museum seni, merupakan suatu
hal yang baru. Salah satu yang pertama adalah Hermitage Museum diSaint Petersburg yang dibangun pada tahun 1764. Di Indonesia, contoh dari museum seni adalah museum
seni rupa dan keramik Gedung Museum Seni
Rupa dan Keramik ini dibangun pada tahun 1870. Sebagai Lembaga Peradilan
tertinggi Belanda (Raad van Justitie), kemudian pada masa pendudukan
Jepang dan perjuangan kemerdekaan Indonesia gedung ini dijadikan sebagai asrama
militer. Dan di gedung ini pula terdapat Museum Keramik yang diresmikan oleh
Bapak Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta) pada tanggal 10 Juni 1977, kemudian
pada tahun 1990 sampai sekarang menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik.
Museum ini memiliki
500-an karya seni rupa terdiri dari berbagai bahan dan teknik yang berbeda
seperti patung, totem kayu, grafis, sketsa, dan batik lukis. Diantara
koleksi-koleksi tersebut ada beberapa koleksi unggulan dan amat penting bagi
sejarah seni rupa di Indonesia, antara lain lukisan yang berjudul ‘Pengantin
Revolusi’ karya Hendra Gunawan, ‘Bupati Cianjur’ karya Raden Saleh, ‘Ibu
Menyusui’ karya Dullah, ‘Seiko’ karya S.Sudjojono, dan ‘Potret Diri’ karya
Affandi. Patung yang bercirikan klasik tradisional dari Bali, totem kayu yang
magis dan simbolis karya I Wayan Tjokot dan keluarga besarnya. Totem dan patung
kayu karya para seniman modern, antara lain G.Sidharta, Oesman Effendi, disusul
karya-karya ciptaan seniman lulusan akademis, misalnya Popo Iskandar, Achmad
Sadali, Srihadi S, Fajar Sidik, Kusnadi, Rusli, Nashar, Zaini, Amang Rahman,
Suparto, Irsam, Mulyadi W, Abas Alibasyah, Amri Yahya, AS Budiman, Barli,
Sudjana Kerton, dan banyak seniman dari berbagai daerah.
c)
Museum Biografi
Museum Biografi
merupakan museum yang didedikasikan kepada benda yang terkait dengan kehidupan
seseorang atau sekelompok orang, dan terkadang memajang benda-benda yang mereka
koleksi. Beberapa museum terletak di dalam rumah atau situs yang terkait dengan
orang yang bersangkutan pada saat dia hidup. Contoh dari museum ini adalah Biografi
Bacharuddin Jusuf Habibie yang menceritakan kisah hidupnya dari saat lahir
hingga saat ini, dan juga mencatat penghargaan penghrgaan jasa-jasa dan karya
karya yang telah dibuatnya seperti membuat
* Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
* Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
* Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
* CN – 235
* N-250
* Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
* Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
* CN – 235
* N-250
Dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
• Helikopter BO-105.
• Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
• Beberapa proyek rudal dan satelit.
d) Museum anak
Museum anak Buell
di Pueblo, Coloradomerupakan museum anak peringkat ke-2 di Amerika serikat
oleh Child Magazine. Museum anak
merupakan institusi yang menyediakan benda pameran dan program acara untuk
menstimulasi pengalaman informal anak. Berlawanan dengan museum tradisiona; yang memiliki
peraturan untuk tidak menyentuh benda pameran, museum ini biasanya memiliki
benda yang dirancang untuk dimainkan oleh anak-anak. Museum anak kebanyakan
merupakan organisasi nirlaba dan dikelola oleh sukarelawan atau oleh staf profesional dalam jumlah yang kecil. Contoh
dari museum anak ini adalah Museum
Anak Kolong Tangga yang terletak di Yogyakarta. Pada museum ini terdapat beberapa mainan
anak tradisional. Koleksi Museum Anak Kolong tidak semata tentang mainan
dan permainan tradisional, tetapi juga segala sesuatu yang berkaitan dengan
dunia anak. Saat ini Museum Anak Kolong Tangga memiliki hampir 9.000 koleksi,
terdiri dari mainan, permainan, buku cerita, poster, gambar, dan lain-lain dari
Indonesia dan dunia. Karena keterbatasan ruang, kami hanya bisa menampilkan
300-500 saja dan sisanya disimpan di gudang sekretariat kami. Hampir 80% dari koleksi museum, merupakan
sumbangkan Pak Rudi Corens untuk Yayasan Dunia Damai. Sisanya, berupa sumbangan
dari para donatur dan sponsor untuk memperkaya koleksi kami. Selain itu kami
juga melakukan pertukaran koleksi dengan museum anak-anak lain, salah satunya
Hungaria. Museum Anak Kolong Tangga buka dari Selasa-Jumat dan pada 09.00-16.00.
Pada hari Senin, museum ditutup untuk perawatan. Koleksi mainan di museum anak
kolong tangga ini bukan mainan modern hasil pabrikan, tetapi mainan anak
tradisional asli buatan tangan yang mengandung usur budaya, tradisi, dan mitos
pada jamannya, seperti kuda- kudaan kayu, mainan motor dari kayu, miniatur rumah- rumahan
mainan, gasing dari dalam dan luar negeri, mainan yang
terbuat dari kertas dan masih banyak yang lainnya, yang pastinya bisa membuat
anak anda senang dan mendapatkan banyak pelajaran.
e) Museum Universal
Museum universal
atau dikenal pula dalam bahasa Inggris sebagai Museum encyclopedic,
merupakan museum yang umum kita jumpai. Biasanya merupakan institusi besar,
yang bersifat nasional, dan memberikan informasi kepada pengunjung mengenai
berbagai variasi dari tema lokal dan dunia. Museum ini penting karena
meningkatkan rasa keingin-tahuan terhadap dunia. Contoh museum universal adalah British
Museum di London, Inggris. Di museum itu bnyak memamerkan
kebudayaan purbakala, British Museum termasuk dalam. Museum megah yang hingga kini tidak dikenakan biaya
masuk, menyimpan banyak peninggalan budaya bersejarah dari berbagai bangsa.
Objek yang menarik perhatian para pengunjung museum tersebut yaitu banyaknya
mumi asal Mesir yang dipajang di etalase berikut peti matinya. Salah satu mumi
yang dipajang adalah jasad Cleopatra, ratu cantik nan kontroversial zaman
Kerajaan Mesir. Sebagai salah satu pusat kebudayaan modern, di London
bertebaran gedung-gedung teater yang menyajikan berbagai macam pertunjukan.
Mulai dari yang karya-karya klasik Shakespeare dan "Les
Miserables"-nya Victor Hugo hingga pertunjukan modern macam drama musikal
kelompok musik The Queen berjudul "We Will Rock You" dan "Lion
King".
f) Museum Etnologi
Museum
Indonesia di TMII dibangun dengan Arsitektur
Bali,
merupakan museumetnologi yang memajang berbagai artefakdan cara hidup suku
bangsa di Indonesia. Museum etnologi merupakan museum yang mempelajari, mengumpulkan,
merawat, dan memamerkan artefak dan obyek yang berhubungan denganetnologi da antropologi. Museum seperti ini biasanya dibangun di
negara yang memiliki kelompok etnis atau etnis minoritas yang berjumlah banyak.
Contoh dari museum ini adalah Museum Indonesia di TMII.
g)
Museum Rumah Bersejarah
Museum rumah
bersejarah, atau yang lebih dikenal dengan rumah bersejarah merupakan
yang terbanyak jumlahnya di dunia dari kategori museum sejarah Museum ini biasanya beroprasi dengan dana
yang terbatas dan staff yang sedikit. Kebanyakan dikelola oleh relawan dan
sering kali tidak memenuhi syarat untuk menjad
museum profesional. Contoh dari rumah bersejarah ini di Indonesia adalah Contoh Rumah Inggit
Garnasih Rumah Inggit Garnasih merupakan bangunan cagar budaya, heritage bagi
bangsa Indonesia, sesuai Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya, harus dilindungi dan dilestarikan karena memiliki nilai sejarah yang
tinggi bagi bangsa dan negara Indonesia. Berfungsi bagi pemahaman, pengembangan
dan pemanfaatan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pariwisata demi
pemupukan kesadaran jatidiri bangsa dan kepentingan nasional. Keberadaan rumah Ibu Inggit Garnasih masih
belum banyak diketahui masyarakat umum, 'bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai sejarah' tentunya kita akan berusaha menggali jejak-jejak anak
bangsa terdahulu kita yang telah mengukirkan hasil karya terbaiknya untuk
bangsa. Mengacu pada catatan dan bukti sejarah, bahwa rumah mungil di Jalan
Ciateul itu ditempati Inggit Garnasih dan Soekarno sejak tahun 1926 sampai
dengan pertengahan 1934. Saat itu rumah masih berbentuk panggung.
Sebelum Soekarno
dan Inggit Garnasih dibuang ke Ende, Flores, maupun Bengkulu, tanah dan rumah
itu mempunyai andil besar mewarnai perjalanan perjuangan Soekarno sebagai Bapak
Bangsa dan sebagai tempat bertemunya Soekarno dengan kawan-kawan
seperjuangannya berdiskusi untuk mencapai Indonesia Merdeka. Pemikiran, konsep,
serta ide yang selalui didiskusikannya itu akhirnya melahirkan PNI 4 Juli 1927,
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan sebagai ganti dari PNI dibentuk PARTINDO 29
April 1931. Bagi para pejuang kemerdekaan dan rakyat Indonesia mempunyai ikatan
batin dengan tempat tersebut, karena di tempat itulah pernah menjadi dapurnya
perjuangan sebagai tempat berkumpulnya para pelopor kemerdekaan seperti Suyudi,
Agus Salim, Ki Hajar Dewantoro, HOS Tjokroaminoto, Kyai Haji Mas Mansur,
Sartono, Hatta, Moh. Yamin, Ali Sastro, Asmara Hadi, Ibu Trimurti, Otto
Iskandardinata, Dr. Soetomo, M.H. Thamrin, Abdoel Muis, Sosro Kartono (kakak
dari Ibu Kartini), dan lainnya saling adu intelektual untuk menciptakan satu
rasa dalam membangun bangsa, mewujudkan cita-cita kemerdekaan bagi negara
Indonesia. Bahkan ketika Soekarno dimasukkan kedalam penjara Banceuy dan
Sukamiskin, di rumah itu Inggit Garnasih berjuang sendirian untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan kebutuhan Soekarno di penjara dengan cara menjahit baju,
menjual kutang, bedak, rokok, dan menjadi agen sabun dan cangkul walaupun
kecil-kecilan.
Pada waktu
terjadinya penyerangan Agresi Militer Belanda I dan II (1946-1949) dan terjadi
Bandung Lautan Api, Inggit beserta anak cucunya mula-mula mengungsi ke
Banjaran, kemudian ke Garut di sebuah desa dekat Leles. Pada akhir tahun 1949,
Inggit kembali ke Bandung dan menetap di rumah H. Doerrasjid di Gedung Bapa
Rapi dan mengutarakan ingin memiliki rumah sendiri seperti dulu. Atas prakarsa Asmara Hadi menantunya dengan
dibantu rekan-rekan seperjuangannya seperti Winoto, Supardi, Ibu S.K. Trimurti,
Ibu Rusiah Sardjono, Gatot Mangkoepradja, A.M. Hanafi dan lainnya, terkumpullah
sejumlah dana untuk membeli sebuah tanah dan membangun sebuah rumah. Di
sinilah sejarah berulang ternyata tanah yang dibeli dan yang akan dibangun
rumah untuk Inggit adalah tanah yang dulu berdiri rumah panggung tempat tinggal
Inggit dan Soekarno di Jalan Ciateul, Astana Anyar.Pembangunan rumah
dipercayakan kepada Sugiri. Tahun 1951 rumah mungil dengan gaya Belanda telah
selesai, maka sejak itulah Inggit menetap sampai akhir hayatnya.
h) Museum sejarah
Museum sejarah mencakup
pengetahuan sejarah dan kaitannya dengan masa kini dan masa
depan. Beberapa di antara museum tersebut memiliki benda koleksi yang sangat
beragam, mulai dari dokJumen, artefak dalam berbagai bentuk, benda sejarah yang
terkait dengan even kesejarahan tersebut. Ada beberapa macam museum sejarah,
diantaranya, rumah bersejarah yang merupakan bangunan yang memiliki nilai
sejarah atau arsitektural yang tinggi. Kedua adalah situs bersejarah yang
menjadi museum, seperti Pulau Robben. Ketiga adalah museum ruang terbuka atau
disebut juga dengan nama open air museum. Pada museum ini, para masyarakat
yang berada di dalamnya berusaha untuk membuat ulang kehidupan pada suatu waktu
dengan sebaik mungkin, termasuk diantaranya bangunan dan bahasa.
.
i)
Museum maritim
Museum maritim
merupakan museum yang mengkhususkan diri kepada peresentasi sejarah, budaya atau arkeologi maritim. Mereka menceritakan kaitan antara masyarakat dengan kehidupan yang
berkaitan dengan air atau maritim. Terdapat beberapa jenis museum maritim,
diantaranya:
1.
Museum arkeologi maritim yang menceritakan mengenai kaitan arkeologi
dengan maritim. Museum ini biasanya memajang dan mengawetkan kapal karam
dan artefak yang terkait dengan lingkungannya.
2.
Museum sejarah maritim, merupakan museum yang mengedukasi masyarakat
mengenai sejarah maritim di suatu komunitas atau masyarakat. Contoh dari museum
ini adalah Museum Maritim San Francisco dan Mystic Seaport. Museum militer
maritim. Contoh dari museum ini adalah Museum Nasional Angkatan Laut Amerika Serikat. Contoh lainnya adalah Museum Laut, Udara
dan Luar Angkasa Intrepid.
j)
Museum militer dan perang
Museum militer
merupakan museum yang mengkhususkan diri terhadap sejarah militer. Benda yang
biasa dipamerkan pada museum ini contohnya adalah senjata, seragam militer, dan bahkan kendaraan perang. Contoh dari museum ini adalah Museum
Benteng Vredeburg. Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah benteng yang terletak di depan Gedung Agung dan istana Kesultanan
Yogyakarta. Sekarang, benteng ini menjadi sebuah museum.
Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini
terdapat diorama nmengenai sejarah Indonesia. Selanjutnya Sesuai dengan Surat Keputusan
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5
Desember 2003 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai Kedudukan, Tugas
Pokok dan Fungsi yaitu sebagai museum khusus merupakan Unit Pelaksana Teknis
yang berkedudukan di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang
Sejarah dan Purbakala yang bertugas melaksanakan pengumpulan, perawatan,
pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberikan
bimbingan edukatif kultural mengenai benda dan sejarah perjuangan bangsa
Indonesia di wilayah Yogyakarta.
k)
Taman Botani dan Zoologi (botanical and zoological garden)
Kebun binatang atau
taman margasatwa juga dimasukkan ke dalam kategori museum. Bahkan istilah
museum melingkupi lembaga-lembaga yang memamerkan spesimen-spesimen hidup,
seperti suaka margasatwa, kebun raya, taman anggrek, herbarium, akuarium, dan
oseanorium. Bidang Zoologi telah mengembangkan koleksi binatang
awetan dan binatang hidup untuk penelitian ilmiah. Koleksi ilmiah untuk
kepentingan penelitian meliputi beberapa kelompok sebagai berikut:
1. Mamalia
Terdiri dari berbagai jenis binatang menyusui yang dikumpulkan dari berbagai kepulauan di Indonesia. Jumlah koleksi 650 jenis, terdiri dari 30.000 contoh binatang (spesimen).
Terdiri dari berbagai jenis binatang menyusui yang dikumpulkan dari berbagai kepulauan di Indonesia. Jumlah koleksi 650 jenis, terdiri dari 30.000 contoh binatang (spesimen).
2. Ikan
Berbagai jenis ikan yang menjadi kekayaan koleksi terdiri dari 12.000 jenis yang diwakili oleh 140.000 contoh binatang.
Berbagai jenis ikan yang menjadi kekayaan koleksi terdiri dari 12.000 jenis yang diwakili oleh 140.000 contoh binatang.
3. Burung
Dikumpulkan dari wilayah Indonesia Timur dan Barat. Jumlah seluruhnya 1000 jenis, meliputi 30.762 contoh binatang.
Dikumpulkan dari wilayah Indonesia Timur dan Barat. Jumlah seluruhnya 1000 jenis, meliputi 30.762 contoh binatang.
4. Reptil dan Amfibi
Di daerah tropis, terutama di Indonesia jumlahnya tidak banyak. Koleksi yang tersimpan tercatat 763 jenis, diwakili oleh 19.937 contoh.
Di daerah tropis, terutama di Indonesia jumlahnya tidak banyak. Koleksi yang tersimpan tercatat 763 jenis, diwakili oleh 19.937 contoh.
5. Moluska
Kekayaan koleksi moluska di Indonesia tercatat 959 jenis yang diwakili oleh 13.146 contoh.
Kekayaan koleksi moluska di Indonesia tercatat 959 jenis yang diwakili oleh 13.146 contoh.
6. Serangga
Adalah kelompok binatang yang paling banyak jumlahnya. Koleksi serangga tercatat 12.000 jenis, diwakili 2.580.000 contoh spesimen.
Adalah kelompok binatang yang paling banyak jumlahnya. Koleksi serangga tercatat 12.000 jenis, diwakili 2.580.000 contoh spesimen.
7. Invertebrata lain
Terdiri dari jenis-jenis invertebrata bukan moluska dan serangga. Koleksi yang terkumpul ada 700 jenis diwakili oleh 1.5558 contoh.
Terdiri dari jenis-jenis invertebrata bukan moluska dan serangga. Koleksi yang terkumpul ada 700 jenis diwakili oleh 1.5558 contoh.
PAMERAN MUSEUM
ZOOLOGI BOGOR
Merupakan unit dari
Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI yang merupakan penjabaran dari tugas
pelayanan masyarakat umum untuk jasa ilmu pengetahuan zoologi. Unit ini
mempunyai tugas memperkenalkan keanekaragaman fauna nusantara dalam bentuk
awetan binatang dan replika, dengan harapan pengunjung dapat lebih mengenal
kekayaan fauna nusantara, dan untuk meningkatkan kepedulian dan kecintaan
generasi muda akan fauna nusantara, serta menunjang usaha pelestariannya.
l)
Museum planetarium dan observatorium
Museum dalam
wujudnya yang lain berupa planetarium dan observatorium. Keduanya adalah tempat
untuk melihat benda-benda angkasa. Apapun namanya, pada prinsipnya museum
memamerkan segala jenis benda mati dan benda hidup untuk kepentingan
masyarakat.
Ditinjau dari ilmu
yang menaunginya, museum ditangani oleh bidang pengetahuan alam, pengetahuan
sosial, dan pengetahuan budaya. Dengan demikian museum mencakup segala bidang
kehidupan. Artinya, benda apa pun bisa dimasukkan ke dalam museum Contohnya adalah Planetarium dan
Observatorium Jakarta merupakan satu dari tiga wahana simulasi langit
di Indonesia selain di Kutai, Kalimantan Timur, dan Surabaya, Jawa Timur. Planetarium tertua ini letaknya di Taman
Ismail Marzuki, Jakarta. Planetarium Jakarta merupakan sarana wisata
pendidikan yang dapat menyajikan pertunjukan / peragaan simulasi perbintangan
atau benda-benda langit. Pengunjung diajak mengembara di jagat raya untuk
memahami konsepsi tentang alam semesta melalui acara demi acara. Planetarium Jakarta berdiri tahun 1964
diprakarsai Presiden Soekarno dan diserahkan ke Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta pada 1969. Di tempat ini juga tersedia ruang pameran benda- benda
angkasa yang menyuguhkan berbagai foto serta keterangan lengkap dari berbagai
bentuk galaksi, teori-teori pembentukan galaksi disertai
pengenalan tokoh-tokoh di balik munculnya teori. Di ruang pameran ini, ada juga pajangan baju
antariksa yang digunakan mengarungi angkasa, termasuk mendarat di bulan.
Beberapa peralatan lain untuk pengamatan antariksa turut dipamerkan.Selain
pertunjukan Teater Bintang dan multimedia / citra ganda, Planetarium &
Observatorium Jakarta juga menyediakan sarana prasarana observasi benda-benda
langit melalui peneropongan secara langsung, untuk menyaksikan fenomena /
kejadian-kejadian alam lainnya, seperti gerhana bulan, gerhana matahari, komet dan lain-lain.
G. Museum yang ada di luar negri
1. Museum Madame Tussauds
Museum Madame
Tussauds Termasuk dalam museum khusus, itu dikarnakan musium ini hannya
menampilkan satu jenis objek ilmu pengetahuan atau kesenian. Museum lilin ini
terkenal di London, Inggris, Amerika dengan cabang-cabang di beberapa
kota besar di dunia. Museum ini pertama kali didirikan oleh pematung lilin Marie Tussaud. Di tempat-tempat bebas untuk berfoto bersama patung-patung lilin orang
ternama di seluruh dunia, mulai dari artis-artis Hollywood seperti Kate Winslet
dan Bruce Willis hingga artis Bollywood seperti Shah Rukh Khan dan Madhuri
Dixit. Ada juga tokoh-tokoh kenegaraan seperti Barack Obama hingga tokoh
keagamaan seperti Mother Teresa dan Mahatma Gandhi. Tokoh-tokoh olahraga pun
juga sudah dibuatkan patungnya di tempat ini. Tokoh terbaru yang dibuat
patungnya adalah Lionel Messi. Bintang-bintang James Bond yang fenomenal pun
ada di Madame Tussauds, dari Pierce Brosnan sampai Daniel Craig. Sehingga
museum ini dapat di jadikan tempat pariwisata. Hiburan yang paling baru dari Museum Madame
Tussauds, London, adalah Marvel Super Heroes 4D, di mana sahabat wisata muslim
bisa menikmati pengalaman seru dalam ruang bertemakan petualangan tokoh-tokoh
super hero dari Marvel Comics. Ada Hulk, Spider-Man, Wolverine, dan Iron Man.
Di sini, pengunjung akan dibawa dalam sebuah arena interaktif dengan efek
spesial berupa guncangan, getaran, sampai percikan air.
2. Diefenbunker
Museum unik ini
terletak di gedung Samuels di Universitas New South Wales, Sydney, Australia.
Didirikan pada awal tahun 1960 oleh professor Donald Wilhelm, museum ini
menyuguhkan fakta-fakta seputar perubahan pola penyakit yang terjadi di
masyarakat. Lebih dari 2.700 contoh jaringan manusia diawetkan dengan formalin dan
dipajang di museum ini. Seluruh contoh tersebut diperoleh dari organ-organ
tubuh manusia hasil operasi atau otopsi. Masing-masing contoh dilengkapi dengan
informasi klinis, penjelasan makroskopik dan hispatologikal. Paling langka di
antara semua contoh jaringan tersebut adalah jaringan dari penyakit difteria
yang berusia lebih dari 60 tahun. Nilai koleksi museum ini diprediksi mencapai
sekitar USD 2 juta. Tidak hanya memajang koleksinya, the Donald Wilhelm Museum of Human
Disease juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para pengunjungnya akan
hidup sehat dan menjaga gaya hidup serta tingkah laku yang baik.
3. Museum Fossa Magna
Museum yang
terletak di Perfektorat Niigata, kira-kira 400 km sebelah barat lautTokyo,
menandai satu fenomena geologis besar di Pulau Honshu, yaitu pertemuan dua
lempeng yang saling berinteraksi dalam proses tektonik yang menghasilkan zona
deformasi besar. Zona ini membagi Pulau Honshu bagian timur dan barat,
kira-kira tepat pada tekukan bentuk pulau ini yang mirip huruf J. Itulah
mengapa kawasan itu disebut Fossa Magna, yang berarti Retakan Besar. Tema Museum Fossa Magna mengoleksi dan
menyajikan berbagai jenis batuan dan fosil yang didapat sejak penelitian orang
Jerman Naumann di abad ke-19 hingga temuan mutakhir di zona tektonik itu.
Displainya sangat menarik. Di antaranya kupasan asli batuan sedimen sepanjang
hampir 10 m yang dipotong langsung dari lapangan. Masuk museum ini kita harus
membayar tiket masuk cukup mahal, yaitu 500 yen. Museum Fossa Magna sekarang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Itoigawa Geopark. Museum terakhir yang menjadi topik di tulisan
ini adalah museum sejarah alam di Nagatoro, Perfektorat Saitama, kira-kira 70
km utara Tokyo. Museum ini menyatu dengan lingkungan sekitarnya yang merupakan
cagar alam batuan sekis-filit. Dengan demikian, bagian luar museum juga merupakan
kawasan museum yang batuan metamorfosisnya dilindungi dan dilarang untuk
dikoleksi pengunjung.
H. Museum sebagai Edukasi dan Rekreasi
Museum adalah
sebuah lembaga yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tugas utama museum
adalah di bidang pengadaan, pengawetan, penelitian, dan penyebaran informasi
koleksi kepada masyarakat untuk tujuan pendidikan (edukasi) dan kesenangan
(rekreasi). Karena itu museum bersifat rekreatif edukatif, dengan catatan
faktor rekreatif lebih ditonjolkan namun tetap memperhatikan faktor edukatif. Banyak orang selalu memperban-dingkan museum dengan tempat-tempat rekreasi
macam Ancol dan Taman Mini. Memang jumlah pengunjung museum boleh dibilang
belum ada apa-apanya. Hal ini mengingat kedua tempat rekreasi itu mampu
menyedot jutaan pengunjung per tahun, meskipun harga karcis masuknya jauh di
atas harga karcis masuk museum. Selain Museum Nasional yang menyedot pengunjung
terbesar, termasuk wisatawan mancanegara, museum-museum lain berada jauh di
bawah itu. Bahkan kabarnya ada sejumlah museum yang hanya didatangi belasan
hingga puluhan pengunjung per tahun. Salah satu museum pendidikan yang berperan
mencerdaskan kehidupan bangsa adalah Museum Anatomi. Museum ini milik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai laboratorium pendidikan bagi
para mahasiswanya. Berbeda dari umumnya museum yang kita kenal, koleksi Museum
Anatomi FKUI adalah barang-barang yang tergolong mengerikan dan menjijikan di
mata orang awam.
Bahkan mungkin
dapat membuat kita merinding atau tidak bisa tidur semalaman. Koleksi otak
besar, jantung, hati, ginjal, dan janin manusia tersimpan di sini dalam
stoples-stoples yang sudah diberi bahan pengawet. Ada lagi foto-foto korban
pembunuhan dan mutilasi. Koleksi lain berupa reproduksi fosil manusia purba, wajah berbagai suku
bangsa di Indonesia, dan anatomi bagian-bagian tubuh manusia. Museum Anatomi
hanya dibuka untuk umum pada saat-saat tertentu, seperti dies natalis (perayaan
ulang tahun) UI atau FKUI saja. Berbagai perguruan tinggi lain juga memiliki Museum Pendidikan. Misalnya
berjenis-jenis batuan bumi ada di Fakultas Geologi ITB, berjenis-jenis tumbuhan
ada di Fakultas Biologi IPB, dan berjenis-jenis peta ada di Fakultas Geografi
UGM. Museum tidak harus berbentuk lembaga formal. Siapa saja boleh mendirikan
museum, mengingat tujuan utama museum adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Untuk memperkenalkan museum sedini mungkin, tentu harus didirikan museum
sekolah. Kehadiran museum sekolah justru penting karena selama ini boleh
dikatakan belum ada sekolah-sekolah di Indonesia yang memiliki museum sendiri.
Museum dalam skala kecil merupakan semacam laboratorium pendidikan bagi para
guru dan murid. Seberapa pun luasnya ruangan, keberadaan museum bisa
disesuaikan di dalamnya. Banyak hal bisa diisi dalam museum sekolah, misalnya
foto kepala sekolah. Bisa pula guru teladan dan pelajar teladan. Foto bersama
para murid yang dilakukan setiap tahun, bisa dijadikan koleksi museum dalam
bentuk album.
Kalau sekolah
tersebut berprestasi, seperti menjadi sekolah terbaik, tentu ada piala atau
piagam penghargaan. Nah, ini bisa disimpan di dalam museum sekolah. Begitu juga
piala-piala hasil berbagai perlombaan atau kejuaraan serta berbagai jenis
seragam sekolah, tentu lengkap dengan topi, dasi, dan badge. Berbagai alat tulis,
seperti pensil, penghapus, serutan, dan penggaris bisa pula menjadi koleksi
museum sekolah. Pokoknya segala hal yang berhubungan dengan sekolah dan segala
aktivitas belajar-mengajar, bisa mengisi museum sekolah. Di berbagai negara maju, museum sekolah
banyak berdiri untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar, misalnya Jepang.
Sebagai perbandingan, murid sekolah dengan bimbingan para guru secara periodik
kerap mengunjungi museum-museum lokal. Terbukti mereka menjadi bangsa yang
pintar berkat keberadaan museum dengan sarana pendukung guru dan buku. Di
Jepang museum benar-benar diprioritaskan sebagai sarana pendidikan. Ini
terlihat dari label-label koleksi yang hanya ditulis dalam huruf Kanji, tanpa
terjemahan dalam bahasa Inggris. Bahkan beberapa museum mobil dilengkapi dengan
kecanggihan teknologi. Tugas utama museum adalah di bidang pengadaan, pengawetan, penelitian,
dan penyebaran informasi koleksi kepada masyarakat untuk tujuan pendidikan
(edukasi) dan kesenangan (rekreasi). Karena itu museum bersifat rekreatif
edukatif, dengan catatan faktor rekreatif lebih ditonjolkan namun tetap
memperhatikan faktor edukatif. Meskipun dikatakan tidak mencari keuntungan, namun mengunjungi museum
tetap harus membayar. Biaya termurah untuk memasuki sebuah museum sekitar Rp
500. Ada pula museum yang menggratiskan pengunjungnya, misalnya Museum Uang
Bank Indonesia dan Museum Bank Mandiri. Keengganan masyarakat, terutama para
pelajar/mahasiswa, belum memanfaatkan museum secara maksimal, disebabkan dunia
pendidikan kita belum memprioritaskan museum sebagai sarana belajar. Di pihak
lain, banyak daerah belum memiliki museum yang representatif, bahkan belum ada
sama sekali. Ada berbagai alasan mengapa masyarakat enggan mengunjungi museum dan
lebih mementingkan ke taman rekreasi.
Pertama, untuk
mengunjungi museum masyarakat memerlukan bekal pengetahuan terlebih dulu jadi
terasa berat, misalnya harus mencari informasi koleksi. Sebaliknya kunjungan ke
taman rekreasi bersifat santai karena memang bersifat hura-hura, jadi terasa
ringan.
Kedua, karena
kondisi museum itu sendiri masih memprihatinkan. Misalnya saja koleksi yang
kotor, informasi label yang terlalu minim, ruangan yang temaram, toilet yang
jorok, dan berbagai fasilitas lain yang dianggap kurang memadai.
Sejak lama sejumlah
museum di Indonesia dicanangkan berfungsi sebagai Museum Pendidikan. Museum
Pendidikan didefinisikan sebagai museum yang tujuan utamanya untuk kepentingan
studi atau riset para pelajar/mahasiswa. Juga dimaksudkan sebagai alat peraga
atau pembantu utama bagi pendidikan formal di sekolah atau perguruan tinggi. Ada juga museum yang dijadikan sebagai sumber
inspirasi, salah satunya adalah Museum Geologi yang memahami bahwa tema
tersebut penting. Mengingat sumber daya yang dimiliki sebuah museum, khususna
koleksi merupakan sebuah elemen yang dapat menciptakan inspirasi untuk
membangun hubungan luas dalam bidang kebumian, baik edukasi, informasi,
inventarisasi, potensi sumber daya alam dan konservas. Pengutamaan terhadap
koleksi itulah yang membedakan museum dengan lembaga lainnya. Koleksi yang
disimpan dan dirawat di sebuah museum adalah benda warisan alam dan budaya yang
memiliki nilai penting bagi pendidikan dan penelitian sehingga keberadannya
harus dilestarikan. Museum geologi sebagai museum khusus memiliki tugas mengkonservasi
koleksi geologi secara umum. Contohnya, batuan/mineral dan fosil. Semetara yang
terdapat di alam yang tidak mungkin dipindahkan ke museum, dapat dikonservasi
ke tempat aslinya sebagai kawasan lindung atau museum alam.
"Selain
memamerkan gajah blora, peringatan HUT 2014 ini disi dengan pameran tentang
koleksi batu mulia (gemstone) yang unik dan langka. Batu tersebut diracik
dengan sentuhan seni dan gaya penyajian yang berbeda dan diberi nama 'art rock'
oleh pematung Rudi Crystal. Seni merupakan bagian dari metode penyajian koleksi
dalam suatu pameran yang memberikan nuansa baru," jelas dia. Tak hanya
itu, dalam rangkaian kegiatan dipamerkan juga kreasi batik dengan nuansa
geologi yakni 'Geobatik' yang menampilkan gambaran tekstur sayatan mineral,
batuan, dan fosil di atas kain. Edukasi bagi masyarakat dilakukan berupa kuliah
umum yang diselenggarakan di auditorium Musemum Geologi. "Berbagai
kegiatan ini diharapkan mampu menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya
nilai koleksi museum yang merupakan warisan alam dan budaya yang harus dijaga
kelestariannya," tutur dia.
Lebih jauh Sinung
berharap koleksi museum mampu menjadikan inspirasi pengayaan intelektual bagi
masyarakat sekaligus menciptakan kreasi-kreasi baru yang bermanfaat. Museum
Geologi sendiri akan terus berkiprah dalam memasyarakatkan geologi untuk
mewujudkan visi Badan Geologi KESDM, yakni geologi untuk perlindungan
kesejahteraan masyarakat[3]
BAB X
MUSEUM DAN AUDIENS
A.
Pengertian dan Jenis Audiens
Yang dimaksud audiens disini ialah para
pengunjung museum yang datang dengan tujuan tertentu baik yang datang secara
sadar ataupun terpaksa karena penugasan,adapun pengunjung yang datang dengan
tujuan rekreasi biasanya datang sengaja untuk melihat koleksi museum ataupun
menjawab rasa keingintahuan tentang perjalanan sejarah daerah ataupun negaranya
melalui benda benda yang menjadi saksi bisu sejarah. Adapun jenis audiens
berdasarkan tujuannya dibagi menjadi 3 jenis ;
1.
Pengunjung rerkreasi
2.
Pengunjung kebutuhan pendidikan
3.
Pengunjung khusus
B.
Peranan Audiens terhadap eksistensi museum
Dapat dipastikan bahwa kunjungan masyarakat
ke suatu museum mempunyai maksud tertentu. Mereka pastinya didasari kepada
keinginan atau motivasi tertentu sehingga mau mendatangi museum-museum.
Masyarakat Indonesia dewasa ini dapat dinyatakan masih berada dalam tahap
transisi untuk dinamakan modern. Di kota-kota besar masyarakat telah mengenyam
pendidikan yang lebih maju dan setidaknya mengerti guna suatu museum. Dalam
pada itu sebagian masyarakat di pedesaan dan pelosok-pelosok Indonesia tentunya
akan sulit jika harus berpikir tentang kedudukan dan peran museum di tengah
masyarakat. Dengan demikian yang dimaksudkan sebagai masyarakat para pengunjung
museum adalah masyarakat di kota-kota atau mereka yang telah terpelajar,
walaupun tidak berasal dari tataran pendidikan tinggi. Keberadaan museum
di suatu negara adalah keniscayaan, kehadirannya di tengah masyarakat
sebenarnya sudah merupakan keharusan. Sebagai masyarakat negara yang
mengembangkan dan menghargai pencapaian peradaban masa lalunya, museum mutlak
harus ada. Selanjutnya apabila suatu museum telah resmi didirikan, tahapan
berikut adalah apresiasi dari khalayak umum. Apabila tidak ada bentuk
apresiasi, maka museum yang baru didirikan itu akan menjelma menjadi gudang
penyimpanan benda-benda masa lalu saja. Bentuk apresiasi yang nyata bagi suatu
museum adalah banyaknya kunjungan dari masyarakat ke museum, banyaknya kegiatan
yang dilakukan masyarakat berkenaan dengan kedudukan museum, dan bermacam
aktivitas masyarakat yang terkait dengan sesuatu museum. Masyarakat
merupakan organisme sosial yang dinamis, wujudnya pun bermacam-macam serta
banyak kategori yang dapat dikenakan kepadanya. Dapat dinyatakan bahwa
masyarakat pengunjung museum adalah salah satu segmen khusus masyarakat yang
secara sadar atau tidak sadar mau mendatangi museum, karena kunjungan ke
museum-museum di Indonesia masih belum banyak dilakukan oleh masyarakat.
Suatu kajian
terhadap pengunjung museum dapat dilakukan oleh pengelola museum sendiri
ataupun oleh lembaga lain, atau juga oleh peneliti untuk keperluan studinya.
Sebenarnya hasil dari kajian yang dilakukan terhadap masyarakat pengunjung
museum dapat digunakan oleh pihak museum untuk mengembangkan museum dari
berbagai aspeknya
Dalam bagan I dapat dijelaskan bahwa
masyarakat mengunjungi museum dalam rangka apresiasi terhadap museum tersebut.
Dapat diartikan bahwa ketika masyarakat datang ke suatu museum secara sadar
ataupun karena ada penugasan, maka bentuk kunjungan ke museum tersebut adalah
sebagai bentuk penghargaan kepada lembaga museum. Sebaliknya hubungan museum
dengan masyarakat lebih bersifat presentasi, yaitu menyajikan apa yang
dikoleksinya untuk dinikmati oleh masyarakat. Agar penyajian itu lebih menarik
maka perlu pula diketahui pendapat masyarakat pengunjung-nya. Demikianlah
titik pangkal dari diadakannya suatu kajian terhadap pengunjung sebenarnya
kelak bermuara kepada kepentingan museum. Hasil kajian itu dapat digunakan
untuk meningkatkan mutu museum dalam pengertian yang
seluas-luasnya.
Masyarakat pengunjung museum
sebenarnya dapat disamakan dengan konsumen yang memanfaatkan suatu produk,
karena museum menghasilkan produk, yaitu sajian pameran yang dapat dinikmati
oleh masyarakat. Dalam hal ini pada dasarnya terjadi interaksi antara produk
yang dihasilkan museum, masyakarat sebagai penikmatnya, dan pihak pengelola
museum yang dapat dipandang sebagai penghasil produk tersebut. Ketiganya
tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya dalam suatu sistem pengembangan
museum. Pengelola museum jelas bertanggung jawab terhadap produk yang
dihasilkan oleh museumnya. Mereka adalah para konseptor, kurator, dan
administrator yang harus mampu menghasilkan falsafah serta produk bermutu,
menarik, dan mampu mengundang pengunjung. Sajian pameran sebagiannya adalah bentuk
transformasi bukannya refleksi pemikiran dari para pengelola museum tersebut, selain daya
tarik yang dimiliki oleh artefak yang dipamerkannya. Adapun pengunjung museum
jelas adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan oleh suatu museum, sebagaimana
telah dikemukakan bahwa museum tanpa pengunjung akan menjelma menjadi gudang
barang antik dan unik saja. Maka apabila digambarkan kaitan ketiganya
dapat dilihat dalam bagan interaksi tiga pihak pengembangan museum:
2
Setiap komponen yang
berinteraksi tersebut dapat dibagi lagi secara garis besar, yaitu:
1.Pengelola
Museum di
Indonesia terdiri dari:a.Pemerintah, artinya pihak pemerintah yang
menyelenggarakan suatu museum, baik pemerintah pusat, pemerintah propinsi,
ataupun kabupaten. Termasuk ke dalam museum pemerintah adalah berbagai macam
museum yang diselenggarakan oleh berbagai instansi pemerintahan
lainnya.b.Swasta, artinya penyelenggara sesuatu museum adalah masyarakat di
luar peran lembaga pemerintahan, museum jenis ini berdiri atas inisiatif
perseorangan, lembaga swasta atau kelompok lainnya yang pembiayaannya
didapatkan dari sumber keuangan di luar dana resmi pemerintah.
2.Sajian
Pameran sebagai produk adalah benda-benda yang dipamerkan di museum. Mengenai penataan pameran
cukup banyak ragamnya dan merupakan kajian yang tersendiri pula. Dalam
kesempatan ini dapat dinyatakan secara umum bahwa pameran tersebut ada dua
cara, yaitu pameran dalam gedung dan pameran terbuka di luar gedung, sudah
barang tentu cara penangannya berbeda pula. Hanya saja ciri utama dari produk
yang dihasilkan oleh museum antara lain yang penting adalah:a.produk harus
dimanfaatkan di tempatnya, artinya tidak bisa dibawa-bawa untuk dinikmati di
sembarang tempat oleh konsumennya.b.produk bukan sesuatu yang dapat dipakai
atau dikonsumsi, melainkan untuk keperluan kognisi memori.c.produk berkenaan
dengan kemasalaluan dan dokumentasi pencapaian peradaban, bukan bersifat
kekinian dan masa yang akan datang.
3.Masyarakat
Pengunjung sebagai konsumen merupakan hal yang penting dalam membuat sesuatu museum
menjadi bermakna. Dalam hal masyarakat sebagai konsumen secara garis besar
terdapat beberapa kategori sebagai berikut:a.Masyarakat pada umumnyab.Kaum
intelektual penelitic.Tokoh masyarakat dan selebritisd.Pejabat resmi
pemerintahanSebenarnya banyak segmen masyarakat yang datang berkunjung ke
museum, namun untuk memudahkan kajian bagian-bagian masyarakat tersebut dapat
dimasukkan ke dalam salah satu dari empat kategori tersebut. Misalnya para
pelajar dari tingkat SD sampai SMA dapat dimasukkan ke dalam masyarakat pada
umumnya sehubungan dengan tingkat pengetahuannya tentang sesuatu yang masih
dasar dan umum. Begitupun kalangan perguruan tinggi yang bukan dari
bidang-bidang yang berkaitan dengan museum dan isi koleksinya, masih dapat
digolongkan sebagai masyarakat pada umumnya.Kaum intelektual peneliti adalah
mereka yang datang secara sadar ke museum untuk keperluan penelitiannya.
Tentunya disiplin yang didalaminya atau dipelajarinya telah membawanya secara
sadar ke museum. Mereka biasanya begitu kritis terhadap aspek-aspek tertentu
dalam museum. Biasanya mereka mempunyai disiplin ilmu yang ada kaitannya secara
langsung dengan koleksi museum atau permuseuman pada umumnya. Dalam pada
itu tokoh masyarakat atau selebritis ialah orang-orang yang dikenal meluas
dalam masyarakat karena kedudukannya, perannya, profesinya, dan lain-lain,
namun bukan dari kalangan pemerintahan atau lembaga tinggi negara. Adapun
pejabat resmi pemerintahan pun banyak macam, kedudukan, peranan, dan dari
lembaga-lembaga berbeda, pada pokoknya adalah mereka yang sedang mengemban
tugas resmi kenegaraan sebagai pejabat yang mempunyai
pengaruh. Demikianlah dalam hal mengapresiasi museum setiap kategori
pengunjung tersebut mempunyai opininya tersendiri yang berbeda-beda. Kajian
terhadap opini yang berbeda itu menjadi penting bagi pengembangan sesuatu
museum selanjutnya.
C. Perkembangan Museum dan Audiens di Indonesia
Umumnya peran
museum di negara-negara maju sangat penting dalam memperkuat identitas
masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya. Kepedulian akan identitas masyarakat
atau bangsa di negara maju terhadap perkembangan budaya beserta lingkungannya
tercermin dari banyaknya minat orang untuk mengunjungi museum. Hal ini sangat kontras dengan kondisi di Indonesia. Persepsi masyarakat
terhadap museum antara lain masih sebagai tempat penyimpanan benda benda kuno
yang sudah tidak berfungsi lagi pada masa sekarang, sebagai tempat untuk
mengenal sejarah melalui benda yang dihasilkan oleh suatu masyarakat, serta
sebagai tempat untuk hiburan atau berwisata dilingkungan museum. Bahkan dapat
dikatakan sebagian besar museum di Indonesia saat ini lebih mencerminkan kesan
formal seperti layaknya gedung perkantoran yang tidak saja kotor, kusam dan
seram, tetapi juga kurang terlihat kesan memiliki daya tarik untuk mengundang
minat masyarakat atau wisatawan untuk berkunjung ke museum.
Lebih jauh lagi adalah sebagian besar museum di Indonesia dibangun atau
dikembangkan baru sampai pada peran tidak lebih untuk mengumpulkan,
meregistrasi, mengkonservasi, dan
menyimpan, belum sampai pada tahap menginformasikan dan memamerkan untuk
kepentingan pemahaman dan apresiasi komunitas masyarakat sekelilingnya.
Sehingga sangat disayangkan apabila museum sebagai jendela budaya dikembangkan,
dikelola dan dinikmati hanya untuk dirinya sendiri. Yang menyedihkan, museum hingga saat ini
belum memperlihatkan orientasi memberikan manfaat kepada para pemangku
kepentingan lintas sektor dan disiplin misalnya pemerintah, swasta dan
masyarakat atau komunitas termasuk para pengunjung yang bergerak antara lain di
bidang pendidikan, kebudayaan, pariwisata, ekonomi, pemasaran, dan bahkan dalam
pengelolaannya belum menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang.
Secara umum perkembangan museum di
Indonesia adalah:
1.
Baru sampai pada peran tidak lebih untuk mengumpulkan, meregistrasi, mengkonservasi, dan menyimpan, belum sampai
pada tahap menginformasikan dan memamerkan untuk kepentingan pemahaman dan
apresiasi komunitas masyarakat sekelilingnya.
2.
Museum hingga saat ini belum memperlihatkan orientasi memberikan manfaat
kepada para pemangku kepentingan lintas sektor dan disiplin misalnya pemerintah,
swasta dan masyarakat atau komunitas termasuk para pengunjung
3.
Pengelolaan museum belum menyesuaikan dengan kemajuan bidang dan ilmu
pengetahuan teknologi lainnya.
Selama
ini kebanyakan masyarakat indonesia memandang museum sebagai tempat yang kurang menarik untuk
dikunjungi. Salah satu penyebab utamanya adalah mereka juga tidak memberikan
apersisi yang lebih tinggi terhadap kebaradaan suatu musium. Banyak masyarakat
yang punya pendapat jika musium hanya dijadikan tempat untuk menyimpan benda kuno
saja. Bahkan yang lebih parah lagi ada
sebagian orang yang menghubungkan keberadaan benda kuno yang sebebnarnya punya
nilai sejarah tinggi itu dengan hal-hal lain yang berkaitan dengan dunia gaib
atau klenik akibatnya adlah muncul prasangkaapabila
mengunjungi musium itu merupakan hal yang tidak punya manfaat bahkan
bertentangan dengan ajaran agama tertentu. Pola pemikiran inilah yang
menjadikan musium makin sepi dari pengunjung. Pengelolaan museum yang ada di Indonesia juga kurang bagus dibandingkan dengan musium yang ada dieropa
sana. Meski sebenarnya punya benda koleksi yang sangat lengkap. Namun karena
itu tidak dikelola dengan baik akibatnya musium tersebut kurang mempunyai daya
tarik yang lebih tinggi penglola kurang berani melakukan terobosan baru sebab
terkendala oleh aturan birokrasi yang begitu rumit. Beberapa kondisi inilah
yang menyebabkan perkembangan musium diindonesia kalah maju jika dibandingkan
dengan perkembangan musium dieropa. Tapi apabila masyarakat mau memberi
apersiasi yang lebih tinggi dan berhasil menghilangkan stigma yang kurang bagus pada museum tentu kita bis mengejar ketertinggalan
tersebut.
Berbeda dengan museum di
Eropa, hampir
semua orang eropa memandang bahwa museum
itu merupakan suatu tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Penduduk
disana punya apresiasi yang sangat tinggi terhadap keberadaan suatu museum.
Banyak masyarakat yang punya pendapat jika museum hanya dijadkan tempat untuk
meyimpan benda kuno saja tapi juga sebagai media untuk mempelajari kehidupan
yang telah terjadi pada masa lalu dan berbagai macam ilmu pengetahuan lainya.
Selain itu kebanyakan musium dieropa punya benda koleksi yang lebih fariatif dan menarik. Bahkan pengelola musium terus berusaha mencari terobosan
baru agar pengunjung tidak merasa bosan untuk datang ke musium tersebut
misalnya tat ruang yang selalu dirubah dalam jangka waktu tertentu. Hal ini lah
yang menyebabkan perkembangan museum di eropa lebih bagus dan bisa menjadi obyek wisata yang menarik.
D. Usaha
Evaluasi Untuk Menarik Minat
Audiens
Idealnya, museum dapat berfungsi secara optimal sebagai fasilitas publik
yang menunjang proses pembelajaran. Namun, kenyataan belum menunjukkan keadaan
yang diharapkan. Untuk itu, dibutuhkan evaluasi untuk memperbaiki fungsi museum
dan menarik pengunjung. Beberapa cara yang dapat ditempuh diantaranya:
1. Lakukan kegiatan
interaktif dan menghibur
Pengemasan program kunjungan yang menarik akan menumbuhkan minat
pengunjung untuk memasuki museum, misalnya dengan menyediakan photo booth dan maskot museum untuk mengabadikan
momen pengunjung yang pernah mengunjungi museum, menyediakan mini store yang menyediakan
souvenir-souvenir museum, mengadakan event tertentu dengan menggunakan
unsur-unsur yang terdapat di dalam museum dan menciptakan tema-tema yang
berubah pada hari-hari tertentu.
2. Promosi Secara Efektif
Promosi merupakan kunci utama dalam menarik pengunjung. Banyak sekali
cara promosi yang dapat dilakukan, tergantung target pemasaran. Misalnya, untuk
membidik target remaja, promosi dapat dilakukan melalui jejaring sosial
seperti twitter, facebook, hello dan sebagainya. Pihak museum juga dapat mengadakan
pemilihan teen ambassador of museum dari
kalangan pelajar, sehingga dapat menarik minat para remaja berprestasi dan
populer yang menjadi inspirasi untuk remaja-remaja lainnya. Apabila sasarannya
adalah pelajar SD atau SMP, pihak museum dapat mengundang sekolah-sekolah
tersebut untuk mengunjungi museum secara kolektif dan melakukan sosialisasi
museum ke sekolah-sekolah melalui ambassador yang telah terpilih. Selain itu,
promosi juga dapat dilakukan di tempat-tempat umum seperti mall untuk
menjangkau target sasaran yang lebih luas, misalnya keluarga.
3. Perhatian Terhadap Kebersihan dan Penyajian Barang Koleksi
Untuk menghilangkan kesan suram, usang, dan menyeramkan, kebersihan
museum harus dijaga. Sirkulasi udara dan fasilitas seperti toilet, tempat duduk,
dan tempat ibadah juga harus diperhatikan. Penataan barang pajangan juga harus
ditata sedemikian rupa sehingga enak dipandang. Penataan tersebut juga dapat
dipindah atau diubah secara berkala dalam periode waktu tertentu sehingga tidak
membosankan. Akan lebih menarik lagi jika penataan diatur menurut waktu
sehingga menjadi sebuah alur cerita. Dengan begitu, benda-benda yang dipajang
dapat lebih dimaknai, bukan hanya dianggap sebagai benda mati tak berarti.
4. Merekrut Tenaga yang Ahli Dibidangnya
Pihak pengelola museum harus memilki kemampuan di
bidangnya, sehingga pekerjaan yang dijalani dapat berhasil baik, terutama tour
guide yang mendampingi pengunjung untuk memberikan informasi atas segala
sesuatu yang dipamerkan di museum. Guide tersebut harus menguasai segala sesuatu yang
berkaitan dengan museum, sehingga informasi yang disampaikan benar dan valid.
5. Jalin Hubungan Baik
Museum tidak akan berkembang apabila hanya berdiri secara mandiri dan
tidak menjalin hubungan dengan pihak lain. Dengan menjalin hubungan yang
bersinergi bersama Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan
sebagainya, program-program yang diadakan museum akan mudah mendapatkan
dukungan sehingga berjalan sukses dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Kabar Masa Silam. 2012.Sejarah
dan Perkembangan Museum. Dari [http://kabarmasasilam.blogspot.com/2012/11/sejarah-dan-perkembangan-museum.html] (Diakses 18:26, 24 april 2014)
Wikipidia.
2014.Museum. Dari [http://id.wikipedia.org/wiki/museum] (Diakses 20:12, 24
April2014)
Sutaarga, M.
Amir,1989 Pedoman Penyelenggaraan dan
Pengelolaan Museum. Jakarta.
Herman.V.J. 1981.
Pedoman Konservasi Koleksi Museum.
Jakarta, Direktorat Permuseuman Ditjen Kebudayaan
Hamzuri. 1997. Dokumentasi
dan Penyimpanan Data. Jakarta, Direktorat
Permuseuman
http://pekerjamuseum.blogspot.com/2012/08/pemasaran-museum.html. (di unduh pada pukul 10.34 WIB tanggal 27
Maret 2014)
Suwati Kartiwa, Pemasaran Museum, ceramah yang diadakan di museum nasional pada
bulan Maret 2005.
Mclean,
Fiona; Marketing the Museum,
Routledge, London and New York, 1997.
Kevin
(Ed.). 2000. Museum Management,
Leichester Readers in Museum. Studies,
routledge. London, pp. 232-248
Anonim a. 2011. Pengertian dan
Fungsi Museum.
http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com/2011/08/museum-di- indonesia.html.
Diakses pada Selasa, 1 Maret 2014.
Roby Ardiwidjaja. Pandangan
Masyarakat Terhadap Museum. http://www.academia.edu/4877338/Perspektif_Masyarakat_Terhadap_M useum.
Diakses pada Selasa, 1 Maret 2014.
Kompas. Publikasi
Museuum, 2009. http://nasional.kompas.com/read/2009/04/09/13230768/minim.publikasi. museum. Diakses pada Selasa, 1
Maret 2014.
Isman Pratama
Nasution. 2014. Penelitian
Pengunjung Terhadap Museum. http://ruslanabdullah61.wordpress.com/2014/03/16/instrumen-penelitian- pengunjung-museum/. Diakses pada Selasa, 1
Maret 2014.
Anonim d. 2010. Marketing Museum.
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/237 3/Bab%201.pdf?sequence=9.
Diakses pada Rabu, 2 Maret 2014.
Muhamad zakia,2011,jenis-jenis museum, diakses pada http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com/2011/08/museum-di-indonesia.html,
9 Mei 2014, pukul 13.04.
Siti Khoirnafiya,2012, Peran Museum Bagi Masa Saat Ini, diakses pada http://museumku.wordpress.com/2012/01/16/peranan-museum-bagi-masyarakat-masa-kini/ 9 Mei 2014 pukuk 13.01.
Cosmo,2011, museum untu persatuan dalam perbedaan, diakses padahttp://museumku.wordpress.com/sejarah-museum/, 9 Mei 2014, pukul 13.04.
Wordpress.2012.museum
audiences. Diakses pada
13.00
[1] “Ade Muhlis”,
Mengenal Museum, diakses pada http://budayaindonesiasatu.blogspot.com/2014/04/mengenal-museum-di-indonesia.html, 9 Mei 2014 pukul 13.04.
[2]“Siti Khoirnafiya”, Peran
Museum Bagi Masa Saat Ini, diakses pada http://museumku.wordpress.com/2012/01/16/peranan-museum-bagi-masyarakat-masa-kini/ 9 Mei 2014 pukuk 13.13.
[3] “Siti
Khoirnafiya”, Peran Museum Bagi Masa Saat Ini, diakses pada http://museumku.wordpress.com/2012/01/16/peranan-museum-bagi-masyarakat-masa-kini/
9 Mei 2014 pukuk 13.01.
10q
BalasHapusWoooow, luar biasa
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut