Jumat, 17 Oktober 2014

BUKU PANDUAN MUSEUM

https://goindonesia4fe4prod.blob.core.windows.net/media/Default/Page/id/indonesia/jawa/jakarta/seni_budaya/museum_jakarta/museum_seni_rupa_dan_keramik/senirupa.jpg

MENGETAHUI MUSEUM LEBIH DALAM

Ira Andestia
(1313033041)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014


KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa. Pemilik alam semesta yang telah memberi rahmat  dan hidayahnya sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas membuat buku panduan museum yang telah diberikan oleh Dr. R. M. Sinaga, M.Hum kepada penulis dengan judul “MENGETAHUI MUSEUM LEBIH DALAMsebagai tugas UAS yang telah diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa buku ini berjalan atas dukungan dari segala pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada:
1.    Dr. R. M. Sinaga, M.Hum sebagai dosen pengampu mata kuliah Museologi.
2.    Orang Tua yang senantiasa memberikan motivasi dan doa’nya.

Semoga Buku Panduan Museum ini dapat bermanfaat bagi pembaca buku, selain itu penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan buku ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran  yang bersifat membangun sangat penulis nantikan  demi perbaikan kearah kesempurnaan, akhir kata penulis sampaikan terimakasih.


Bandar Lampung,  Juni 2014

Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................         ii
DAFTAR ISI.................................................................................................         iii

PENDAHULUAN........................................................................................         1

BAB I.  SEJARAH PERKEMBANGAN MUSEUM
A.       Sejarah Museum Dunia....................................................................         2
B.       Sejarah Museum di Indonesia.........................................................         3
C.       Cikal Bakal Museum.......................................................................         4
D.       Museum-Museum Pertama di Dunia...............................................         7
E.        Penyebaran Museum Model Eropa..................................................         8
F.        Fungsi Museum Pada Zaman Dahulu dan Sekarang.......................         10

BAB II. MUSEUM DAN FUNGSINYA DARI MASA KEMASA
A.       Perkembangan Museum Abad Ke XIX..........................................         11
B.       Perkembangan Museum di Indonesia..............................................         14
BAB IIIKOLEKSI MUSEUM
A.    Koleksi Museum       .........................................................................         21
B.     Koleksi Pribadi..................................................................................         21
C.     Penggadaan Koleksi..........................................................................         22
D.    Jenis Museum Berdasarkan Koleksi..................................................         25

BAB IV. KONSERVASI MUSEUM
A.       Konservasi.......................................................................................         30
B.       Objek Koleksi Museum...................................................................         31
A.       Faktor Kerusakan Museum..............................................................         32
B.       Prosedur Kerja Konservasi..............................................................         36
C.       Kajian Lapangan..............................................................................         37

BAB V. MARKETING DAN PEMASARAN MUSEUM
A.       Pemasaran Museum.........................................................................         43
B.       Strategi dan Marketing Museum......................................................        49
C.       Maksud dan Tujuan Strategi Pemasaran Museum...........................         50

BAB VI.  PUBLIKASI DAN MARKETING MUSEUM
A.       Publikasi Museum............................................................................         53
B.       Dampak Bagi Museum Yang Kurang Dipromosikan......................         56
C.       Riset pengunjung.............................................................................         57
D.       Marketing dan Pemasaran Museum.................................................         58

BAB VII. TANTANGAN DAN PERMASALAHAN MUSEUM
A.       Tantangan Museum.........................................................................         62
B.       Permasalahan Museum....................................................................        66
C.       Solusi Masalah Museum..................................................................         69
BAB VIIIJENIS-JENIS MUSEUM DI DUNIA
A.       Jenis-Jenis Museum.........................................................................         71
B.       Museum Tertutup dan Terbuka.......................................................         72
C.       Museum Keliling.............................................................................         72
D.       Jenis Museum Berdasarkan Kedudukannya....................................         73
E.        Klasifikasi Museum Menurut Pengelolaannya................................         75
F.        Tipe-Tipe Museum...........................................................................         76
G.       Museum Yang Ada Diluar Negeri...................................................         90
H.       Museum Sebagai Edukasi dan Rekreasi..........................................         92

BAB IX. MUSEUM DAN AUDIENS
A.       Pengertian dan Jenis Audiens..........................................................         93
B.       Peranan Audiens Terhadap Eksistensi Museum...............................       93
C.       Perkembangan Museum dan Audiens di Indonesia........................       101
D.       Usaha Evalusi Untuk Menarik Minat Audiens................................       103
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................       106


PENDAHULUAN


Membicarakan mengenai Museum kita pasti terbayang tempat yang menyeramkan, tempat barang-barang kuno, kusam, buruk, atau parahnya lagi kita menganggap itu adalah tempat barang rongsokan yang tidak asik untuk di kunjungi. Padahal dibalik itu semua kita tidak sadar bahwa museum adalah tempat dimana kita dapat flas back dan menegetahui apa yang dilakukan oleh nenek moyang kita dahulu sehingga kita dapat menikmati hal-hal seperti ini sekarang. Tidak banyak masyarakat yang peduli akan sejarah kehidupan nenek moyangnya, akan asal usul kehidupannya, mereka terlalu asik dengan kehidupan yang serba mewah,  canggih, modern dan serba cepat. Bahkan tidak sedikit masyarakat di indonesia ini yang seumur hidupnya belum pernah mengunjungi museum, sedangkan bagi mereka yang sudah mengunjungi museum hanyalah mereka yang terpaksa seperti mereka yang ada kunjungan dari sekolah mewajibkan untuk pergi ke museum dan mahasiswa jurusan sejarah yang diwajibkan untuk observasi museum. Memang ada segelintir masyarakat yang peduli dengan museum dan mau belajar serta memanfaatkan isi museum sebagai tempat pembelajara, tetapi sedikit sekali yang sadar akan hal itu bahkan dapat di itung dengan jari.
Disini penulis akan menerangkan mengenai sedikit tentang museum, pentingnya museum, manfaat yang ada didalam museum dan masih banyak lagi yang berhubungan dengan museum. Dengan harapan setelah mereka yang membaca buku panduan museum ini akan lebih menghargai museum dan dapat memanfaatkan museum dengan sebaik-baiknya bukan hanya dijadikan pelengkap kota saja.



BAB I
SEJARAH MUSEUM


A.      Sejarah Museum di Dunia
Istilah museum berakar pada kata “Mouseion” yang dalam bahasa Yunani berarti "Kursi Muses." Mouseion merupakan lembaga filosofis atau tempat kontemplasi. Kata Mouseion kemudian diturun dalam bahasa Latin menjadi museum. Museum pada zaman Romawi dibatasi penggunaannya untuk menyebut tempat diskusi filosofis.
Lahirnya Museum juga tidak terlepas dari kehadiran manusia di muka bumi, mereka sudah memperlihatkan kegemaran mengumpulkan sesuatu yang dipandang menarik atau unik. Hal ini ditunjukkan oleh adanya temuan-serta pada makam-makam prasejarah di berbagai negara. Kemungkinan besar temuan-temuan itu merupakan benda-benda koleksi si mati semasa hidup.
Di Eropa terutama Yunani dan Romawi, benih-benih permuseuman lahir akibat peperangan. Biasanya kerajaan yang menguasai wilayah lain akan membawa banyak rampasan perang. Lahirnya museum juga tidak lepas dari hobi kalangan terpelajar dan bangsawan Eropa untuk mengumpulkan benda-benda kuno. Ketika itu benda-benda kuno terlebih yang dianggap menarik, indah, aneh, atau langka, amat diminati. Apalagi yang berasal dari suatu zaman yang disebut-sebut oleh kitab sejarah, legenda, atau dongeng.
Sifat kritis dan selalu ingin tahu menjadi ciri pikiran orang Eropa, sehingga berbagai ilmu berkembang dengan pesat. Bersamaan dengan itu, para pedagang barang antik juga mempunyai naluri bisnis.
Mereka sering bepergian ke berbagai tempat, termasuk ke negara-negara non Eropa. Dari sana mereka membawa berbagai kisah dan benda dari negara-negara yang mereka kunjungi. Hal ini membawa kesadaran pada orang-orang Eropa bahwa di luar lingkungannya masih banyak terdapat kebudayaan lain.
Perkembangan hingga abad ke-17 memperlihatkan minat yang mula-mula terpusat pada sejarah bangsa Eropa, berkembang lebih luas. Akibat kegiatan orang-orang berada dan terpelajar, terkumpullah benda-benda kuno dalam jumlah besar. Benda-benda tersebut kemudian disimpan dalam suatu tempat. Mereka saling mempertontonkan koleksi, bahkan secara berkala mereka bertemu untuk mendiskusikan benda-benda tersebut.

B.       Sejarah Museum di Indonesia
Museum di negara kita Indonesia telah ada sejak 130 tahun lalu, tepatnya tahun 1062, didirikan oleh Pemerintah India Belanda, berlokasi di Jakarta. Berdirinya museum itu, diawali dengan adanya usaha-usaha pengumpulan benda-benda warisan budaya Bangsa Indonesia untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan masa lalu, kini dan akan datang. Museum yang pertama berdiri itu, bernama Bataviaasch Genootschop Vfan Kunsten En Westencshappen, kini Musuem Nasional, terletak di jalan Merdeka Barat No.12 Jakarta. Sebelumnya Museum itu bernama Gedung Gajah dan Gedung Arca, yang sampai saat ini menyimpan 80.000 lebih buah koleksi.
Berdirinya museum di Indonesia ini, dipengaruhi oleh perkembangan Museum yang ada di Belanda. Diawali oleh seorang pegawai VOC yang bernama G.E. Rumphius yang pada abad ke-17 telah memanfaatkan waktunya untuk menulis tentang Ambonsche Landbeschrijving yang antara lain memberikan gambaran tentang sejarah kesultanan Maluku, disamping penulisan tentang keberadaan kepulauan dan kependudukan. Memasuki abad ke-18 perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan baik pada masa VOC maupun Hindia-Belanda makin jelas dengan berdirinya lembaga-lembaga yang benar-benar kompeten, antara lain pada tanggal 24 April 1778 didirikan Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, lembaga tersebut berstatus lembaga setengah resmi dipimpin oleh dewan direksi. Pasal 3, dan 19 Statuten pendirian lembaga tersebut menyebutkan bahwa salahsatu tugasnya adalah memelihara Museum  yang meliputi: pembukuan (boekreij); himpunan etnografis; himpunan kepurbakalaan; himpunan prehistori; himpunan keramik; himpunan muzikologis; himpunan numismatik, pening dan cap-cap; serta naskah-naskah (handschriften), termasuk perpustakaan.

C.      Cikal Bakal Museum

1.    Zaman Kuno
Sebuah pengembangan terhadap gagasan museum terjadi pada awal milenium 2 SM di Larsa, Mesopotamia, yang dilakukan dengan cara menyalin prasasti tua untuk digunakan di sekolah-sekolah. Kriteria ini tampaknya telah terdapat pada benda-benda yang ditemukan oleh Sir Leonard Woolley. Temuan Woolley mengindikasikan bahwa raja Babilonia Nebukadnezar dan Nabonidus telah mengumpulkan barang antik selama masa kekuasaan mereka. Selain itu, di kamar sebelah kuil sekolah tidak hanya ditemukan koleksi barang antik, tetapi juga sebuah tablet prasasti abad ke-21 SM.. Woolley menafsirkan tablet itu sebagai label museum. Penemuan ini tampaknya menunjukkan bahwa Ennigaldi-Nanna, putri Nabonidus, dan pendeta yang mengelola sekolah, memiliki sebuah museum pendidikan kecil di sana.
2.    Zaman Klasik
Dalam kerajaan Yunani dan Romawi persembahan nazar ditempatkan di kuil-kuil, kadang-kadang dalam tempat yang khusus dibangun. Ini hanyalah salah satu contoh bahwa mereka memiliki karya seni, keingintahuan alami dan barang-barang eksotis yang dibawa dari bagian kerajaan yang jauh. Mereka memaerkannya untuk umum, seringkali dengan menarik biaya yang kecil dari para pengunjung. Yang lebih mendekati konsep museum adalah pinakotheke Yunani, yang didirikan pada abad ke-5 SM di Acropolis, Athena. Di situ ditempatkan lukisan untuk menghormati para dewa. Seni juga berlimpah di tempat umum Roma, tapi tidak ada museum. Tidak dapat diaksesnya lebih dari satu koleksi Kaisar Romawi adalah subyek komentar publik, dan Agrippa, seorang wakil dari Augustus, menyatakan r pada abad ke-1 SM bahwa lukisan dan patung harus tersedia untuk masyarakat.
3.    Asia dan Afrika
Di Cina, aktifitas mengumpulkan dimulai setidaknya pada awal Dinasti Shan (abad XVI SM -XI SM). Aktifitas tersebut kemudian dikembangkan oleh Dinasti Qin (abad III SM) sebagaimana terlihat pada makam Kaisar Shih Huangti, dekat Sian (Xian) yang dijaga oleh prajurit-dan kuda terra cotta. Bersama benda-benda pemakaman lainnya, benda-benda tersebut disimpan di Museum Figure Qin. Istana Shih Huangti tercatat memiliki benda-benda langka dan berharga. Kaisar Cina berikutnya terus mempromosikan seni, baik lukisan, kaligrafi, logam, batu giok, kaca, dan tembikar. Salah satunya Kaisar Han Wu-ti (141/140-87/86 SM) yang mendirikan sebuah akademi yang berisi lukisan dan kaligrafi dari masing-masing provinsi di China. Begitu pula dengan kaisar terakhir Dinasti Han, Hsien-ti (turun tahta 220 AD), yang mendirikan sebuah galeri yang berisi potret para menterinya. Sementara di Jepang, Kuil Todai menjadi rumah bagi sebuah patung perunggu Sang Buddha Agung (Daibutsu) yang dibangun pada abad ke-8 di Nara. Harta karun kuil candi ini masih dapat dilihat di Shoso.

Pada waktu yang sama, masyarakat Islam sedang membuat koleksi peninggalan di makam-makam para syuhada Muslim. Gagasan wakaf, yang diresmikan oleh Rasulullah sendiri, secara tidak langsung juga mengakibatkan pembentukan koleksi. Di Afrika tropis koleksi benda-benda juga memiliki sejarah panjang, seperti yang terdapat di kuil dan dalam upacara keagamaan tertentu. Eropa Abad Pertengahan Koleksi Eropa abad pertengahan meliputi hak prerogatif rumah pangeran, gereja dan benda-benda yang diduga peninggalan Kristen. Pada saat itu link maritim Eropa dengan seluruh dunia sebagian besar melalui pelabuhan Lombardy dan Tuscany di utara Mediterania yang membawa kontak antara semenanjung Italia dan Benua. Alhasil, pergerakan barang antic pun terjadi. Henry of Blois, Uskup Winchester, dilaporkan telah membeli patung-patung kuno selama kunjungannya ke Roma pada tahun 1151 dan mengirim patung-patung itu ke Inggris dengan durasi perjalanan sekitar satu bulan. Pergerakan barang antik tidak terbatas di Italia saja. Benda-benda eksotis dari daerah lain pun yang memasuki pelabuhan Italia segera menemukan jalan untuk menjadi koleksi kerajaan. Misalnya, keterlibatan Venesia dalam Perang Salib Keempat pada awal abad ke-13 mengakibatkan terjadinya transfer kuda perunggu dari Konstantinopel ke Basilika San Marco di Venesia.
4.    Italia Masa Renaissance
Pengaruh Renaissance Eropa yang merambah Italia juga menghasilkan pengkoleksian besar-besaran. Italia mulai tertarik pada warisan klasiknya. Pedagang-pedagang baru dan keluarga perbankan mulai menghasilkan koleksi barang antik yang mengesankan. Salah satu koleksi yang terkenal adalah koleksi Cosimo de' Medici yang dibangun di Florence pada abad ke-15. Koleksi tersebut dikembangkan oleh keturunannya hingga akhirnya diwariskan kepada negara pada tahun 1743 dan dapat diakses oleh orang-orang Tuscany dan semua bangsa.






D.    Museum-museum Pertama di Dunia

1.    Museum Ashmolean
Lembaga pertama yang menerima koleksi pribadi, mendirikan bangunan untuk menyimpannya dan menyediakannya untuk publik adalah University of Oxford. Koleksi tersebut awalnya milik Elias Ashmole yang mencakup banyak koleksi Tradescant. Koleksi itu sendiri akan diberikan itu dengan syarat ada tempat untuk meneyimpannya. Setelah bangunan tempat menyimpan koleksi beridiri, akhirnya menjadi dikenal sebagai Museum Ashmolean yang dibuka pada tahun 1683. Museum ini kemudian pindah ke gedung baru lainnya yang berada di dekat bangunan lama, dan bangunan lama kini menjadi Museum Sejarah Ilmu Pengetahuan)
2.    British Museum
Pada abad ke-18, berkembanglah pencerahan, semangat ensiklopedik dan eksotisme. Perkembangan yang didorong oleh peningkatan eksplorasi dunia ini kemudian melahirkan dua museum terkemuka Eropa, British Museum di London yang dibuka pada 1759 dan Louvre di Paris yang dibuka pada 1793. British Museum dibentuk sebagai hasil tanggung jawab pemerintah dari untuk melestarikan dan memelihara koleksi untuk kepentingan umum. Koleksi-koleksi itu ditempatkan di Montagu House, Bloomsbury. Koleksi- tersebut semula dimiliki oleh Sir Robert Cotton, Robert Harley, 1st Earl of Oxford dan Sir Hans Sloane. Koleksi Cotton dan Harley terdiri dari naskah, koleksi Sloane meliputi sejarah spesimen alam dari Jamaika dan klasik, etnografi, numismatic, benda seni dan cabinet, sementara koleksi William Courten secara keseluruhan terdiri dari 100.000 item.
3.    Museum Louvre
Di negara Perancis di mana koleksi kerajaan yang tidak dapat diakses oleh rakyat, berupa lukisan dipamerkan di Istana Luksemburg pada tahun 1750 oleh Louis XV. Tekanan terus-menerus, termasuk usulan Diderot tentang museum nasional, menyebabkan munculnya rencana untuk koleksi kerajaan di depan publik di Galerie Grande di Istana Louvre. Galerie Grande dibuka untuk umum pada tahun 1793 dan di bawah dekrit pemerintah revolusioner disebut sebagai Museum Pusat Seni.
Namun, berbagai kesulitan kemudian muncul sehingga museum tidak sepenuhnya bisa diakses hingga 1801. Koleksi Museum Louvre meningkat tajam setelah Konvensi Nasional menginstruksikan Napoleon menyediakan benda seni selama masa kampanyenya di Eropa. Hasilnya, banyak koleksi kerajaan dan bangsawan ditransfer ke Paris untuk dipertunjukkan pada apa yang dikenal sebagai Musee Napoleon. Tetapi, pada tahun 1815 Kongres Wina mewajibkan koleksi rampasan itu. Kendati demikian, Napoleon telah merintis sejumlah koleksi untuk umum.
4.    Museum Roma
Pada abad XVIII  koleksi Vatikan juga mengalami reorganisasi besar-besaran. Museum Capitoline dibuka untuk umum pada tahun 1734 dan Palazzo de Consevatori diubah menjadi galeri lukisan pada 1749. Selanjutnya, Museum Pio Clementino (sekarang salah satu bagian dari kompleks museum di Vatikan) dibuka pada 1772 sebagai rumah penyimpanan koleksi benda-benda antik. Arsitektur neoklasik bangunan ini menjadi sebuah standar yang ditiru oleh sejumlah negara Eropa selama setengah abad.

E.       Penyebaran Museum Model Eropa

Sebelum akhir abad XVIII, fenomena museum menyebar ke bagian lain di dunia. Di Amerika Serikat, misalnya, Charleston Library Society of South Carolina mengumumkan niatnya membentuk sebuah museum. Tujuannya adalah untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang pertanian dan obat-obatan herbal di daerah. Lembaga lain awal, Museum Peale, dibuka pada tahun 1786 di Philadelphia oleh pelukis Charles Wilson Peale. Koleksi cepat memenuhi ruang yang tersedia di rumahnya dan koleksinya pernah untuk satu waktu di Independence Hall.

Pengaruh kolonial Eropa juga bertanggung jawab atas munculnya museum tempat lain. Di Jakarta, koleksi Masyarakat Seni dan Ilmu Batavia dimulai pada tahun 1778, akhirnya menjadi Museum Pusat Kebudayaan Indonesia dan akhirnya bagian dari Museum Nasional. Asal-usul dari Museum India di Calcutta juga serupa, berdasarkan koleksi Asiatic Society of Bengal, yang dimulai pada tahun 1784. Di Amerika Selatan sejumlah museum nasional berasal dari awal abad 19. Museum Ilmu Alam Argentina di Buenos Aires didirikan pada tahun 1812 dan Museum Nasional Brasil di Rio de Janeiro, yang mulai memarkan lukisan yang disajikan oleh John VI, dibuka untuk umum pada tahun 1818.

Museum-museum lainnya antara lain Museum Nasional, Bogota, Kolombia (1824), dan Museum Nasional Sejarah Alam di Santiago, Chili (1830), dan Montevideo, Uruguay (1837). Di Kanada koleksi zoologi dari Akademi Pictou di Nova Scotia (didirikan pada 1816) dibuka untuk umum pada 1822. Di Afrika Selatan, pengumpulan zoologi oleh Andrew (kemudian Sir Andrew) Smith menjadi pondasi didirikannya museum di Cape Town pada 1825. Sementara di Australia, seorang naturalis amatir dan diplomat, Alexander Macleay, bertanggung jawab atas inisiatif publikasi pada tahun 1829 dan menjadi apa yang kemudian Museum Australia di Sydney.
Museum-museum Unik di Dunia
1.         Cancun Underwater Museum, Cancun, Mexico
2.         Museum Of Broken Relationships, Zagreb, Kroasia
3.         International UFO Museum and Research Center, Roswell, New Mexico Amerika Serikat
4.         Mini Bottle Gallery, Oslo, Norwegia
5.         Museum mumi-Guanajuato, Meksiko
6.         Museum fuer Naturkunde, Berlin, Jerman
7.         Museum Teddy Bear, Korea.

F.     Fungsi Museum Pada Zaman Dahulu dan Sekarang
Pada zaman dahulu, museion atau museum  merupakan suatu tempat suci sebagai tempat pemujaan terhadap dewa dewi Yunani. Dalam perkembangan selanjutnya, museion menjadi tempat kerja ahli-ahli pikir zaman Yunani kuno, seperti Pythagoras dan Plato. Mereka menganggap museion adalah tempat penyelidikan dan pendidikan filsafat, sebagai ruang lingkup ilmu dan kesenian. serta sebagai tempat berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan.

Dewasa ini, museum merupakan sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamer-kan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Museum juga berperan dalam memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi Kebudayaan dan llmu Pengetahuan.








BAB II
MUSEUM DAN FUNGSINYA DARI MASA KE MASA


A.      Perkembangan Museum Abad XIX
Pada awal abad XIX pemberian akses publik terhadap koleksi yang sebelumnya bersifat pribadi telah menjadi sesuatu yang lebih umum. Selama kurang lebih 100 tahun kemudian, otoritas regional dan nasional di seluruh dunia menegaskan bahwa museum ditujukan untuk kepentingan publik. Dalam perkembangannya kemudian, museum telah menjadi bagian dari perwujudan identitas nasional. Fenomena semacam ini awalnya terlihat di Hungaria, Moravia, Austria ataupun Polandia. Peningkatan minat terhadap barang antik pun menyebabkan penggalian situs arkeologi dan berdampak pada pengembangan museum. Rusia, Denmark, Perancis dan Yunani memelopori berdirinya museum arkeologi yang menyimpan koleksi arkeologis yang digali dari wilayah setempat.  Setelah Inggris melaksanakan reformasi sosial untuk mengatasi masalah akibat industrialisasi, pengem-bangan museum kota mulai terjadi.

Dukungan terhadap museum oleh otoritas lokal dipandang sebagai sarana untuk memberikan instruksi dan hiburan kepada penduduk. Ini menjadi subyek dari undang-undang khusus yang terbit pada tahun 1845. Museum juga dipandang sebagai kendaraan untuk mempromosikan desain industri serta prestasi ilmiah dan teknis. Promosi tersebut dipelopori oleh Victoria and Albert Museum dan Science Museum di South Kensington, London. Koleksi kedua museum diperoleh dari Pameran Besar tahun 1851 yang pameran pertama di dunia. Pameran internasional telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan sejumlah museum sejak saat itu, termasuk Museum Teknis Perindustrian dan Perdagangan di Wina dan Istana Discovery di Paris. Selama paruh kedua abad XIX museum mulai berkembang biak di Eropa. Kebanggaan warga dan gerakan pendidikan gratis adalah salah satu penyebab dari perkembangan ini. Sekitar 100 museum dibuka di Inggris dalam 15 tahun sebelum tahun 1887, sedangkan 50 museum didirikan di Jerman dalam lima tahun selama 1876-1880. Ini juga merupakan periode inovasi. Museum Liverpool di Inggris, misalnya, mulai mengedarkan spesimen ke sekolah-sekolah untuk tujuan pendidikan, panorama dan kelompok habitat yang digunakan untuk memfasilitasi interpretasi. Ketika pencahayaan gas pertama dan kemudian penerangan listrik tersedia, museum dibuka pada malam hari untuk memberikan layanan kepada mereka yang tidak sempat untuk mengunjunginya di siang hari. Booming museum juga melanda kawasan di luar Eropa dan AS. Di Amerika Selatan museum baru didirikan di kota-kota dan di provinsi-provinsi. Beberapa dari mereka disediakan oleh universitas, seperti Museum Geologi di Lima, Peru (1891) atau Museum Geografis dan Geologi di São Paulo, Brazil (1895). Lainnya diciptakan oleh badan provinsi: museum regional di Córdoba (1887), Gualeguaychu (1898) di Argentina, di Ouro Prêto, Brasil (1876), Museum Hualpen, Chili (1882) atau Museum dan Perpustakaan Kota di Guayaquil, Ekuador (1862).        

Pada saat yang bersamaan, Museum India di Calcutta dan Museum Pusat Budaya Indonesia di Jakarta adalah lembaga mapan di Asia. Sementara di Jepang, sebuah museum untuk mendorong industri dan pengembangan sumber daya alam yang dibuka pada tahun 1872, memberikan dasar bagi terbentuknya Museum Nasional Tokyo dan Museum Sains Nasional.
Meskipun beberapa museum komunitas studi juga ada di Cina pada akhir abad 19, museum pertama dalam arti kata yang kaku adalah Museum Nantung di provinsi Kiangsu yang didirikan pada tahun 1905. Satu decade kemudian berdiri Museum Sejarah China di Peking (Beijing) dan Museum Northern Territory di Tientsin. Museum-museum lain di Asia adalah koleksi di Grand Palace di Bangkok yang didirikan pada tahun 1874 (sekitar 60 tahun kemudian menjadi Museum Nasional Thailand), Museum Nasional Ceylon dibuka untuk umum pada tahun 1877, Museum Sarawak dibuka pada tahun 1891 dan Museum Peshawar di Pakistan dibuka pada tahun 1906. Afrika ternyata juga tidak mau ketinggalan. Di Afrika tengah dan selatan, museum didirikan pada awal abad ke-20. Museum Nasional Zimbabwe di Bulawayo dan Harare didirikan pada tahun 1901, Museum Uganda berasal pada tahun 1908 dari koleksi yang dirakit oleh Komisaris Distrik Inggris dan Museum Nasional Kenya di Nairobi dimulai oleh Masyarakat Sejarah Alam Afrika Timur dan Uganda pada tahun 1909. Museum pertama di Mozambik, Dr. Alvaro de Castro Museum di Maputo didirikan pada tahun 1913. Sementara itu, di Afrika Utara, Museum Mesir di Kairo telah dipindahkan ke gedung baru pada tahun 1902 dan beberapa koleksi telah dipindahkan untuk membentuk dua lembaga baru: Museum Islaiih Clt (1903) dan Museum Koptik (1908).

Di Afrika Selatan ada pembangunan museum di sejumlah provinsi, misalnya di Grahamstown (1837), Port Elizabeth (1856), Bloemfontein (1877), Durban (1887), Pretoria (1893) dan Pietermaritzburg (1903). Selama abad ke-20 sejumlah kekuatan sosial mempengaruhi perkembangan museum, khususnya museum nasional dan regional. Konsekuensi sosial yang mendalam dari dua perang dunia, Revolusi Rusia tahun 1917 dan periode resesi ekonomi memunculkan periode penilaian ulang. Pemerintah, asosiasi profesi, dan organisasi lain yang meninjau peran museum dalam mengubah masyarakat dan membuat sejumlah saran untuk meningkatkan layanan mereka kepada publik. Di beberapa negara pendekatan baru dikembangkan di mana museum dikembangkan untuk mencerminkan nenek moyang mereka yang beragam. Perubahan radikal itu terutama terjadi di Rusia di mana koleksi museum di bawah kontrol negara setelah Revolusi Rusia tahun 1917. Keyakinan Lenin bahwa budaya adalah untuk rakyat dan upaya untuk melestarikan warisan budaya negara itu menyebabkan peningkatan sebanyak tiga kali lipat dalam 20 tahun. Tidak hanya itu banyak warisan seni, sejarah dan ilmiah negara disatukan bersama dalam museum, tapi museum jenis lain juga muncul. Di Jerman banyak museum regional didirikan setelah Perang Dunia I untuk mempromosikan tokoh-tokoh sejarah tanah air dan mereka pasti mendorong kecenderungan nasionalistik yang mengarah ke era Nazi.
Tahun-tahun setelah Perang Dunia II merupakan periode pencapaian luar biasa bagi museum. Hal ini tercermin baik dalam kebijakan internasional dan nasional. Museum menjadi fasilitas pendidikan, sumber aktivitas waktu luang dan media komunikasi. Kekuatan mereka terletak pada kenyataan bahwa mereka adalah repositori dari hal yang nyata bisa menginspirasi dan membangkitkan rasa takjub dan nostalgia.              

Di Eropa, khususnya, ada periode rekonstruksi pascaperang. Banyak harta karun seni telah dipindahkan ke tempat yang aman selama perang yang kemudian harus dipulihkan dan redisplayed. Bangunan juga harus diperbaharui. Rekonstruksi ini memberikan kesempatan untuk merealisasian beberapa ide yang sempat mandeg. Sebuah pendekatan baru muncul di mana kurator di museum besar menjadi anggota tim yang terdiri dari para ilmuwan sebagai konservator, desainer untuk membantu dalam pekerjaan pameran, pendidik untuk mengembangkan fasilitas bagi siswa dan masyaraka,t ilmuwan informasi untuk menangani data ilmiah yang melekat dalam koleksi, bahkan manajer pemasaran untuk mempromosikan museum dan pekerjaannya. Sebagai hasil dari inovasi tersebut, museum menemukan popularitas baru dan semakin menarik minat pengunjung. Banyak dari para pengunjung adalah wisatawan. Pemerintahan, khususnya di negara-negara Eropa tertentu, segera mengakui kontribusi museum bagi perekonomian.

B.     Perkembangan Museum di Indonesia
Perkembangan museum di Belanda sangat mempengaruhi perkembangan museum di Indonesia. Diawali oleh seorang pegawai VOC yang bernama G.E. Rumphius yang pada abad ke-17 telah memanfaatkan waktunya untuk menulis tentang Ambonsche Landbeschrijving yang antara lain memberikan gambaran tentang sejarah kesultanan Maluku, di samping penulisan tentang keberadaan kepulauan dan kependudukan. Memasuki abad ke-18 perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan, baik pada masa VOC maupun Hindia-Belanda, makin jelas. Pada 24 April 1778 berdiri Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Lembaga tersebut berstatus setengah resmi, dipimpin oleh dewan direksi. Pasal 3 dan 19 Statuten pendirian lembaga tersebut menyebutkan bahwa salah satu tugasnya adalah memelihara museum yang meliputi: pembukuan (boekreij); himpunan etnografis; himpunan kepurbakalaan; himpunan prehistori; himpunan keramik; himpunan muzikologis; himpunan numismatik, pening dan cap-cap; serta naskah-naskah (handschriften), termasuk perpustakaan. Lembaga tersebut mempunyai kedudukan penting bukan saja sebagai perkumpulan ilmiah, tetapi juga karena para anggota pengurusnya terdiri dari tokoh-tokoh penting dari lingkungan pemerintahan, perbankan dan perdagangan. Yang menarik dalam pasal 20 Statuten menyatakan bahwa benda yang telah menjadi himpunan museum atau Genootschap tidak boleh dipinjamkan dengan cara apapun kepada pihak ketiga dan anggota-anggota atau bukan anggota untuk dipakai atau disimpan, kecuali mengenai perbukuan dan himpunan naskah-naskah (handschiften) sepanjang peraturan membolehkan.

Pada waktu Inggris mengambil alih kekuasan dari Belanda, Raffles sendiri yang langsung mengepalai Batavia Society of Arts and Sciences. Kegiatan perkumpulan itu tidak pernah berhenti, bahkan Raffles memberi tempat yang dekat dengan istana Gubernur Jendral yaitu di sebelah Harmoni (Jl. Majapahit No. 3 sekarang). Selama kolonial Inggris nama lembaga diubah menjadi Literary Society. Namun ketika Belanda berkuasa kembali, diganti pada nama semula, Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Watenschappen dan memusatkan perhatian pada ilmu kebudayaan, terutama ilmu bahasa, ilmu sosial, ilmu bangsa-bangsa, ilmu purbakala, dan ilmu sejarah. Sementara itu, perkembangan ilmu pengetahuan alam mendorong berdirinya lembaga-lembaga lain. Di Batavia anggota lembaga bertambah terus, perhatian di bidang kebudayaan berkembang dan koleksi meningkat jumlahnya, sehingga gedung di Jl. Majapahit menjadi sempit. Pemerintah kolonial Belanda membangun gedung baru di Jl. Merdeka Barat No. 12 pada 1862. Karena lembaga tersebut sangat berjasa dalam penelitian ilmu pengetahuan, maka pemerintah Belanda memberi gelar “Koninklijk Bataviaasche Genootschap Van Kunsten en Watenschappen”. Lembaga yang menempati gedung baru tersebut telah berbentuk museum kebudayaan yang besar dengan perpustakaan yang lengkap (sekarang Museum Nasional).
Sejak pendirian Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen untuk pengisian koleksi museumnya telah diprogramkan antara lain berasal dari koleksi benda-benda bersejarah dan kepurbakalaan baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat. Semangat itu telah mendorong untuk melakukan upaya pemeliharaan, penyelamatan, pengenalan bahkan penelitian terhadap peninggalan sejarah dan purbakala. Kehidupan kelembagaan tersebut sampai masa Pergerakan Nasional masih aktif bahkan setelah Perang Dunia I. Masyarakat setempat didukung Pemerintah Hindia Belanda menaruh perhatian terhadap pendirian museum di beberapa daerah di samping yang sudah berdiri di Batavia, seperti Lembaga Kebun Raya Bogor yang terus berkembang di Bogor. Von Koenigswald mendirikan Museum Zoologi di Bogor pada 1894. Lembaga ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang bernama Radyapustaka (sekarang Museum Radyapustaka) didirikan di Solo pada 28 Oktober 1890, Museum Geologi didirikan di Bandung pada 16 Mei 1929, lembaga bernama Yava Instituut didirikan di Yogyakarta pada 1919 dan dalam perkembangannya pada 1935 menjadi Museum Sonobudoyo. Mangkunegoro VII di Solo mendirikan Museum Mangkunegoro pada 1918. Ir. H. Maclaine Pont mengumpulkan benda purbakala di suatu bangunan yang sekarang dikenal dengan Museum Purbakala Trowulan pada 1920. Pemerintah kolonial Belanda mendirikan Museum Herbarium di Bogor pada 1941.
Di luar Pulau Jawa, atas prakarsa Dr.W.F.Y. Kroom (asisten residen Bali) dengan raja-raja, seniman dan pemuka masyarakat, didirikan suatu perkumpulan yang dilengkapi dengan museum yang dimulai pada 1915 dan diresmikan sebagai Museum Bali pada 8 Desember 1932. Museum Rumah Adat Aceh didirikan di Nanggroe Aceh Darussalam pada 1915, Museum Rumah Adat Baanjuang didirikan di Bukittinggi pada 1933, Museum Simalungun didirikan di Sumatera Utara pada 1938 atas prakarsa raja Simalungun. Sesudah kemerdekaan Indonesia 1945 keberadaan museum diabadikan pada pembangunan bangsa Indonesia. Para ahli bangsa Belanda yang aktif di museum dan lembaga-lembaga yang berdiri sebelum 1945, masih diizinkan tinggal di Indonesia dan terus menjalankan tugasnya. Namun di samping para ahli bangsa Belanda, banyak juga ahli bangsa Indonesia yang menggeluti permuseuman yang berdiri sebelum 1945 dengan kemampuan yang tidak kalah dengan bangsa Belanda. Memburuknya hubungan Belanda dan Indonesia akibat sengketa Papua Barat mengakibatkan orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia, termasuk orang-orang pendukung lembaga tersebut. Sejak itu terlihat proses Indonesianisasi terhadap berbagai hal yang berbau kolonial, termasuk pada 29 Februari 1950 Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang diganti menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI). LKI membawahkan dua instansi, yaitu museum dan perpustakaan. Pada 1962 LKI menyerahkan museum dan perpustakaan kepada pemerintah, kemudian menjadi Museum Pusat beserta perpusta-kaannya. Periode 1962-1967 merupakan masa sulit bagi upaya untuk peren-canaan mendirikan Museum Nasional dari sudut profesionalitas, karena dukungan keuangan dari perusahaan Belanda sudah tidak ada lagi. Di tengah kesulitan tersebut, pada 1957 pemerintah membentuk bagian Urusan Museum. Urusan Museum diganti menjadi Lembaga Urusan Museum-Museum Nasional pada 1964, dan diubah menjadi Direktorat Museum pada 1966. Pada 1975, Direktorat Museum diubah menjadi Direktorat Permu-seuman. Pada 17 September 1962 LKI dibubarkan, Museum diserahkan pada pemerintah Indonesia dengan nama Museum Pusat di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Museum Pusat diganti namanya menjadi Museum Nasional pada 28 Mei 1979. Penyerahan museum ke pemerintah pusat diikuti oleh museum-museum lainnya. Yayasan Museum Bali menyerahkan museum ke pemerintah pusat pada 5 Januari 1966 dan langsung di bawah pengawasan Direktorat Museum. Begitu pula dengan Museum Zoologi, Museum Herbarium, dan museum lainnya di luar Pulau Jawa mulai diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Sejak museum-museum diserahkan ke pemerintah pusat, museum semakin berkembang. Bahkan museum baru pun bermunculan, baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh yayasan-yayasan swasta.
Perubahan politik akibat gerakan reformasi yang dipelopori oleh para mahasiswa pada 1998, telah mengubah tata negara Republik Indonesia. Perubahan ini memberikan dampak terhadap permuseuman di Indonesia. Direktorat Permuseuman diubah menjadi Direktorat Sejarah dan Museum di bawah Departemen Pendidikan Nasional pada 2000. Pada 2001, Direktorat Sejarah dan Museum diubah menjadi Direktorat Permuseuman. Susunan organisasi diubah menjadi Direktorat Purbakala dan Permuseuman di bawah Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata pada 2002. Direktorat Purbakala dan Permuseuman diubah menjadi Asdep Purbakala dan Permuseuman pada 2004. Akhirnya pada 2005, dibentuk kembali Direktorat Museum di bawah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. (Tim Direktorat Museum)
Permuseuman di Indonesia ternyata telah mempunyai akar tradisi yang relatif lama, bermula dari minat pribadi para kolektor, ilmuwan, dan perkumpulan-perkumpulan peminat benda masa silam yang dengan sadar menyimpan beberapa artfeafak yang dianggap penting dari sudut sejarah kebudayaan, demikian yang terjadi pada tahap pertama. Pada tahap kedua perhatian kepada benda-benda kuno tersebut semakin meningkat dan disadari perlu adanya lembaga khusus yang menangani perkara penyimpanan benda-benda antik tersebut untuk kemudian diteliti dan dipamerkan kepada khalayak. Intitusi itulah yang kelak dinamakan dengan museum. Tahap yang kedua ini masih terjadi dalam masa pemerintahan kolonial Belanda, jadi dalam masa Hindia-Belanda telah tumbuh minat dan perhatian terhadap kajian kebudayaan Nusantara sejalan dengan politik etis yang sedang berkembang masa itu di Eropa. Pada tahap kedua ini agaknya tidak hanya para cendikiawan dan ilmuwan bangsa Belanda yang memikirkan perlu pembangunan museum, namun juga para ilmuwan pribumi dan kaum pembesar bumiputera pun menyadari perlu adanya lembaga museum sebagai bentuk penghargaan kepada keagungan masa lampau Nusantara. Tahap ketiga perkembangan permuseuman adalah ketika Indonesia telah merdeka, dalam periode ini dapat dibagi menjadi: (a) era transisi kemerdekaan hingga masa orde baru, (b) era permuseuman dalam zaman Orde baru, dan (c) era Indonesia masa reformasi hingga sekarang ini. Pembagian tersebut memang dapat dilakukan berdasarkan data tentang permuseuman yang ada, dan cukup berbeda antara keduanya. Ciri utama dari era transisi adalah masih berubah-ubahnya regulasi permuseuman, museum-museum dalam rencana pembangunan, dan institusi permuseuman masih mencari formatnya.
http://museumku.files.wordpress.com/2012/02/sej-1.jpg?w=500

Perkembangan permuseuman Indonesia apabila digambarkan dalam bentuk bagan adalah sebagai berikut:

Ciri yang dapat diangkat dari periode Orde Baru di bidang permuseuman adalah adanya regulasi yang seragam dan pembangunan museum-museum di tiap propinsi. Pembakuan itu ditetapkan dan harus dilaksanakan di museum-museum umum dan khusus yang didirikan. Adapun karakter yang paling menonjol dari permuseuman Indonesia dalam era Reformasi adalah otoonomisasi, ketika lembaga-lembaga museum di ibu kota propinsi diserahkan pengelolaan dan pengembangannya kepada pemerintah daerah senapas dengan otonomi di bidang-bidang lainnya.
Mengenai permuseuman masa mendatang di Indonesia adalah suatu bentuk untuk mempertahankan tradisi budaya Nusantara yang diasosiasikan dengan kondisi masyarakat sezaman dan untuk itu senantiasa harus melakukan aktualisasi. Museum-museum di Indonesia mendatang harus mendukung dan melaksanakan Tiga Pilar Permuseuman yang merupakan acuan bersama untuk memperteguh keberadaan bangsa Indonesia di tengah kesejagatan yang kian nyata.

















BAB III
KOLEKSI MUSEUM


A.      KOLEKSI MUSEUM
Wujud koleksi museum dapat berupa realita (asli) atau replika dan miniatur. Dalam menentukan benda yang dapat menjadi koleksi museum, harus diperhatikan hal-hal seperti berikut:
a.         Mempunya nilai sejarah alam, ilmu pengetahuan, dan sejarah budaya.
b.         Dapat diidentifikasi ciri-ciri atau fenomenanya mengenai wujud, tipe, fungsi, tempat asal pembuatan, klasifikasi dan peridiosasi untuk koleksi yang berkaitan dengan ilmu geologi dan sejarah alam.
c.         Dapat dijadikan dokumentasi atau pembuktian kenyataan dan kejadiannya bagi penelitian ilmiah.
d.        Dapat dijadikan monumen atau bakal menjadi monumen sejarah alam, ilmu pengetahuan ataupun sejarah kebudayaan(Sutaarga:1989).
Berdasarkan kriteria diatas,  maka koleksi museum merupakan aset penting baik bagi kekayaan budaya daerah maupun nasional.
B.       KOLEKSI PRIBADI
Perkembangan sejarah manusia dan alam pada abad ke-16 menyebabkan penciptaan koleksi khusus. Di Italia saja terdapat lebih dari 250 koleksi sejarah alam yang tercatat dalam abad itu, termasuk herbarium Luca Ghini di Padua dan koleksi eklektik Ulisse Aldrovandi di Bologna. Koleksi sejarah alam terkenal lainnya adalah koleksi-koleksi Conrad Gesner, Félix Platter dan John Tradescants. Koleksi sejarah lainnya adalah potret tokoh-tokoh besar yang dirakit oleh Paolo Giovio di Como, koleksi arkeologi milik keluarga Grimani di Venesia, koleksi manuskrip milik Sir Robert Cotton di Inggris, koleksi Ferrante Imperato di Naples, koleksi Bernardus Paludanus di Enkhuizen dan koleksi Ole Worm di Kopenhagen. Pada waktunya nanti berbagai koleksi tersebut menemukan jalan mereka menuju museum. Pada abad XVI, koleksi-koleksi semacam itu biasanya dikenal sebagai cabinet di Inggris dan Perancis, sementara di Eropa yang berbahasa Jerman mengenalnya sebagai Kammer atau Kabinett. Terkadang, diterapkan pula istilah Kunstkammer dan Rüstkammer yang merujuk pada koleksi seni dan koleksi benda-benda sejarah atau armor, sementara koleksi spesimen alami disebut Wunderkammer atau Naturalienkabinett (Salah satu koleksi spesimen alam Italia disebut naturale museo). Di Inggris kemudian muncul istilah gallery yang dipinjam dari kata Italia galleria yang digunakan untuk menyebut tempat di mana lukisan dan patung yang dipamerkan.  Tahun 1565, Samuel von Quiccheberg yang mempublikasikan koleksi-koleksi alami, menyatakan bahwa koleksi-koleksi tersebut mewakili klasifikasi sistematis dari semua materi di alam semesta. Pandangannya mencerminkan semangat sistem dan penyelidikan rasional yang mulai muncul di Eropa. Koleksi benda-benda alam dan buatan memainkan peran penting dalam gerakan ini. Hal ini dapat dilihat dalam karya Nicolas-Claude Fabri de Peiresc di Aix-en-Provence di Perancis pada awal abad ke-17atau dalam klasifikasi kerajaan tumbuhan dan hewan oleh Carolus Linnaeus. Sedangkan karya-karya lain seperti Museographia oleh Casper F. Neickelius yang diterbitkan di Leipzig pada tahun 1727, umumnya untuk membantu dalam klasifikasi, perawatan koleksi dan identifikasi sumber-sumber potensial dari mana koleksi mungkin dikembangkan.

C.      PENGADAAN KOLEKSI
Pengadaan merupakan suatu kegiatan pengumpulan (collecting) berbagai benda yang akan dijadikan koleksi museum, baik berupa benda asli (realia) ataupun tidak asli (replika). Pengadaan koleksi dapat dilakukan dengan cara: (1) Hibah (hadiah atau sumbangan); (2) Titipan; (3) Pinjaman; (4) Tukar menukar dengan museum lain; (5) Hasil temuan (dari hasil survei, ekskavasi, atau sitaan); dan (6) Imbalan jasa (pembelian dari hasil penemuan atau warisan). Museum dalam proses pengadaan sebaiknya memiliki peraturan yang menyangkut kebijaksanaan pengadaan koleksi, dan juga menyangkut kelanjutannya: penempatan, pengamanan, perlindungan dan penyediaan tempat. Dalam buku Pengelolaan Koleksi Museum (2007) agar museum memiliki daya tarik tersendiri, maka proses pengadaan koleksi perlu menjadi perhatian mendalam. Pengadaan koleksi memiliki 2 tujuan pokok, yaitu:
1.    Penyelamatan warisan sejarah alam dan sejarah budaya;
2.    Sebagai bahan penyebarluasan informasi mengenai kekayaan warisan sejarah alam dan sejarah budaya dengan melalui pameran museum baik pameran tetap, maupun temporer.

Sebelum dilakukan pengadaan koleksi, objek yang akan dijadikan koleksi museum terlebih dahulu diseleksi dan diproses melalui suatu sistem penilaian, kaidah/aturan, tertentu, yang semuanya dituangkan dalam kebijaksanaan pengadaan koleksi. Pengadaan koleksi harus bersifat sistematis dan aktif, maka museum tidak cukup dengan hanya menyusun kebijakasanaan pengadaan dan tanpa melakukan tindakan apapun, tetapi museum harus aktif menyusun program pengadaan koleksi. Pengadaan koleksi ini sebaiknya tidak bersifat ambisius yang berlebihan, namun harus disesuaikan dengan pagu anggaran yang dimiliki oleh museum. Seringkali pengadaan koleksi merupakan inisiatif manajer museum, sehingga sering mengabaikan hal-hal penting terkait, seperti dokumentasi dan penataan. Manajer museum yang baik harus dapat menyusun program pengadaan koleksi yang merupakan implementasi dari kebijakan pengadaan formal. Penyusunan program pengadaan koleksi harus bersifatrealistik, pengelola museum harus mempertimbangkan jumlah tenaga (staf) dan dana yang tersedia. Proses pengadaan koleksi tersebut sebaiknya menyebutkan secara jelas cara dan dokumentasi yang harus dibuat, serta tempat dokumentasi itu disimpan. Kurator dalam kegiatan pengadaan koleksi bekerja sama dengan registrer. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengadaan koleksi, antara lain:
(1) Direncanakan dan dilakukan secara baik dan benar, objek harus konsisten dengan koleksi yang menjadi tujuan (visi dan misi) museum.
(2) Sesuai dengan kebutuhan pemilikan koleksi di museum, dilaksanakan dengan tujuan untuk melengkapi koleksi, tata pameran tetap atau temporer. Sebuah perencanaan pameran dapat menjadi salah satu sasaran dalam melakukan kegiatan pengadaan koleksi.
(3) Peraturan yang menyangkut kebijaksanaan pengadaan koleksi, dan juga menyangkut kelanjutannya: penempatan, pengamanan, perlindungan dan penyediaan tempat.
(4) Penyelamatan suatu benda, sebagai contoh suatu objek yang langka kemungkinan akan hilang jika pengelola museum tidak segera menjadikannya sebagai koleksi museum.
(5) Bila ada penawaran objek untuk dijual harus dapat dibandingkan dengan objek yang diperoleh dari hibah atau warisan.
(6) Objek harus sesuai dengan kempampuan museum dalam melakukan perawatan.
(7) Objek dapat digunakan sebagai koleksi pada masa yang akan datang Dalam menentukan kebijakan pengadaan koleksi perlu mempertim-bangkan hal-hal berikut:
a.  Prinsip dan persyaratan sebuah benda menjadi koleksi, antara lain:
• Memiliki nilai sejarah dan nilai ilmiah (termasuk nilai estetika);
• Dapat diidentifikasikan mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi, makna, asal secara historis dan geografis, genus (untuk biologis), atau periodenya (dalam geologi, khususnya untuk benda alam);
• Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan eksistensinya bagi penelitian ilmiah
b. Pertimbangan skala prioritas, yaitu penilaian untuk benda-benda yang bersifat:
• Masterpiece, merupakan benda yang terbaik mutunya
• Unik, merupakan benda-benda yang memiliki ciri khas tertentu bila    dibandingkan dengan benda-benda yang sejenis
• Hampir punah, merupakan benda yang sulit ditemukan karena dalam jangka waktu yang sudah terlalu lama tidak dibuat lagi
• Langka, merupakan benda-benda yang sulit ditemukan karena tidak dibuat lagi atau karena jumlah hasil pembuatannya hanya sedikit.

D.    JENIS MUSEUM BERDASARKAN KOLEKSI
1)        Museum Umum
Museum umum adalah museum yang koleksinya terdiri dari kulpulan bukti material  manusia dan lingkungan yang berkaitan dengan cabang seni, disiplin ilmu, dan teknologi(Sutaarga:1989).
Contoh museum umum : Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai” (Museum Lampung).
a.    Jenis koleksi yang dikelola museum
1)   Geologika, yaitu koleksi yang terdiri dari benda-benda bukti sejarah alam dan lingkungan serta berkaitan dengan disiplin ilmu geologi. Contoh  batuan sisa letusa gunung
2)   Biologika, yaitu koleksi yang berkaitan dengan alam dan lingkungan serta berkaitan dengan disiplin ilmu biologi Contoh Fosil gajah purba Stegodong trigonocephalus
3)    Etnografika, yaitu benda-benda hasil karya manusia yang cara pembuatan dan pemakaiannya merupakan identitas atau mempunya ciri khas suku bangsa setempat. Contoh siger mahkota khas Lampung
4)   Arkeologika, yaitu benda-benda yang merupakan bukti hasil peninggalan masa prasejarah, hindu budha dan masuknya islam. Contoh arca
5)   Historika, yaitu benda-benda yang mempunyai nilai sejarah yang pernah digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan perlawanan kepada penjajah. Contoh  meriam
6)      Numismatika, yaitu berupa mata uang atau alat tukar yang sah dan pernah beredar di masyarakat. Terdiri dari mata uang indonesia dan mata uang asing. Contoh uang emas dan uang kuno yang pernah beredar di Indonesia.
7)   Filologika, yaitu kumpulan tulisan atau naskah kuno yang di tulis dengan tangan di atas kulit kayu, bambu, dan sebagainya. Contoh tulisan kuno ruas bamboo.
8)      Keramologika, yaitu benda yang terbuat dari tanah liat, bahan batuan atau porselin yang di bakar dengan suhu tertentu. Terdiri dari keramik asing, dan gerabah lokal yang di buat oleh masyarakat Lampung. Contoh keramik asing dari cina.
9)      Seni rupa, yaitu benda hasil daya cipta, karsa, dan rasa manusia yang di ucapkan secara konkrit dalam bentuk dua atau tiga dimensi yang memiliki keragaman tema ide konseptual dan media cetak.
10)   Teknologika, yaitu peralatan yang di buat dengan teknologi tradisional, umumnya berupa peralatan untuk memenuhui kebutuhan hidup. Contoh kereta kuda.

2)      Museum Khusus
Museum khusus adalah museum yang koleksinya terdiri dari kulpulan buti material manusia atau lingkungannya berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu, atau satu cabang teknologi(Sutaarga:1989). Contoh museum khusus adalah Museum Geologi ( Bandung), museum ini hanya mengkoleksi satu koleksi saja yaitu Geologika.
Museum arkeologi, merupakan museum yang mengkhususkan diri untuk memajang artefakarkeologis. Museum arkeologi banyak yang bersifat museum terbuka (museum yang terdapat di ruang terbuka atau Open Air Museum). Di Indonesia, contoh dari museum arkeologi adalah Museum Trowulan di Trowulan, Jawa Timur.
Museum seni, lebih dikenal dengan nama galeri seni, merupakan sebuah ruangan untuk pameran benda seni, mulai dari seni visual yaitu diantaranya lukisan, gambar, dan patung. Beberapa contoh lainnya adalah seni keramik, seni logam dan furnitur. Contoh dari museum seni ini di Eropa adalah merbach-Cabinet di Basel, yang awalnya merupakan koleksi pribadi yang dijual kepada pemerintah kota Basel pada tahun 1661, dan menjadi museum untuk umum sejak tahun 1671. Saat ini, museum ini bernama Kunstmuseum Basel. Museum yang mengkhususkan diri sebagai museum seni, merupakan suatu hal yang baru. Salah satu yang pertama adalah Hermitage Museum di Saint Petersburg yang dibangun pada tahun 1764. Di Indonesia, contoh dari museum seni adalah Museum Affandi yang terletak di Ygyakarta.
Museum Biografi, merupakan museum yang didedikasikan kepada benda yang terkait dengan kehidupan seseorang atau sekelompok orang, dan terkadang memajang benda-benda yang mereka koleksi. Beberapa museum terletak di dalam rumah atau situs yang terkait dengan orang yang bersangkutan pada saat dia hidup. Contoh dari museum ini adalah Museum Edith Piaf di Paris. Di Indonesia, contoh museum biografi adalah Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. A.H. Nasution yang terletak di Jakarta Pusat, DKI Jaya.
Museum anak, merupakan institusi yang menyediakan benda pameran dan program acara untuk menstimulasi pengalaman informal anak. Berlawanan dengan museum tradisiona; yang memiliki peraturan untuk tidak menyentuh benda pameran, museum ini biasanya memiliki benda yang dirancang untuk dimainkan oleh anak-anak. Museum anak kebanyakan merupakan organisasi nirlaba dan dikelola oleh sukarelawan atau oleh staf profesional dalam jumlah yang kecil. Contoh dari museum anak ini adalah Museum Anak Kolong Tangga yang terletak di Yogyakarta. Pada museum ini terdapat beberapa mainan anak tradisional.
Museum universal, atau dikenal pula dalam bahasa Inggris sebagai Museum encyclopedic, merupakan museum yang umum kita jumpai. Biasanya merupakan institusi besar, yang bersifat nasional, dan memberikan informasi kepada pengunjung mengenai berbagai variasi dari tema lokal dan dunia. Museum ini penting karena meningkatkan rasa keingin-tahuan terhadap dunia. Contoh museum universal adalah British Museum di London, Inggris.
Museum etnologi, Museum Indonesia di TMII dibangun dengan Arsitektur Bali, merupakan museum etnologi yang memajang berbagai artefak dan cara hidup suku bangsa di Indonesia. Museum etnologi merupakan museum yang mempelajari, mengumpulkan, merawat, dan memamerkan artefak dan obyek yang berhubungan dengan etnologi dan antropologi. Museum seperti ini biasanya dibangun di negara yang memiliki kelompok etnis atau etnis minoritas yang berjumlah banyak. Contoh dari museum ini adalah Museum Indonesia di TMII.
Museum rumah bersejarah, atau yang lebih dikenal dengan rumah bersejarah merupakan yang terbanyak jumlahnya di dunia dari kategori museum sejarah. Museum ini biasanya beroprasi dengan dana yang terbatas dan staff yang sedikit. Kebanyakan dikelola oleh relawan dan sering kali tidak memenuhi syarat untuk menjadi museum profesional. Contoh dari rumah bersejarah ini di Indonesia adalah Museum Sasmita Loka Ahmad Yani.
Museum maritim, merupakan museum yang mengkhususkan diri kepada peresentasi sejarah, budaya atau arkeologimaritim. Mereka menceritakan kaitan antara masyarakat dengan kehidupan yang berkaitan dengan air atau maritim.
Museum militer dan perang, Museum militer merupakan museum yang mengkhususkan diri terhadap sejarah militer. Benda yang biasa dipamerkan pada museum ini contohnya adalah senjata, seragammiliter, dan bahkan kendaraanperang. Contoh dari museum ini adalah Museum Benteng Vredeburg dan Museum Monumen Yogya. Jenis museum diatas hanya merupakan beberapa saja contoh jenis museum yang ada di dunia maupun yang ada di Indonesia, dari jenis museum tersebut dapat dianalisis jenis-jenis koleksi yang ada didalamnya. Dari gambaran koleksi museum diatas dapat di perkirakan apa saja yang menjadi dasar koleksi-koleksi pada museum-museum secara umum dan khusus yang terdapat di beberapa tempat didunia. Semua jenis museum di dunia selalu mengacu pada dua jenis koleksi untuk menentukan jenis-jenis museum tersebut.












BAB IV
KONSERVASI MUSEUM


A.      Konservasi
Kata konservasi mengandung pengertian suatu kegiatan pemeliharaan sesuatu secara teratur,untuk mencegah terjadinya kerusakan dan pemusnahan dengan cara pengawetan (Balai Pustaka,2000:589). Menurut Herman, konservasi mengandung pengertian suatu tindakan untuk melindungidari bahaya atau kerusakan, memelihara atau merawat sesuatu dari gangguan kemusnahan (Herman . 1981:7). Sehubungan dengan hal itu, dikeluarkannya UU Cagar Budaya yangmengatur perlindungan terhadap benda cagar budaya, seperti yang tertuang dalam buku monumen ordonansi yang disempurnakan dalam UU RI No.5 Th.1992. Konservasi koleksi museum artinya melakukan kegiatan untuk melestarikan keberadaan dannilai-nilaiyang terdapat pada koleksi museum. Koleksi museum adalah benda cagar budaya yang memiliki nilai ilmu pengetahuan, kesenian, nilai keagamaan, nilai historis, dan sebagainya.Benda bendatersebut setelah melalui proses seleksi penilaian, untuk dapat menjadi koleksi museum.Benda budaya yang menjadi koleksi museum disimpan dan dirawat oleh museum. Untuk melestarikanbenda dan nilai–nilai yang terkandung di dalam koleksi, seseorang harus memiliki pengetahuan,keterampilan, dan sarana penunjangnya. Menangani pekerjaan konservasi ini, perlu terlebih dulumemahami faktor kelemahan bagi setiap material atau benda yang dirawat. Selanjutnya petugasmencari cara penanggulangannya. Dengan demikian kegiatan konservasi dapat berfungsisebagaimana fungsinya. Dilihat dari fungsinya kegiatan konservasi mempunyai dua fungsi utama dalam pengelolaan museum yaitu:


a.       Berfungsi menangani lingkungan,
artinya melakukan tindakan penyelamatan lingkungan tempatpenyimpanan obyek. Sebab tempat penyimpanan obyek atau koleksi jika tidak terawat dapatmendatangkan bahaya atau kerusakan. Oleh sebab itu, diupayakan keadaan obyek dalam keadaan baik.
b.      Berfungsi menangani koleksi,
artinya tindakan perawatan yang ditujukan kepada obyek atau koleksi yang mengalami kerusakan atau terkena gangguan suatu penyakit. Kegiatan konservasiini melakukan pemeriksaan, penyelamatan atau tindakan lain. Dengan demikian obyek ataubenda koleksi dapat baik kembali.

Kedua fungsi konservasi tersebut satu dan yang lain tidak boleh dipisahkan dalam upayamenyelamatkan dan merawat obyek atau benda koleksi museum.

B.       Obyek Koleksi Museum
Pembahasan obyek koleksi museum dalam kaitannya dengan konservasi, penulis membatasiberdasarkan pada bahan pembuatan koleksi. Obyek koleksi museum bila ditinjau dari bahanpembuatannya, dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu; kelompok benda organik, kelompok benda anorganik, kelompok benda khusus. Masing-masing kelompok mempunyai karakter yang berbeda satu dan yang lain.

Ketiga karakter kelompok benda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Kelompok benda organik
Benda yang masuk kelompok organik adalah semua benda yang mengandung unsur organyang hidup. Dalam hal ini, koleksi yang terbuat dari bahan tumbuh-tumbuhan,dan bahan yangberasal dari binatang. Misalnya koleksi dari bahan kertas, kulit, kayu, lontar, tanduk, gading, dan fosil .


2.    Kelompok benda anorganik
Benda–benda yang termasuk anorganik adalah, koleksi yang terbuat dari bahan-bahan seperti:
(1) logam (emas, perak, perunggu, kuningan dan sebagainya).
(2) batu (batu kali, batu gunung, batu cadas, dan sebagainya).
(3) keramik (porselin).
(4) kaca.
(5) tembikar dan sebagainya.

3.    Kelompok benda khusus
Benda yang terbuat dari bahan khusus adalah: koleksi lukisan (lukisan cat minyak dan lukisancat air). Koleksi lukisan ini, kekhususan terletak pada kombinasi bahan pada lukisan, misalnya: support (kain kanvas, kayu, harboard, batu, karung/bagor dan sebagainya), sizing (perekat),ground (dasar), paint atau cat film atau cat lukisan, dancoating atau lapisan. Koleksi lukisan inimudah rusak, akibat pengaruh iklim yang tidak stabil.Koleksi museum yang beraneka ragam ini secara administrasi ditangani oleh seorang kurator(ahli administrasi koleksi). Para kurator ini yang setiap harinya mengelola dan menjaga keselamatankoleksi museum. Para kurator ini menentukan jenis koleksi, menganalisa kualitas koleksi,
menginfentarisasi koleksi, termasuk mengendalikan keluar masuknya koleksi museum.Para kurator ini ikut menentukan prioritas koleksi yang dikonservasi, mengijinkan koleksiuntuk dikonservasi. Koleksi yang memperoleh kesempatan dikonservasi adalah koleksi yang ada gejala rusak,langka, terserang penyakit, kotor dan sebagainya. Hal ini dapat terjadi karenadisebabkan oleh berbagai faktor.

C.    Faktor Kerusakan Koleksi Museum
Membahas kerusakan koleksi museum, dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
(1) Faktor elemen iklim yang disebabkan oleh lembabnya udara dan temperatur udarayang tidak stabil.
Keadaan normal kelembaban udara antara 45% - 60%, dan temperaturudara normal antara 20 *C – 24* C. Kelembaban yang tinggi menyebabkan suburnyajenis jamur dan tumbuhan kecil. Sedangkan suhu udara yang tinggi menyebabkan keretakanpada jenis koleksi kayu, lukisan dan sebagainya.
(2)     Faktor cahaya, baik cahaya alam maupun cahaya buatan
Terutama radiasi sinar ultraviolet atau kuatnya sinar.Cahaya alam bersumber dari matahari yang terdiri daribeberapa radiasi yang memiliki kekuatan dan besarnya radiasi yang berbeda satu danyang lain.Gelombang radiasi dapat diukur dengan micron . Susunan radiasi matahari dapat kitasebutkan sebagai berikut :

·         X Rays antara 0 dan 40 A;
·         Ultra violet antara 40 dan 400 A;
·         Visible Ray antara 4000 dan 7000 A;
·         Infra Red antara 7000 dan 7700 A;
·         Radio RaYs antara 7700 dan 10.000 A;

Didalam Radiasi ultra Violet sampai 300 A, tidak akan sampai ke Bumi. Tetapi antara300 dan 400 A sampai kebumi. Radiasi yang sampai kebumi, menyebabkan kerusakanpada benda koleksi yang terbuat dari benda organik. Hal ini disebabkan RePolymerizationmemucatkan warna atau cat. Dengan demikian RePolymerzationdapat menyebabkans truktur menjadi berubah. Cahaya buatan adalah cahaya yang dipersiapkan oleh manusia setelah matahari terbenam.Cahaya buatan dapat kita lihat perkembangannya dalam kehidupan manusia diawali darilampu minyak, lampu lilin, lampu gas, lampu listrik, serta ElektricDischarge Lamps. Lampu tersebut menggunakan sumber cahaya listrik modern yaitu: Arc lamps, Incendescnt lamp, Gaseous Vapour Lamps, Fluurescent Lamps, danEletroluminescence. Cahaya alam maupun buatan dapat menimbulkan kerusakan terhadap material, sinar ultra violet ini dapat merubah struktur materialdan intencitas cahaya yang tinggi dapatmerusak benda-bendaorganik. Dengan demikian kita dalam menggunakan sinar dalamruang koleksi maupun gudang koleksi perlu mempertimbangkan jangan sampai timbulradiasi yang membahayakan atau merusak koleksi.
(3)     Faktor Tumbuh-tumbuhan Kecil
Micro organisme yaitu berbagai jenis jamur ataucendawan yang menyerang koleksi. Tumbuh-tumbuhan itu disebut bakteria  moss . Bakteriaini merupakan tumbuh-tumbuhanyang sangat tipis dan sangat sederhana bentuknya, dansangat kecil sehingga tanaman ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan microscop.Tumbuhan bakteria ini mengeluarkan asam sulphat dan menimbulkan penyakit. Selaindari pada itu, tumbuhan bakteria menyebabkan tumbuh suburnya tumbuh-tumbuhanlainyang lebih besar. Dengan demikian tumbuhan itu terus berkembang secara bersama-samadan membentang seperti karpet pada permukaan benda koleksi. Pada akhirnyatumbuhan ini merusak bagian permukaan benda.

Ada beberapa jenis tumbuhan ini yaitu:
(a) Moos ; tumbuhan ini sangat halus, kesil, serta bentuk dan warnanya beraneka ragam(merah, hijau, coklat). Tumbuhan ini merusak permukaan benda, tumbuhan iniberkembang cepat dan membentang ke permukaan benda.
(b) Milden ; tumbuhan ini sering disebut semacam fungus atau fungi . Tumbuhan inisering muncul atau tumbuh pada permukaan pohon, kertas, kulit, dan lain sebagainya.Tumbuhan ini berkembang biak dengan cepat pada tempat dan musim yang banyakair atau genangan air.
(c) Fungus ; adalah tumbuhan yang tidak berbunga dan banyak jenisnya (Musccharhrom,Toedstools, Mods, Smuts Meldew ). Jenis ini merupakan grup dari tanaman fungi.

Tumbuhan fungus ini merupakan tanaman yang dapat dimakan dan tidak beracun. Molds adalah cendawan yang pada umumnya tumbuhan yang berasal dari sisamakanan yang tersimpan terlalu lama , atau tersimapan di tempat yang terlalu lembab.

(4)  Faktor serangga (insects) dan binatang mengerat (tikus kecil)
Serangga ini merupakan grup binatang kecil yang disebut Inverete brate animal. Binatang ini dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu; heat, thorax, danabdomen. Yang ketiganya termasuk grup yaitu: Mosqkitos, Greasshopers, dan Beetle (atau bangsa lalat,nyamuk, belalang, kumbang). Beetles atau kumbang sangat berbahaya terhadap bendakoleksi. Jenis serangga beetles terbagi dalam beberapa keluarga yaitu:
(a) Spider beetle; kumbang jenis ini sangat berbahaya terhadap koleksi yang terbuatdari bahan tumbuh-tumbuhan.
(b) Powder beetles (listus) meliputi: Furniture Beetle (Anabium), Deat Watch Beetles(Xestolim). Keluarga serangga Beetles ini sangat gemar menyerang benda koleksiyang mengandung protein dan Cellulose.
(c)  Darmestes Beetles; keluarga ini terdiri dari:
1.    Furniture Carpet Beetles (Anthermus Flavipus).
2.    Carpet Beetele (Attagamus Gloriouse), jenis ini serangga khusus pemakan bendakoleksi yang mengandung protein saja.
3.    Museum Beetle (Anthremus Museum) serangga ini sangat gemar makan bendayang berasal dari tumbuh-tumbuhanyang sudah kering.
4.    Leather Beetle (Dermaentes Vulpinus), serangga ini suka makan benda-bendayang terbuat dari kulit.
5.    Book warm Beetle (Qastrallus Indicus; adalah serangga pemakan kertas danbuku-buku.
(d) Kelompok serangga lain yang merusak benda koleksi yaitu: Termits,Cockrouch, dan Silverfish. Kelompok serangga ini mempunyai karakter sebagai berikut:
Ø Termis (rayap) serangga ini hidup berkelompok dalam jumlah besar. Mereka itutermasuk binatang pemakan benda – benda yang mengandung Cellulose.
Ø Cocroasche kacoa (lipas) serangga ini sangat gemar memakan benda – bendayang mengandung Cellulose dan protein.
Ø Silverfish (lepisna Saecharine) dan Moth , gemar memakan benda-bendayangdibuat dari tumbuh-tumbuhan.
(e)    Binatang mengerat (Rats)
Binatang mengerat ini salah satu penyebab kerusakan dan kemusnahan benda bandakoleksi. Binatang mengerat ini sangat berbahaya terhadap benda–benda koleksi daribahan organik. Hal ini, disebabkan binatang mengerat ini menggunakan giginya dapatmenghancurkan benda–benda, antara lain kayu, kertas, serta benda-bendalain yangtermasuk benda dari bahan organik.
(f)     Faktor manusia
Manusia merupakan penyebab kerusakan benda–benda koleksi, baik disengaja maupuntidak. Faktor yang tidak disengaja dalam hal ini, dapat terjadi karena cara pengambilandan membawa benda koleksi yang salah. Hal ini disebabkan karena yang bersangkutankurang mengerti arti dan fungsi benda koleksi. Sehingga dengan perlakuan yang salah,mengakibatkan benda koleksi setelah sampai di tempat tujuan mengalami kerusakan. Misalnya, benda koleksi retak, tidak utuh, pecah, berjamur, serta ada yang hilang. Faktor manusia akibat kesengajaan. Hal ini dilakukan karena sengaja merusak dan mengambilobyek-obyekmuseum untuk kepentingan pribadi.
(g)   Faktor pencemaran udara yaitu; akibat terkena debu, kotoran kenslpot mesin.

C.  Prosedur kerja konservasi
Kegiatan konservasi benda koleksi museum, merupakan proses manajemen yang memerlukansistem yang pasti. Sistem yang baku atau tetap dalam proses konservasi benda koleksi museummelewati tujuh tahapan. Masing masing tahapan selalu berkaitan dan merupakan tindak lanjut darihasil kerja tahap awal. Menurut Herman, (1981: 66) secara bertahap dan sistematis kerja konservasi diawali dari:
1) Pencatatan identitas benda-bendayang masuk sebagai pasien.
2) Pencatatan dan pemeriksaan tentang penyakit (diaknosa) terhadap benda–benda
    Koleksi museum.
3) Pemotretan terhadap benda koleksi sebelum dilakukan pengobatan.
4) Pencatatan tentang bahan kimia yang digunakan untuk memproses serta cara
    melakukannya.
5) Pemberian (reservasi) dan pengembalian nomer inventaris yang terhapus
    selama diproses.
6) Pemotretan kedua sesudah benda tersebut selesai diproses.
7) Finale record secara nenyeluruh pada formulir yang sudah disediakan.

D.  Kajian Lapangan
Proses konservasi benda koleksi museum diawali dari identifikasi benda koleksi yangdinyatakan bermasalah atau rusak. Kemudian dilanjutkan pencatatan dan pemeriksaan jenis penyakitatau kerusakan. Selanjutnya dilakukan pemotretan benda sebelum dikonservasi. Dari hasil pemeriksaan dan identifikasi kerusakan,dilakukan penentuan dan pencatatan bahan kimia yangdiperlukan untuk memproses. Tahap berikutnya dilakukan pengawetan terhadap benda danpemberian nomer inventaris yang rusak atau hilang. Setelah pelaksanaan perawatan dilakukanpemotretan ulang setelah proses konservasi. Berdasarkan proses konservasi koleksi benda budayaini, diperoleh data yang merupakan hasil proses manajemen konservasi koleksi benda budaya.Bertitik tolak dari data diatas menunjukkan ada beberapa jenis koleksi yang dikonservasi. Benda tersebut dibedakan berdasarkan jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan benda koleksi.Dalam hal ini, sasaran benda yang di konservasi adalah benda yang terbuat dari bahan batu, emas,fosil, kayu, keramik, logam (emas, perunggu, besi) dan kain, campuran (keris = kayu dan besi,wayang = kulit dan bambu, benang ). Dengan demikian dari berbagai jenis koleksi ini masing-masing benda memerlukan perlakuan yang berbeda satu dan yang lain dalam proses perawatan.Perlakuan dalam perawatan koleksi benda budaya di museum dapat dilihat dalam konservasipatung ganesha dan arca ular yang terbuat dari bahan batu. Perawatan bahan batu pada umumnyameliputi;
1)        Pembersihan lumut (tumbuhan) pada relung atau celah-celah, dilakukan
pembersihan secarakering dengan menggunakan sekrapel.
2)        Pembersihan menggunakan sikat ijuk.
3)        Pembersihan dengan menggunakan bahan kimia Tipol.
4)        Dibersihkan dengan air sampai limbah cusian netral.

Konservasi keris yang terbuat dari bahan besi dan kayu, pada umumnya
dilakukan dengan:
1)         Membersihkan bilah keris dengan asam sirat.
2)         Merendam bilah keris dengan larutan warangan dan air jeruk nipis.
3)         Mencuci bilah keris sampai kelihatan pamor aslinya.
4)         Mencuci bilah keris kembali sampai limbah cucian netral, kemudian dikeringkan secara alami.
5)         Kerangka yang terbuat dari kayu diawetkan dengan melapisi lentrek dan PV Acetat.
6)         Melapisi keris dengan minyak Cendana dan Melati.

Perawatan koleksi benda budaya dari bahan perunggu memerlukan perlakuan tertentu.Konservasi koleksi perunggu ini diproses dengan cara petugas melakukan beberapa tindakanperawatan sebagai berikut:
1)          Membersihkan noda carbonat dengan alat jarum pada koleksi.
2)          Membersihkan noda carbonat dengan larutan asam sirat secara lokal.
3)          Koleksi dicuci dan disikat, hingga limbah cucian netral.
4)          Selanjutnya benda yang telah bersih itu, dioven agar kering secara maksimal.
5)          Koleksi yang telah kering betul dilapisi dengan bahan kimia P V.  Acetat.

Dengan demikian, hasil konservasi ini baik dan dapat memberi perlindungan dan perawatanbagi koleksi yang terbuat dari perunggu. Sehingga benda tersebut mampu bertahan lama danterhindar dari kerusakan. Oleh karena itu, kegiatan konsevasi tidak dapat diabaikan dan perludilaksanakan secara benar dan kontinue. Perawatan koleksi dari bahan kain memerlukan perhatian dan perlakuan secara khusus.Hal ini, disebabkan kain merupakan koleksi yang rawan rusak karena jamur dan serangga. Kegiatankonservasi koleksi yang berasal dari kain ini cenderung menghilangkan dan membasmi jamur danbinatang yang merusak koleksi. Proses konervasi ini diawali dengan petugas melaksanakan;
a.     Memasukkan kain kedalam almari fumigasi atau pengasapan.
b.    Di dalam almari koleksi kain tersebut diasapi dengan bahan kimia menggunakan Thimol danAlkohol agar membasmi penyakit koleksi.
c.     Pelaksanaan fumigasi atau pengasapan dilakukan selama lima belas hari.
d.    Setelah pengasapan koleksi dibersihkan dengan kuas halus, maksudnya agar tidakmenimbulkan kerusakan baru.
e.     Koleksi kain di rol atau di gulung sesuai posisi semula.
f.     Penyimpanan kembali dengan cara yang benar.

Proses konservasi kain semacam ini diharapkan dapat mengamankan koleksi dari ancamanpenyakit dan kerusakan. Dengan demikian, melalui perawatan yang rutin keberadaan koleksidapat mampu bertahan lebih lama. Oleh sebab itu, perawatan koleksi kain memerlukan perhatiansecara tepat dan mendapat perioritas secara rutin.Perawatan koleksi keramik memerlukan perlakuan berbeda dengan jenis koleksi yanglain. Hal ini, disebabkan karena keramik dibuat dari bahan yang mudah pecah oleh sebabitu perlu ketelitian dalam perawatan. Proses konservasi koleksi keramik dilaksanakan oleh petugassecara bertahap sebagai berikut:
1)        Membersihkan koleksi dalam keadaan kering menggunakan kuas halus, hal ini menghindaritimbulnya goresan atau kerusakan baru.
2)        Koleksi keramik yang ada sambungan karena pecah, pada sambungan diinjeksi dengan lematau bahan perekat.
3)        Bila ada noda cat atau kotoran lain dibersihkan dengan bahan kimia menggunakan Aceton.
4)        Selanjutnya koleksi keramik dicuci dengan bahan kimia menggunakan Typol.
5)        Koleksi dicusi hingga limbah cucian atau larutan kimia tersebut netral.
6)        Koleksi dikeringkan menggunakan udara melalui kompresor.

Proses konservasi koleksi keramik demikian diharapkan dapat memperoleh hasil yang baik.Perawatan mampu melindungi benda tersebut dari kerusakan baik warna maupun keberadaannya.Dengan demikian, koleksi museum dapat dirawat dengan benar, sehingga koleksi keramik ini dapatbertahan lebih lama sesuai keberadaanya.Perawatan koleksi busur panah yang terbuat dari bahan campuran (bambu dan logam) inimemerlukan perlakuan yang berbeda denga jenis koleksi yang lain. Kegiatan konservasi dilakukan secara bertahap sebagai berikut:
1)        Koleksi dimasukkan ke dalam almari fumigasi.
2)        Di dalam almari fumigasi, koleksi diasapi dengan bahan kimia menggunakan campuran antaraThymol dan Ethanol.
3)        Proses pengasapan koleksi dilakukan selama lima belas hari.
4)        Lubang yang terdapat pada koleksi diinjeksi dengan bahan kimia menggunakan larutan lentrek.
5)        Koleksi secara keseluruhan dilapisi dengan bahan kimia menggunakan sherlak putih ataudilapisi dengan PV Acetat .

Proses konservasi koleksi yang terbuat dari bahan campuran ini, dilaksanakan dengan harapandapat melindungi koleksi dari serangan hama. Dengan demikian, keberadaan koleksi dapatdipertahankan lebih lama. Oleh karena itu, perlu dilakukan konservasi cecara rutin terhadap bendayang terbuat dari jenis bahan campuran.Perawatan koleksi wayang babatyang terbuat dari bahan kulit dan bambu, ini memerlukanperhatian dan perlakuan secara khusus. Koleksi wayang ini, rawan terhadap serangan jamur,debu dan kerusakan pada sambungan antara bagian tangan dan tubuh wayang. Kerusakan koleksiini, disebabkan karena cara menyimpanan ditumpuk antara satu dengan yang lain. Konservasikoleksi wayang ini dilaksanakan secara bertahap sebagai barikut:
1)        Wayang dimasukkan ke dalam almari fumigasi.
2)        Mengasapi wayang dalam almari fumigasi dengan bahan kimia menggunakan larutan Thymoldan Ethanol.
3)        Pengasapan wayang dalam almari fumigasi selama lima belas hari, agar jamur mati dan hilang.
4)        Wayang selanjutnya dibersihkan dengan kuas halus, untuk menghilang-kan debu dan sisa jamur.
5)        Penyimpanan wayang dilakukan dengan cara tersusun, dengan komposisi yang besar diletakanpada bagian bawah, dan seterusnya semakin keatas semakin kecil.
6)        Pada bagian wayang yang putus atau terlepas di ikat atau di jahit kembali.

Proses konservasi ini merupakan upaya yang tepat, dalam menyelamatkan dan merawatkoleksi dari bahan campuran yang rawan rusak. Perawatan benda ini dilakukan secara periodiktetapi pasti. Oleh sebab itu, perawatan benda koleksi jenis wayang ini tak boleh diabaikan, agarwayang mampu bertahan lama.
Perawatan koleksi yang terbuat dari bahan logam mulia atau emas, ini memerlukan perlakuankhusus dan hati-hati.Konservasi koleksi emas ini dilaksanakan dengan proses sebagai berikut:
1)      Koleksi dibersihkan dari debu dengan cara membersihkan dengan kuas halus.
2)      Bila koleksi ternoda bekas lem dibersihkan dengan bahan kimia menggunakan Aceton.
3)      Kemudian koleksi dicusi dengan bahan kimia menggunakan Typol.
4)      Stirilisai koleksi dengan bahan kimia menggunakan Aquadest.
5)      Selanjutnya terakhir dilakukan pengeringan dengan kompresor.

Proses konservasi logam mulia dengan cara demikian diharapkan mendapatkan hasil yangbaik. Koleksi dari bahan emas ini jarang dilakukan karena koleksi ini cenderung ancaman rusaklebih kecil. Oleh karena itu, perhatian terhadap koleksi ini cenderung untuk menyelamatkan koleksidari bahaya hilang.
Perawatan koleksi yang terbuat dari fosil atau koleksi fosil, ini memerlukan perlakuan khusus.Konservasi terhadap koleksi fosil ini dilaksanakan sebagai berikut:
(1)   Membersihkan debu pada koleksi, dengan menggunakan kuas halus.
Hal ini dimaksud agartidak menimbulkan goresan baru.
(2)   Pada bagian koleksi yang retak di injeksi dengan lem UHU atau yang sejenis.
(3)   Secara keseluruhan koleksi dilapisi dengan PVA.
(4)   Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan kompresor dengan harapan dapat kering secaramaksimal.

Proses konservasi terhadap koleksi fosil ini, merupakan upaya yang tepat dengan harapan mendapatkan hasil yang baik. Dengan demikian, pelestarian koleksi fosil ini dapat terwujud, sehingga keberadaan fosil dapat bertahan lebih lama. Oleh sebab itu, perawatan koleksi fosil ini agar dilakukan secara intensif.






BAB V
PEMASARAN MUSEUM


A.      Pemasaran Museum

Munculnya ide pemasaran museum adalah relatif baru, yaitu sekitar tahun 1960an. Ketika itu jumlah pengunjung di museum-museum Eropa dan Amerika Serikat sangat merosot. Manajemen museum juga dianggap kurang profesional. Dalam keadaan krisis semacam itu muncullah konsep tentang marketing museum (pemasaran museum). Metropolitan Museum of Art di New York baru menggunakan konsep marketing museum sekitar tahun 1969. Karena adanya perubahan-perubahan tersebut di atas maka dirasa perlu mengubah sebutan pengunjung museum dengan “pengguna museum”, karena ada pendapat bahwa  sebuah museum dapat menolong orang hanya jika orang itu menggunakan museum. Orang akan menggunakan museum jika ia mengenal museum itu. Bila suatu museum dikenal memiliki tata pameran tentang etnografi (strategi penelitian ilmiah) Indonesia, maka apabila ada seseorang yang ingin menambah pengetahuannya tentang etnografi, ia pergi ke museum itu untuk melihat tata pameran benda-benda etnografi. Jadi orang tersebut datang melihat-lihat museum dengan suatu tujuan khusus yaitu untuk menambah pengetahuannya tentang etnografi Indonesia. Contoh lain, bila di suatu museum dikenal adanya tata pameran tentang benda-benda purbakala, maka apabila ada orang yang ingin memperdalam pengetahuannya tentang kepurbakalaan maka ia datang ke museum tersebut. Jadi orang tersebut datang ke museum itu dengan suatu tujuan yaitu ingin memperdalam pengetahuannya mengenai segala sesuatu yang koleksinya di pamerkan di museum tersebut.

Marketing Museum  berhubungan dengan kemajuan-kemajuan pengunjung, yang bertujuan untuk membuat  pengunjung dengan latar belakang yang lebih luas, sedang pada waktu yang bersamaan membuat hubungan yang lebih dekat dengan pengunjung tetap museum. Jadi, marketing adalah suatu bagian yang tak terpisahkan dari komunikasi antara museum dengan publiknya. Pemasaran erat kaitannya dengan publik program, tetapi fungsi ini biasanya  dihubungkan dengan administrasi museum. Banyak museum yang memiliki program pemasaran yang efektif tetapi tidak memiliki ‘seksi pemasaran’ sendiri, fungsi pemasaran adalah bagian dari divisi pengembangan dan komunikasi. Di manapun fungsi pemasaran terletak di peta organisasi Museum, managemen pemasaran  adalah yang terpenting di antara seluruh institusi, yang memelihara dengan cermat tentang bagaimana sebuah pameran di promosikan dan apakah publik mengunjunginya, penjaga ruang dan staf pengelola pengunjung museum, yang menyambut pengunjung lewat pintu-pintu; staf pengembangan, yang mengetahui bahwa suatu tambahan dalam keanggotaan dan donasi mengiringi  kesadaran publik tingkat tinggi, dan staf keuangan, yang melihat perbaikan substansial di ‘bottom line’  ketika pegawai bertambah. Hal ini berarti bahwa fungsi pemasaran paling baik dipergunakan oleh tim proyek interdepartemental terutama dalam memasarkan pameran besar dan peristiwa yang spesial (special events).

Managemen dari pemasaran museum dipusatkan pada:
a.    Mengidentifikasikan keadaan museum sekarang dan pasar museum yang potensial dan berkomunikasi secara efektif dengan mereka (pasar).
b.    Mengamati di dalam museum perbaikan-perbaikan secara terus menerus, perbaikan dari produk museum dan servis untuk memenuhi  kebutuhan  dari orang-orang ini, sehingga mereka akan berkunjung ke museum dan kembali berkunjung lagi.
c.    Bertambahnya pegawai dan revenu dari pengunjung.

Di dalam ruang lingkup luas dari pengunjung dan bukan pengunjung, banyak ‘segmen pasar’ sektor-sektor homogen dari populasi yang memiliki kesamaan dalam demografi, geografi dan tingkah laku atau pola gaya hidup. Melalui strategi pemasarannya, museum dapat mempengaruhi pola pengunjung.

Langkah pertama dalam pemasaran museum ialah mengerti tentang pengunjung yang ada segmen pasar yang mereka perlihatkan, frekuensi kedatangan mereka dan motivasi mereka. Hal ini mungkin dapat diselesaikan  dengan meneliti hidup pengunjung sehari-hari, melalui observasi (penga-matan) dan survey pengunjung.

Langkah berikutnya ialah membandingkan realitas ini dengan demografi dari pasar penduduk yang didapat dari data sensus dan turis-turis yang mengunjungi daerah itu bisa didapat dari kantor pariwisata setempat (local tourist board) atau kantor perdagangan  (chamber of commerce),dan dengan hasil akhir survey pengunjung di museum-museum lain dan atraksi pengunjung di daerah itu  yang dengan keberuntungan, akan memberi informasi sehingga analis-analis dapat menentukan segmen pasar mana yang kurang dimunculkan di dalam dasar pengunjung museum.

Langkah ke tiga sangat menantang: menganalisa apa arti semua itu, menaruh prioritas pemasaran  di sekeliling ‘segmen target pemasaran’, dan mengidentifikasikan strategi pemasaran yang akan mendorong pengunjung dari segmen-segmen pemasaran tersebut. Keadaan ini menggantikan  “marketing brief” untuk tugas-tugas dari adpertensi, promosi dan hubungan masyarakat sampai kepada kreasi spesial program.Tugas-tugas ini dapat dilakukan oleh staf museum katakanlah, dalam departemen edukasi untuk kreasi program-program, atau dalam departemen grafis untuk menciptakan poster–poster atau mereka mungkin bisa mendapatkan konsultan dari luar, termasuk perusahaan hubungan masyarakat atau perusahaan iklan.

Penting untuk dicatat bahwa strategi mungkin bertujuan untuk memajukan pasar yang kurang ditonjolkan, sebaliknya, boleh memilih untuk melayani secara lebih baik segmen pemasaran yang sekarangdan pilihan harus dibuat oleh direktur museum, bukan oleh marketing personel sendiri.

Langkah keempat ialah implementasi dari rencana marketing (marketing  plan).Tugas dari seorang marketing manager  ialah secara efektif memonitor laporan singkat (the brief), koordinasi penyelesaian semua tugas-tugas tepat pada waktunya, mengusahakan supaya semua tercakup didalam budget dan tingkatan kwalitasnya sesuai dengan yang sudah disetujui.

Langkah terakhir ialah evaluasi dari hasilnya, mencatat apa yang harus diganti, dan produksi dari yang dilakukan dengan tangan (manual) untuk gerakan marketing di masa depan.

Riset mengenai pengunjung museum dengan cara mengumpulkan informasi yang up-to date dan dapat dipercaya mengenai pengunjung museum supaya museum dapat:
a.       memperbaiki penampilannya dalam lingkungan publik.
b.      memusatkan diri pada pemenuhan kebutuhan publik dan harapannya, dan mendapatkan hasil yang berhubungan dengan pengunjung dan publik interes.
c.       Menunjukkan kepada pemberi dana dan sponsor sekarang dan yang potensial, apakah dalam sektor publik atau privat, tingkatan dimana publik dilayani, dan di bagian sektor publik mana museum digunakan.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan ini, diperlukan keseimbangan antara kuantitatif analisis dari demografi, tingkah laku dan  metode kualitatif yang memusatkan perhatian pada perasaan, sikap dan motivasi pengunjung. Hal ini sangat perlu sebab:
a.         Museum-museum yang maju dengan pesat di masa depan ialah museum yang benar-benar bernilai bagi masyarakat.
b.         Data pengunjung memperlihatkan bahwa  motifasi dari mulut ke mulut sering kali yang paling banyak di sebutkan untuk sebuah kunjungan museum ini berarti bahwa kepuasan pengunjung adalah generator yang paling signifikan bagi pengunjung museum.
c.         Museum telah menjadi semakin tergantung kepada pengunjung dan pembelanjaan pengunjung  di dalam gift shop dan restauran mereka, dan yang potensial mengubah pengunjung menjadi anggota museum dan pendukung  adalah berhubungan dengan kepuasan pengunjung dengan pengalaman museum.

Penghitungan pengunjung dan survei pengunjung dipakai untuk menciptakan suatu database bagi pengunjung, demografi (jumlah penduduk) dan informasi sikap hidup, sementara metode-metode seperti galeri interview, observasi, workshop dan fokus group dipakai untuk mengerti  motivasi pengunjung, harapannya, dan kualitas pengalaman pengunjung. Tipe riset semacam ini adalah penting sekali di dalam menjuruskan kebutuhan-kebutuhan kelompok yang berada di luar museum (outreach) seperti minoritas dan group berpenghasilan rendah,  karena group ini tidak dimunculkan dalam survei tradisional museum, dan oleh karenanya sangat sedikit yang diketahui tentang  tingkah laku, harapan mereka, dan pengalaman-pengalaman di dalam museum.

Pendekatan yang paling efektif dan efisien terhadap riset pengunjung ialah mengembangkan suatu program yang komprehensif dan berputar selama tiga sampai lima tahun yang memusatkan perhatian pada riset kuantitatifdalam beberapa tahun dan riset kualitatif di tahun-tahun yang lain. Kuncinya ialah mengikut sertakan wakil-wakil dari semua departemen yang bekerja dengan publik dalam tim riset project masyarakat, untuk memastikan  bahwa semua aktivitas evaluasi yang banyak dari museum (apakah dari program edukasi atau dari kartu komentar para pengunjung) menyumbang kepada riset database pengunjung. Museum harus memiliki seorang evaluator di dalam staf nya. Untuk mendesain dan mengimplemen riset, atau menjelaskan secara singkat (mengambil alih pekerjaan konsultan), menganalisa dan menyebarkan hasilnya lewat  tim proyek.

Ada banyak market segmen yang potensial yang dicari sebuah museum untuk ditarik. Memilih target market berarti memilih segmen yang mana akan menjadi fokus dari energi museum. didasarkan pada banyak faktor, dari kecukupan uang untuk membeli (affordability) kecuali pasar sudah penuh, lebih murah dan  kurang resikonya untuk menargetkan jumlah yang lebih besar dari tipe orang yang anda sudah menariknya ke tanggung jawab (responsibility) sebagai suatu publik institusi, penting untuk mencapai  ke mereka yang kurang ditonjolkan.

Lima faktor utama perlu diperhatikan dalam memilih dan memprioritaskan target pasar:
1.         Ukuran segmen pasar dan pertumbuhannya yang potensial.
2.         Pentingnya segmen pasar terhadap visi dan misi museum hal ini mempergunakan terutama museum sebagai suatu institusi pendidikan publik di dalam suatu masyarakat yang bermacam-macam budaya dan ekonominya.
3.         Kebisaan segmen pasar untuk membantu pada masukan yang didapat dari pengunjung.
4.         Bantuan dari suatu segmen pasar tertentu kepada tourisme atau pembangunan ekonomi dari daerah itu ada suatu pengenalan yang bertumbuh dari peran sentral museum-museum dalam menarik perhatian pemilik uang besar ‘turis budaya’ dan dalam menolong untuk menambah lamanya tinggal dan semua turis yang telah membelanjakan semua uangnya masyarakat juga menilai museum-museum karena museum-museum itu adalah simbol dari ‘kualitas hidup’ daerah, yaitu faktor-faktor dalam menarik industri baru dan perusahaan servis ke daerah baru tersebut.
5.         Biaya yang dikeluarkan dalam usaha untuk menarik setiap segmen.



B.       Strategi Marketing Pemasaran Museum
                                           
Strategi-strategi museum menunjuk kepada banyak cara dimana museum dapat memperbaiki komunikasi dan servisnya dengan mendorong pembelanjaan para pengunjung. Strategi pemasaran (marketing) juga bermaksud untuk membuat hubungan yang lebih dekat dengan pengunjung museum, mengutamakan pengulangan kunjungan,menambah anggota museum dan donasi. Ini adalah suatu proses yang terus menurus dalam mana manager dari aktifitas marketing museum harus bekerja dekat dengan evaluasi, kuratorial dan staf program, dan pengembangan dan servis pengungjung, yang idealnya melewati suatu tim project. Sekali  strategi marketing secara menyeluruh sudah didirakan, mungkin ada sebanyak 50 strategi marketing yang spesifik yang harus dilaksanakan, misalnya harga tanda masuk bagi keluarga lokal, kampanye iklan dalam kerja sama dengan  hotel lokal untuk menarik turis-turis.

Pembukaan waktu sore yang ditargetkan pada pasar tunggal (single market) dan spesial seminar-seminar untuk menggerakkan hati para collector. Memajukan strategi yang benar membutuhkan orang-orang ahli dalam pemasaran Museum, dan pengetahuan tentang apa dan bagaimana yang telah sukses di tempat-tempat lain. Museum-museum dapat mendapatkan keuntungan besar dari mempelajari tentang keberhasilan dan kegagalan dari museum-museum lain yang memiliki ukuran dan ruang lingkup yang sama ini disebut analisis perbandingan (comparable analysis) dan terdiri dari wawancara yang mendalam dengan staf dari institusi yang setara ‘Best practice study’ juga sangat menolong ini berusaha untuk mengidentifikasi contoh-contoh dari institusi-institusi yang meraih kesuksusan yang tinggi yang mungkin lebih besar atau lebih kecil dari institusi anda, dan menganalisa bagaimana metode-metode mereka dapat digunakan di dalam museum anda. Dengan maksud untuk mencegah mengambil pelajaran yang salah dari contoh atau mendapatkan kesalahan-kesalahan yang hanya nyata-nyata kesuksesan-kesuksesan, dua tipe riset harus difasilitasi oleh staf atau konsultan dari luar yang telah memiliki pengalaman dalam pemasaran museum dan memanage perubahan organisasional.

C.    Maksud dan Tujuan Strategi Pemasaran Museum
Memasarkan sebuah museum erat kaitannya dengan kemajuan-kemajuan pengunjung, dan bertujuan untuk menarik kedatangan pengunjung sebanyak-banyaknya dari berbagai kalangan. Jadi pemasaran atau marketing museum adalah bagian yang tak terpisahkan dari komunikasi antara museum dan publiknya. Selain itu juga diusahakan supaya para pengunjung tadi mau berkunjung berkali-kali ke museum tetapi lebih diutamakan jika yang datang keesokkan harinya adalah orang-orang lain lagi.
           












BAB VI
Publikasi dan marketing museum



Museum merupakan suatu badan yang bersifat tetap dan tidak tergantung kepada siapapun. Museum bukan hanya merupakan tempat wisata, tetapi juga untuk kepentingan studi dan penelitian serta untuk melestarikan benda-benda dan kebudayaan-kebudaan dimasa lampau. Museum menurut definisi ICOM adalah suatu lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda-benda bukti material manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan, dan pariwisata. Museum memiliki keterkaitan dengan warisan budaya, keterkaitan tersebut yakni sebagai suatu lembaga, tempat penyimpanan yang melakukan perawatan, pengamanan, serta pemanfaatan benda-benda dan budaya masa lampau. Museum juga sebagai tempat yang melakukan upaya perlindungan kekayaan serta budaya bagi suatu bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Ungkapan tersebut sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun, sepertinya kita tidak hanya sekedar menghargai saja. Melainkan kita juga diwajibkan untuk memahami dari sebuah sejarah. Karena dengan kita memahaminya otomatis kita akan menghargainya.

Sebagai masyarakat yang berada di suatu bangsa yang besar, masyarakat harus memahami apa yang menjadi sejarah dari bangsanya. Selain itu, kita juga harus menghargai proses-proses yang dialami bangsa ini. Hal tersebut bertujuan agar apa yang telah dialami bangsa dahulunya dapat dijadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan di masa sekarang dan yang akan datang. Mengambil semua yang merupakan sisi positif dan memperbaiki semua yang merupakan bagian dari kesalahan yang terjadi di masa lalu agar kesalahan tersebut tidak akan terulang pada masa yang akan datang. Maka dari itu, melestarikan sebuah sejarah sangatlah penting, hal tersebut bertujuan untuk dapat memahami serta  dihargai sangatlah penting. Dewasa ini banyak cara yang dapat dilakukan untuk memahami sebuah sejarah. Tidak hanya melalui buku, saat ini banyak media yang dapat digunakan untuk mempelajari sebuah sejarah suatu  bangsa. Mulai dari media audio visual seperti televisi dan radio hingga media internet dapat kita gunakan sebagai sarana pembelajaran tentang sejarah sejarah bagi msyarakat. tidak hanya sejarah saja, hal-hal yang berkaitan dengan ilmu-ilmu lain juga dapat dipelajari lewat museum. Museum adalah lembaga yang mempunyai peranan strategis dalam melestarikan dan mengkomunikasikan sumber daya budaya kita yang sangat beragam, sebagai salah satu asset pariwisata Indonesia (Khoirnafiya, 2009). Museum juga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas masyarakat, antara lain dalam membentuk pembelajaran, pelayanan informasi, dan penyediaan tempt rekreasi yang edukatif. Oleh karena itu, museum perlu ditumbuh kembangkan dengan baik dan terarah mengingat museum memiliki peranan yang sangat penting dalam masyarakat. Museum sendiri saat ini bisa dibilang merupakan hal yang diprioritaskan oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan bahwa museum merupakan tempat yang sangat bernilai bagi perjalanan hidup suatu bangsa dan sebagai tempat menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang  yang mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman kebudayaan serta penting artinya bagi pembelajaran. Bentuk apresiasi yang nyata bagi suatu museum adalah banyak-nya kunjungan masyarakat ke museum. Namun persepsi masyarakat atas museum di Indonesia masih memandang bahwa museum sebagai suatu bangunan tua yang merupakan tempat menyimpan berbagai benda-benda kuno dan sudah tidak lagi digunakan masyarakat secara umum . Hal ini terjadi karena informasi yang berkaitan dengan museum jarang sekali diketahui oleh masyarakat. Padahal  banyak kegiatan yang ditujukan bagi masyarakat pentingnya museum sebagai perannya sebagai lembaga layanan publik. Untuk itu, museum perlu memikirkan secara mendalam dan aksi nyata agar masyarakat pengunjung museum sebagai salah satu segmen khusus masyarakat yang secara sadar atau tidak sadar mau mendatangi museum. Orientasi kepada masyarakat atau pengunjung semestinya dapat diwujudkan dalam berbagai hal seperti program publik, kepuasan pengunjung, dan pelayanannya. Semua itu dapat terlaksana apabila museum dapat menjalin hubungan dengan pengunjung atau dalam konteks marketing adalah pelanggan. Untuk itu tidak ada salahnya jika museum juga menerapkan manajemen hubungan pelanggan. Tugas museum yang semestinya menjadikan masyarakat dari sekedar pengunjung yang sekali datang menjadi pengunjung yang berkali kali datang, hingga menjadi pengunjung yang setia. Pandangan masyarakat terhadap museum masih sangat kurang. Hal ini terbukti bahwa sering sekali masyarakat memberikan tanggapan atau asumsinya mengenai museum bahwa tempat-tempat lain banyak yang lebih menarik jika dibandingkan museum. Maka dari itu pihak yang bertugas di Museum harus melakukan publikasi serta strategi marketing musuem yang tepat agar masyarakat tidak lagi salah menilai tentang Museum.

A.      Publikasi Museum
Dalam melakukan sebuah publikasi museum, straegi sangatlah diperlukan bagi keberlangsungan publikasi tersebut. Dalam strategi senantiasa terkandung proses keputusan dan berlangsung secara terus-menerus yang terdiri dari pembagian wewenang kerja beserta tanggung jawabnya masing-masing, lokasi kegiatan, waktu, pelaksanaan tindakan yang terperinci. Menurut  Faisal Affif, periklanan mempunyai pengertian sebagai suatu cara mempublikasikan atau memberitahukan kepada khalayak umum suatu objek yang diharapkan dapat mencapai tujuan tertentu. sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, periklanan adalah suatu komunikasi massa dan harus dibayar untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap atau mengharapkan adanya suatu tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan. Secara garis besar tujuan promosi museum adalah memperkenalkan produk-produk musuem yang ditawarkan seluas mungkin, menyusun produk musuem semenarik mungkin. Dengan demikian mendorong sebanyak mungkin calon pengunjung museum untuk mengun-junginya, menyampaikan isi pesan yang menarik tanpa harus berbohong. Pesan promosi diharapkan dapat membangkitkan hasrat yang kuat sehingga penerima pesan tidak mudah melupakannya. Strategi promosi diperlukan agar tujuan promosi dapat tercapai. Intinya strategi promosi adalah keseluruhan metode dengan mempergunakan berbagai media dan dibantu oleh faktor-faktor psikologis, statistik sosiodemografis dan penelitian utnuk menyebarkan gagasan-gagasan, menjual hasil produksi dan menjadikan suatu organisasi dikenal.
Publikasi berusaha menciptakan permintaan itu atau mempengaruhi permintaan dengan cara menonjolkan kesesuaian produk wisata dengan permintaan. Yang menjadi tujuan pokok dari publikasi museum adalah memancing reaksi serta menggerakkan minat masyarakat agar mereka berminat untuk berkunjung ke museum serta agar mereke memiliki rasa cinta akan budaya bangsa dan menghargai warisan-warisan budaya bangsa yang memiliki nilai sejarah. Promosi adalah bagaimana cara museum untuk menginformasikan kepada  publik mengenai museum serta apa ssaja yang ada didalam museum, mencoba untuk mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Dalam menentukan strategi promosi, ada bagian-bagian tertentu yaitu :
1.    Bagian penelitian, khusus meneliti problem yang timbul dalam pelaksanaan promosi
2.    Bagian pemasaran, bertugas membuat analisa, mempelajari statistik, mengadakan peninjauan pasar.
3.    Bagian perencanaan, bertugas merencanakan bentuk promosi yang hendak dilaksanakan.
4.    Bagian studio, tugasnya menciptakan desain, sampel dan mock up untuk promosi yang akan dilaksanakan.
5.    Bagian teknik, bertugas menyiapkan bahan-bahan produksi, cetak-mencetak, membuat klise, plate dan sebagainya.
6.    Bagian dekorasi, bertugas mengumpulkan artikel-artikel dalam surat kabar mengenai publisitas dan promosi negara lain, statistik pasaran.
7.    Bagian hukum, bertugas mengumpulkan dan mempelajari undang-undang, peraturan, pajak di bidang promosi.
8.    Bagian administrasi, bertugas menyelesaikan pekerjaan administrasi dan anggaran belanja.Hal ini berarti bahwa pesan promosi sedapat mungkin sederhana dan jelas serta bersifat mengajak para pembeli. Pesan-pesan promosi ituharus unggul di antara sekian banyak promosi yang ada dan juga harus meyakinkan.
Publikasi ini memiliki tiga tahapan pokok. Ketiga tahapan pokok tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a)    Penyebaran informasi
b)   Penanaman kepercayaan dan keyakinan
c)    Penjualan
 


Publikasi pada akhirnya bertujuan untuk menjual produk. Yang dimaksud dengan produk tersebut adalah produk wisata seperti benda-benda yang ada didalam museum. karena selain memiliki fungsi-fungsi yang lain salah satu nya fungsi edukasi, museum juga memiliki sebagai pariwisata. Museum harus melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat umum agar masyarakat tersebut mengerti dan memahami apa makna dari museum, memahami hal-hal serta benda-benda dan nilai-nilai apa saja yang ada didalam museum. hal ini dilakukan agar masyarakat tidak mengsalah artikan dan memiliki salah anggapan mengenai museum. Informasi tersebut harus disampaikan secara akurat agar masyarakat luas benar-benar percaya dan yakin dengan apa yang ada didalam musem. Informasi yang disampaikan tidak boleh berlebihan, hal ini bertujuan agar tidak terjadi gambaran yang tidak tepat.
      
Terdapat berbagai macam publikasi, macam-macam publikasi tersebut antara lain adalah :
1.    Publikasi Langsung
Ada bermacam-macam bentuk pesan dari publikasi yang disampaikan secara langsung kepada masyarakat, tergantung dari maksud, tujuan dan anggapan yang tersedia. Bentuk-bentuk tersebut sama dengan bentuk-bentuk yang lazim digunakan dalam promosi, yang juga ditujukan langsung kepada konsumen. Bentuk-bentuk tersebut antara lain adalah : leaflet (lembaran-lembaran), folder (lipatan-lipatan), booklet atau brochure dan lain-lain.
2.         Publikasi Intern
Agar promosi dan publikasi berhasil dalam melakukan berbagai kegiatan, maka hal tersebut didasarkan pada :
a.         Suatu kebijakan umum tentang pemasaran
b.         Strategi pemasaran yang matang
c.         Pilihan sarana komunikasi yang tepat.


B.       Dampak Bagi Museum yang Kurang di Promosikan

Kurangnya promosi dan inovasi pada museum juga menjadi faktor penting bagi keberlangsungan museum. Hal ini dikarenakan telah banyak ditemukan  minim nya minat pendatang atau pengunjung terhadap museum meskipun sebagian besar masyarakat atau pengunjung telah mengetahui museum tersebut. Untuk itu, Dibutuhkan sebuah pengembangan marketingisasi museum lebih lanjut agar museum mampu menunjukkan nilai-nilai koleksi yang tersimpan kepada publik. Selain itu juga dibutuhkan kerjasama dengan pihak-pihak tertentu dalam marketingisasi museum. Anggapan pengunjung tentang “museum” adalah tempat kuno yang membosankan. Pengunjung masa sekarang lebih menyenangi tempat-tempat yang nyaman dan menyenangkan. Tempat-tempat tersebut menurut masyarakat umum memiliki nilai tersendiri sehingga tempat-tempat tersebut dapat menghilangkan rasa kejenuhan masyarakat. Kurangnya rasa cinta akan budaya atau benda-benda dan peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada didalam museum yang terjadi didalam kalangan masyarakat juga dapat disebababkan oleh kurangnya promosi yang ada didalam museum.

C.      Riset Pengunjung
      
Sebagai sebuah lembaga yang menjadi tempat kunjungan banyak orang, museum seharusnya melakukan penelitian berkala terhadap pengunjungnya. Penelitian serupa ini penting, terutama untuk meningkatkan pelayanan kepada pengunjung. Museum harus dapat memenuhi harapan dan kebutuhan komunitasnya, dan harus melakukan evaluasi apakah yang diperagakannya dapat dimengerti dan sudah memenuhi rasa ingin tahu pengunjungnya. Museum merupakan bagian dari objek dan daya tarik wisata dan sangat potensial untuk dikembangkan. Keberadaan museum dengan berbagai macam koleksinya merupakan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang mengunjunginya. Oleh karena itu, museum bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan. Mengacu pada definisi museum tersebut, fungsi museum terbagi menjadi fungsi sosial dan fungsi komersial. Fungsi sosial museum meliputi pendidikan, konservasi dan pelayanan yang diberikan kepada pengunjung. Adapun fungsi komersial museum diantaranya mengumpulkan sumber daya sebagai bahan pengembangan museum. Dari sisi komersialpun museum merupakan lembaga nirlaba yang bukan berarti koleksi yang dimiliki tidaklah menarik. Selain itu, dengan jumlah atau tingkat kunjungan wisatawan yang banyak tentunya akan meningkatkan citra museum sebagai  objek dan atraksii wisata alternatif. Pengunjung museum dapat dibedakan menjadi dua, yang pertama yaitu para kolektor, seniman, para perancang, ilmuwan, dan mahasiswa, yang karena latar belakang sosialnya seakan-akan ada hubungan tertentu dengan koleksi museum, dan bahwa kunjungan mereka ke museum itu sudah direncanakan semula dengan motivasi yang jelas.

Jenis pengunjung museum yang kedua yaitu mereka yang biasanya datang ke museum tanpa tujuan tertentu. Jika suatu ketika mengunjungi museum dengan iseng atau prakarsa spontan, mereka kembali pasif, tidak punya motivasi yang kuat untuk tetap menjadi pelanggan museum. Pada tahun 2007 jumlah wisatawan yang berkunjung ke museum sebanyak 3.136.251, dengan jumlah kunjungan tertinggi di Museum Listrik dan Energi Baru yang berada di Taman Mini Indonesia Indah sejumlah 427.114 dan jumlah kunjungan terendah di Museum Garuda Sriwijaya sejumlah 105 wisatawan . Artinya masih perlu diperlukan metode pemasaran yang tepat dan kerja keras antar stakeholder ataupun pengelola museum.
.



D.      Marketing atau Pemasaran Museum

Untuk mempopulerkan museum sebagai wahana pendidikan, para pengelola museum perlu mengedepankan manajemen pengelolaan museum berbasis teknologi informasi atau TI dan konservasi. Tantangan yang terbesar bagi museum adalah menarik minat masyarakat agar mau berkunjung ke Museum. minimnya kesadaran masyarakat untuk berkunjung ke Museum dikarenakan minimnya rasa nasionalisme, cinta budaya bangsa yang dimiliki oleh masyarakat. Hal ini tentunya menjadi sebuah problem besar yang harus diselesaikan oleh Musuem. Disinilah sebuah museum perlu menerapkan strategi pemasaran museum kepada publik, agar problem-problem tersebut sedikit dengan sedikit bisa teratsi.
 


Pengelola museum dituntut untuk dapat  merawat, meneliti serta memamerkan koleksi dengan kemasan yang menarik walaupun dengan dana pengelolaan yang terbatas. Selain itu, dengan jumlah atau tingkat kunjungan wisatawan yang banyak tentunya akan meningkatkan citra museum sebagai  objek dan atraksi wisata alternatif. Terdapat dua jenis pengunjung museum, yang pertama yaitu para kolektor, seniman, para perancang, ilmuwan, dan mahasiswa, yang karena latar belakang sosialnya seakan-akan ada hubungan tertentu dengan koleksi museum, dan bahwa kunjungan mereka ke museum itu sudah direncanakan semula dengan motivasi yang jelas. Pengunjung museum berbeda-beda dari yang satu dengan yang lainnya. Ada yang hanya datang ke museum tanpa tujuan tertentu dan ada pula yang meman g benar-benar mereka cinta akan budaya bangsa sehingga mereka sering berkunjung ke Museum. Jika suatu ketika mengunjungi museum dengan prakarsa spontan, mereka kembali pasif, mereka cenderung tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk tetap menjadi langganan pengunjung museum. Sebagai salah satu upaya peningkatan jumlah kunjungan museum adalah melalui strategi pemasaran yang tepat dan inovatif.  Menurut Prof. Dr. Salah Wahab (1997: 27) Pemasaran pariwisata adalah “suatu proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional atau perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata untuk melakukan identifikasi terhadap wisatawan yang sudah memiliki keinginan untuk melakukan perjalanan wisata. Selain itu juga dikenakan pada wisatawan yang mempunyai potensi akan melakukan perjalanan wisata. Proses identifikasi tersebut dilakukan dengan jalan menjalin komunikasi mempengaruhi keinginan, kebutuhan, dan memotivasinya, terhadap apa yang disukai dan tidak disukai oleh wisatawan, pada tingkat daerah-daerah lokal, regional, nasional mapun internasional dengan menyediakan obyek dan atraksi wisata agar wisatawan memperoleh kepuasan optimal”. Sementara  itu, menurut J. Krippendorf (dalam Yoeti, Oka A, 2002 : 1) pemasaran pariwisata diartikan suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijaksanaan bagi perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata, baik milik swasta maupun pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional, atau internasional untuk mencapai kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan yang wajar.

Layaknya seorang konsumen, pengunjung museum pun cenderung menghendaki hal-hal yang sesuai dengan keinginan mereka. Schmitt (1999) seorang pakar experiential marketing menyatakan bahwa saat ini konsumen menginginkan produk-produk dan bentuk-bentuk komunikasi pemasaran yang dapat memesonakan perasaan, menyentuh hati, dan memotivasi pikiran konsumen sehingga mereka dapat menghubungkannya dengan gaya hidup mereka. Pernyataan Schmitt ditegaskan kembali oleh Raymond (2006), bahwa konsumen masa depan menghendaki hal-hal sesuai dengan keinginan mereka, sebagaimana halnya manusia yang cenderung berubah setiap hari. Mereka juga menginginkan agar jasa, merek, atau perusahaan yang berurusan dengan mereka juga berubah bersama mereka. Museum hendaknya juga berubah dalam hal pengelolaannya, menyelami arus pikiraan pengunjungnya, itu sebabnya hubungan dengan pengunjung perlu terus menerus dikelola. Dari pernyataan di atas dalam kaitannya dengan kebutuhan informasi masyarakat dari suatu museum adalah berhubungan dengan keingintahuan mereka tentang informasi dari koleksi yang ada di museum. Koleksi tersebut bukan hanya benda yang diletakan begitu saja tetapi koleksi yang dapat bercerita kepada mereka tentang berbagai hal dari benda yang menjadi koleksi mereka.Sebagai salah satu upaya peningkatan jumlah kunjungan museum adalah melalui strategi pemasaran yang tepat dan inovatif. minat untuk berkunjung ke museum rendah dikarenakan kurangnya informasi dan promosi yang dilakukan oleh pengelola museum maupun pemerintah setempat untuk menarik wisatawan datang kesana. Minimnya promosi yang dilakukan, dan kesadaran masyarakat belum tergugah terhadap perlunya berkunjung dan menghargai benda-benda bersejarah. Sungguh disayangkan jika museum hanyalah dianggap objek wisata tentang sejarah kuno tanpa menambah nilai positif bahwa museum dapat menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahui pusat pendidikan bagi masyarakat (Agus Setyanto).

Untuk meningkatkan minat terhadap wisata ke museum melalui promosi yang tujuannya yakni memperkenalkan dan mempromosikan museum-museum di Indonesia agar masyarakat sekitar maupun wisatawan yang datang ke suatu kota memiliki tujuan wisata pendidikan yaitu museum. Telah dilakukan oleh pengelolaan museum untuk menarik minat berkunjung ke museum antara lain menggelar berbagai kegiatan menarik, seperti pentas seni, workshop, kunjungan kesekolah, memberikan fasilitas yang mendukung, seminar, konferensi hingga pertunjukan musik remaja, yang berpusat di museum, dengan menggalang kerja sama dengan agen wisata, memperpanjang waktu buka museum dan memungkinkan para pengunjung masuk ke museum secara gratis. Strategi pemasaran museum saat ini dianggap dapat menjadi salah satu jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh museum berkaitan dengan upaya membuka akses kepada masyarakat luas untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman di museum, sekaligus memenuhi kebutuhan pengunjung. Menurut Kotler, strategi adalah upaya yang dilakukan oleh museum untuk mencapai tujuannya. Dalam pemasaran museum, ada tiga langkah yang mempengaruhi pembuatan strategi pemasaran, yaitu segmentasi (segmentation), penentuan pasar sasaran (targeting) dan posisi produk dalam benak konsumen (positioning). Namun, karena museum merupakan lembaga yang menawarkan layanan jasa kepada masyarakat, maka pendekatan dan strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh museum adalah pemasaran jasa (marketing service). Layanan jasa museum memiliki karakteristik tersendiri, yang menjadi ukuran sebuah pelayanan di museum. Karakteristik ini akan diintegrasikan ke dalam teori pemasaran museum, yaitu konsep bauran pemasaran (marketing mix) untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat bagi sebuah museum. Di sisi lain, dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi komunikasi saat ini, pengelola museum sesungguhnya dapat dengan mudah pula melakukan promosi dan pemasaran lewat dunia maya yang diawali dengan peluncuran situs –situs yang berkaitan dengan museum sehingga koleksi dan aktivitas museum pun dapat dikenal secara lebih luas untuk menarik minat masyarakat berkunjung ke museum. Untuk dapat meningkatkan minat dan melakukan wisata ke museum, kualitas pelayanan juga sangat penting dilakukan selain promosi.
 
Dengan menambah dan memperbarui koleksi-koleksinya, apalagi jika museum kini lebih meningkatkan fasilitas untuk menambah kenyamanan pengunjung dengan fasilitas multimedia, memiliki khusus ruangan audio visual, yang lebih penting lagi kebersihan dari museum tersebut agar suasana tidak menyenangan dapat di lenyapkan dari benak masyarakat sehingga museum layak dikunjungi.





BAB VII
TANTANGAN DAN PERMASALAHAN MUSEUM


A.      Tantangan Museum.
Tantangan museum merupakan sesuatu yang harus dicapai atau ditargetkan pada suatu museum agar peran dan tujuan museum itu sendiri tidak hilang dan melenceng. Tantangan pada museum di antaranya :
1.      Tantangan Museum pada Konservasi dan Teknologi Informasi.
Untuk mempopulerkan museum sebagai wahana pendidikan, para pengelola museum perlu mengedepankan manajemen pengelolaan museum berbasis teknologi informasi atau TI dan konservasi. Pasalnya, banyak pengelola museum masih menerapkan cara konvensional dan jarang mengkonservasi koleksinya, sehingga museum tersebut tidak diminati dan banyak benda-benda koleksi yang rusak (KOMPAS.com). Pengelolaan koleksi dengan pengaturan tata pamer ataupun konservasi bertujuan agar selain untuk mempercantik tampilan juga sebagai perawatan koleksi. Sebagai pelestari dan budaya, perawatan atau konservasi pada benda-benda museum cukup sulit karena perlakuan perawatan pada benda-benda koleksi museum berbeda-beda penanganannya. Bagaimana penempatan dan penyimpanan benda-benda koleksi museum tersebut, bahkan setiap saat benda-benda koleksi museum harus dirawat atau di konservasi. Saat ditata harus dilakukan perawatan preventif atau pencegahan, misalnya dengan memasang alat pendingin ruangan untuk menjaga keteraturan suhu ruang koleksi. Dan perawatan preventif itu harus hati-hati serta dilakukan oleh ahli konservasi benda-benda koleksi karena ia harus mengetahui teknik-teknik konservasi, seperti penelitian atau pengamatan dan pengobatan benda-benda koleksi. Kecanggihan TI dapat memopulerkan dan mengkomunikasikan museum di jaringan maya. Melalui jaringan itu, museum dan koleksinya mampu  menjadi obyek pengetahuan, data, dan wahana tukar-menukar informasi dan data (KOMPAS.com).

2.      Tantangan Museum untuk Menumbuhkan Kecintaan dan Minat Masyarakat pada Museum.
Tantangan museum yang selanjutnya adalah bagaimana cara menarik peminat masyarakat untuk datang ke museum. Kecintaan masyarakat Indonesia terhadap museum masih sangat minim, terbukti dari sedikitnya kunjungan masyarakat Indonesia ke museum dengan tujuan kesenangan pribadi atau sukarela, kebanyakan berkunjung hanya karena program dari sekolah-sekolah dan instansi-instansi. Dalam perkembangannya, museum-museum mulai beradaptasi dengan ciri khas Indonesia. Akan tetapi peminat dari masyarakat umum dirasa masih sangat sedikit, wisatawan mancanegara malah lebih tertarik untuk mengunjungi museum kita daripada masyarakat kita sendiri. Tujuan utama dibuatnya museum untuk umum adalah untuk memberi pemahaman mengenai sejarah dan budaya terhadap masyarakat luas, agar menumbuhkan kecintaan terhadap sejarah dan budaya bangsa ini. Masyarakat Indonesia sangat mencintai hiburan berupa seni. Maka museum harus dibuat lebih berseni sehingga tidak terkesan menakutkan dan membosankan. Isi museum pun diharapkan tidak hanya melulu tentang perjuangan di masa lalu, tetapi juga bagaimana peran pemuda di masa lalu khususnya di bidang seni dan olahraga, karena itulah yang merupakan minat tertinggi pemuda Indonesia. Kesan entertaining di museum harus lebih ditonjolkan daripada kesan educating, agar pengunjung tertarik lebih dekat ke museum. Museum sebaiknya dikonsepkan lebih ke “galeri” daripada “gedung kearsipan barang-barang bersejarah” agar masyarakat tidak segan dan takut untuk berkunjung ke museum. Selain itu, kesan nyaman dan ramah juga harus ditunjukkan oleh pihak museum kepada para pengunjung museum. Kafetaria di museum hendaknya dibuka, dan juga tempat pembelian souvenir khas daerah yang dikunjungi. Pertunjukan kesenian juga lebih sering diadakan; seperti opera, dan juga pertunjukan tari dan musik tradisional di halaman museum agar menambah daya tarik museum. Promosi juga harus dilakukan lebih sering lagi; seperti menyebarkan booklet tentang museum ke masyarakat umum, menginformasikan kepada masyarakat maupun publik mengenai museum beserta apa saja yang ada didalam museum, dan bahkan membuat iklan komersial di televisi, majalah, maupun radio.  Contohnya di Museum Negeri Sumatera Utara, galeri-galeri museum dilengkapi dengan foto-foto yang bercirikan pop-art sehingga terlihat sangat menarik, modern, dan berkelas, tetapi tidak meninggalkan kesan budaya asli Sumatera Utara itu sendiri. Selain itu museum juga meluncurkan banyak program yang berhubungan langsung dengan masyarakat seperti Sahabat Museum dan Duta Museum (Nasution Yuri, Duta Museum Sumatra Utara).

3.      Tantangan Museum pada Guide atau Pembimbing Museum.
Di Indonesia, guide yang mampu menceritakan dengan bagus dan menarik perihal sejarah dari benda yang ada di museum masih kurang. Dikarenakan kurangnya guide yang mampu ini, alhasil masyarakat yang kesana cuma berfoto-foto atau hanya sekedar melihat suatu benda saja tanpa informasi yang bisa diambil. Jadi, tidak ada ilmu atau kisah yang menarik yang mereka bawa pulang dari benda-benda yang ada di museum tersebut. Hanya foto-foto yang mereka bawa dari mengunjungi museum. Sebagai contoh, di Museum Gajah atau Museum Nasional ada beberapa arca perwujudan Raja Majapahit dan juga peripih tempat abu jenazah Raja Udayana dari Bali ditempatkan. Kalau tidak ada guide yang bagus maka yang dilakukan pengunjung hanya berfoto-foto saja. Tapi kalau Guide yang bagus tersebut sambil bercerita meskipun dia hanya menceritakan tentang 2 arca raja dan 1 peripih, maka mereka akan pulang membawa cerita dari museum yang mereka kunjungi. Bayangkan, di Museum Nasional ada ribuan benda-benda koleksi, maka semakin banyak ilmu dan cerita yang di bawa pulang oleh para pengunjung museum. Tidak peduli sesuram apa dan seserem apa suatu museum tersebut, kalau Guide-nya bagus dan bisa menerangkan dengan baik maka museum tersebut tetap dianggap menarik. Salah satu museum yang sudah menerapkan hal ini adalah Museum Ulun di Yogyakarta.            Inti dari orang datang ke museum supaya berkunjung lagi adalah mereka mendapatkan ilmu atau cerita yang bagus dan menarik dari museum yang dia kunjungi agar bisa diceritakan dan direkomendasikan ke kerabat atau teman-temannya karena penasaran dengan pengalaman yang diceritakan sehingga jadi berminat untuk datang ke museum.

4.      Tantangan Museum pada Publikasi.
Berbeda dengan promosi yang berusaha lebih menyesuaikan produk dengan permintaan pasar atau masyarakat, maka publikasi berusaha menciptakan permintaan itu atau mempengaruhi permintaan dengan cara menonjolkan kesesuaian produk wisata dengan permintaan. Publikasi ini memiliki tiga tahapan pokok. Ketiga tahapan pokok tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a)      Penyebaran informasi
b)      Penanaman kepercayaan dan keyakinan
c)      Penjualan
Publikasi pada akhirnya bertujuan untuk menjual produk. Yang dimaksud dengan produk tersebut adalah produk wisata seperti benda-benda yang ada didalam museum. Karena selain memiliki fungsi-fungsi yang lain salah satu nya fungsi edukasi, museum juga memiliki sebagai pariwisata. Museum harus melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat umum agar masyarakat tersebut mengerti dan memahami apa makna dari museum, memahami hal-hal serta benda-benda dan nilai-nilai apa saja yang ada didalam museum. hal ini dilakukan agar masyarakat tidak mengsalah artikan dan memiliki salah anggapan mengenai museum. Informasi tersebut harus disampaikan secara akurat agar masyarakat luas benar-benar percaya dan yakin dengan apa yang ada didalam musem. Informasi yang disampaikan tidak boleh berlebihan, hal ini bertujuan agar tidak terjadi gambaran yang tidak tepat. Publikasi yang bisa lakukan, misalnya menyebarkan booklet tentang museum ke masyarakat umum, menginformasikan kepada masyarakat maupun publik mengenai museum beserta apa saja yang ada didalam museum, dan bahkan membuat iklan komersial di televisi, majalah, maupun radio, serta kunjungan museum kesekolah-sekolah dan kefestival daerah, mengadakan museum keliling dan lain sebaginya. 

B.       Permasalahan Museum.
Berdasarkan perkembangan museum di Indonesia, permasalahan yang dihadapi museum mengalami perbedaan-perbedaan sesuai dengan zamannya. Permasalahan yang terjadi secara umum di antaranya :
1)        Faktor Manusia.
Ada dua aspek yang dapat dihubungkan dalam faktor manusia sebagai tantangan dan permasalahan museum. Aspek yang pertama adalah aspek kehadiran masyarakat di museum, dan aspek yang kedua adalah aspek pendukungan ‘menghidupkan’ museum seperti kinerja pegawai museum dan pemerintah. Kedua aspek ini saling terkait, tidak bisa dilepaskan begitu saja secara terpisah. Pada zaman seperti sekarang ini mayoritas pengunjung yang datang ke museum adalah kalangan pelajar sekolah yang sedang melakukan studi wisata. Kelompok orang muda dan orang tua semakin malas mengunjungi museum. Fakta itulah yang membuat museum di Indonesia kian menjadi sebuah bangunan yang tidak dihiraukan lagi keberadaannya. Saat mengunjungi museum itu sendiri, sebagian besar pengunjung kurang mendapatkan informasi yang jelas mengenai koleksi yang dipamerkan. Selain itu, faktor dari kinerja para pegawai museum juga menjadi salah satu kendala pada museum di Indonesia. Dengan melihat antusiasme masyarakat yang menurun, secara tidak langsung membuat kinerja pegawai yang bekerja di museum juga ikut menurun. Mereka memperlakukan museum sebatas tempat bekerja, bukan menjadikan museum sebagai bagian dari  hidupnya yang penting
dan patut dikembangkan setiap saat, oleh karena hal tersebut, passion para pegawai museum juga dirasakan sangat kurang. Beberapa faktor utama yaitu jumlah pengunjung yang menurun dari waktu ke waktu, kondisi museum yang tidak ada pembaharuan, serta kurangnya pemerintah untuk meningkatkan animo masyarakat untuk berkunjung ke museum menjadi alasan mengapa kinerja para pegawai museum menurun.

2)      Faktor Ekonomi.
Faktor ekonomi menjadi salah satu permasalahan penting museum-museum di Indonesia. Kurangnya alokasi dana yang diberikan pemerintah menjadi alasan mengapa bangunan-bangunan museum tampak seperti tidak terurus dan tidak tercipta suatu atmosfer atraktif di dalam museum. Tanpa dana yang cukup, pegawai pada museum tersebut tidak mampu melakukan perubahan yang berarti untuk terus meningkatkan eksistensi museum di Indonesia. Untuk melakukan sebuah penelitian saja, diperlukan dana yang tidak sedikit dan waktu pelaksanaan yang bisa bertahun-tahun lamanya. Perusahaan-perusahaan swasta juga jarang sekali ada yang tertarik untuk memberikan sumbangan dana sebagai bantuan untuk pemeliharaan museum. Mereka lebih tertarik dengan menjadi sponsorship acara-acara yang bersifat hiburan dan komersial karena akan dikunjungi banyak masyarakat, berbeda dengan jumlah pengunjung yang mengunjungi museum sehingga mereka merasa tidak memberikan keuntungan apabila memberikan sumbangan dananya untuk pemeliharaan museum.
3)      Faktor Sosial Budaya.
Masyarakat di Indonesia pada khususnya memang tidak membiasakan diri untuk mengunjungi museum sebagai pusat hiburan, berbeda dengan kultur masyarakat barat yang memang menjadikan museum sebagai salah satu tempat hiburan, bukan hanya sebatas tempat mencari ilmu. Di tambah lagi berkembangnya televisi dan teknologi informasi seperti komputer, permainan-permainan elektronik yang menyebabkan banyak anggota masyarakat yang lebih tertarik di depan televisi  atau bermain permainan elektronik daripada berkunjung ke museum. Jika mereka membutuhkan informasi  tentang masa lampau, mereka lebih memilih mencari di internet seperti melalui Google dan Wikipedia.
4)      Faktor Citra Ruang.
Pandangan masyarakat umum mengenai citra ruang dari museum yang ada di Indonesia pada umumnya sering disimpulkan dengan kata kuno,kusam, dan ketinggalan. Museum dianggap kuno karena museum sering diidentikkan dengan citra tempat menyimpanan koleksi masa lalu dan benda yang tidak terpakai lagi. Museum dianggap kusam dikarenakan kebanyakan bangunan museum yang megah tidak dirawat dengan baik, cenderung kumuh dan kotor. Museum juga sering dianggap sebagai tempat yang ketinggalan zaman. Museum sering dikait-kaitkan dengan hal-hal yang mistis, seram, dan serius. Mistis disini diartikan klenik yaitu museum dikunjungi karena dianggap dapat memberikan berkah dan karomah secara gaib. Selain itu juga kesan tua dan bagian dari masa lalu membuat museum menjadi seram dan angker. Sedangkan museum dianggap tempat yang serius karena museum merupakan tempat yang kaku, ketat, dan banyak larangan ketika berada didalamnya. Museum dianggap kurang pergaulan. Karena merasa dirinya sudah baik padahal masih banyak kekurangan didalamnya, sehingga museum dianggap perlu dikasihani. Serta museum tidak ada dinamikanya alias statis karena isi museum selalu sama pada saat ini dan sepuluh tahun yang lalu, karenanya banyak pihak yang memberikan kritik terhadap perkembangan museum di Indonesia karena belum bisa mengelola dengan baik. Karena anggapan-anggapan seperti itu, membuat museum tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan masyarakat dan dikategorikan sebagai tempat yang cukup dikunjungi sekali, hal itu membuat museum selalu sepi. Apabila tidak ada perubahan sesegera mungkin, bagaimana para pengunjung akan berduyun-duyun ke museum jika mereka hanya melihat suasana yang membosankan. Maka museum akan semakin suram untuk kedepannya. Kondisi ini sangat mengenaskan sebagai suatu lembaga yang memfasilitasi informasi masa lalu dengan saat ini.
5)      Faktor Rusak dan hilangnya benda koleksi museum.
Rusaknya dan hilangnya koleksi benda museum kerap terjadi. Kerusakan pada benda koleksi museum terjadi karena temperatur yang tidak sesuai pada benda koleksi  karena terlalu panas atau terlalu dingin. Kelembaban yang tidak sesuai juga bisa menyebabkan kerusakan pada benda koleksi. Benda koleksi museum bisa rusak akibat polutan karena debu, bersifat asam atau basa, maupun zat berminyak yang lengket. Cahaya juga berpengaruh pada kerusakan koleksi benda museum. Selain itu juga raibnya sejumlah barang koleksi museum bisa diakibatkan karena kurangnya sistem keamanan museum, keteledoran cara mengelola museum, dugaan keterlibatan pihak dalam, dan dicuri atau diganti dengan yang palsu. Kasus pencurian benda bersejarah di museum sudah sering terjadi tetapi tidak pernah terungkap dengan tuntas. Ini membuktikan ketidakseriusan pemerintah dalam menjaga dan merawat cagar budaya.
C.      Solusi dalam Mengatasi Permasalahan Museum
Solusi dalam mengatasi permasalahan museum antara lain :
1.      Perlunya informasi lebih pada setiap benda yang dipamerkan di museum agar masyarakat lebih jelas dan menambah pengetahuan dalam mempelajari benda-benda museum yang dilihat.
2.      Perlunya meningkatan passion para pegawai museum.
3.      Perlunya pembaharuan pada kondisi museum serta perlunya perhatian pemerintah untuk meningkatkan animo masyarakat untuk berkunjung ke museum. Sehingga kinerja pegawai yang bekerja di museum ikut meningkat.
4.      Pemerintah juga perlu memberikan alokasi dana yang cukup agar bangunan-bangunan museum lebih terurus dan tercipta suatu atmosfer atraktif di dalam museum.
5.      Perlunya pegawai museum untuk mendekatkan diri atau bersosialisai kepada perusahaan-perusahaan swasta agar mereka tertarik untuk memberikan sumbangan dana sebagai bantuan untuk pemeliharaan museum.
6.      Perlunya masyarakat di Indonesia membiasakan diri untuk mengunjungi museum sebagai pusat hiburan.
7.      Merubah pandangan masyarakat umum mengenai citra ruang dari museum yang ada di Indonesia.
8.      Hindari naik-turunnya temperatur yang terlalu tinggi pada benda museum.
9.      Perlunya mengatur kelembaban yang tidak sesuai yang menyebabkan kerusakan pada benda koleksi.
10.  Perlunya keseriusan dalam menjaga benda-benda yang ada di museum, baik itu untuk masyarakat yang berkunjung ke museum, pegawai museum dan pemerintah. Agar tidak terjadi lagi hilangnya koleksi benda di museum.






BAB VIII
JENIS-JENIS MUSEUM DI DUNIA


A.      JENIS-JENIS MUSEUM
Museum yang ada di dunia dapat dibedakan melaui beberapa jenis klasifikasi. Museum memiliki type yang cukup banyak, mulai dari museum yang minimalis, kecil yang mencakup satu wilayah dengan objek tertentu, sampai ke museum yang mewah dan megah yang memiliki koleksi yang cukup lengkap dengan berbagai type atau kategori museum. Berikut daftar type, kategori atau kelompok museum
1. Kerajinan Tangan (Craft)
2. Antropologi dan Etnologi.
3. Arkeologi.
4. Sejarah.
5. Sejah Budaya (Culture History)
6. Sejarah Militer.
7. Museum anak-anak.
8. Taman Botani dan Zoologi (botanical and zoological garden) [1]



B.       Museum Tertutup dan Terbuka
Umumnya museum berupa sebuah gedung atau bangunan, sebagai tempat menyimpan dan memamerkan koleksi. Ini untuk melindungi seluruh koleksi dari pengaruh panas, hujan, dan yang paling penting dari gangguan tangan-tangan jahil manusia. Museum seperti ini diistilahkan museum tertutup. Ada juga museum yang berada di luar ruangan. Namanya museum terbuka atau museum lapangan. Nama kerennya open air museum atau site museum. Koleksi dalam museum terbuka atau museum lapangan sangat besar, sehingga tidak bisa dipindahkan. Karena itu tetap dilestarikan di halaman, dalam ujud benda cagar budaya. Museum terbuka yang paling dikenal adalah Taman Wisata Candi Borobudur dan Taman Purbakala Nasional Banten Lama. Museum tertutup dan terbuka sama sama memiliki fungsi yang sama dengan museum lainnya yaitu:
a. Cermin sejarah manusia, alam, dan kebudayaan
b. Media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan
c. Objek wisata
d. Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah
e. Pusat penikmatan karya seni
f. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa
g. Sarana untuk bersyukur dan mengingat kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa
h. Suaka alam dan Suaka Budaya
i. Pusat transpormasi ilmu untuk umum

C.      Museum Keliling / Museum Mobil
Ada juga yang disebut museum keliling atau museum mobil. Biasanya museum ini berkeliling dari satu tempat ke tempat lain menggunakan mobil yang didesain secara khusus. Meskipun koleksi yang dipamerkan tidak banyak, museum mobil dapat memberikan apresiasi kepada warga untuk mencintai peninggalan-peninggalan masa lalu bangsanya. Yang dipamerkan dalam musem keliling atau museum mobil adalah benda-benda kecil seperti batu-batuan dan replika replika unik yang bukan hanya sebagai Media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai Objek wisata dan Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa. Dengan adanya Museum Berjalan, dari semua hal yang ada di kawasan sekitar ataupun dari luar wilayah tersebut dapat menjadi objek wisata. Mulai dari gedung tua, batu-batuan, hasil dari budaya lama dan lain-lain. "Banyak orang menilai bahwa isi dari museum membosankan, dengan adanya museum keliling akan menarik minat pengunjung karna di museum keliling dirancang semenarik mungkin. Agar lebih menarik, perlu didesain kelengkapan pendukung museum berjalan tersebut. Misalnya, pamflet informasi mengenai kawasan, peta, petunjuk jalan, dan seragam untuk tour guide dan petugas di sana. Perancangan Desain Pengembangan Permainan Tradisional ‘Macanan’ Sebagai Media Edukasi Anak Kelas 5 SD", milik Sonny Tiara Kurniawan; "Perancangan Komunikasi Visual tentang Cerita Rakyat Indonesia untuk Menanamkan Rasa Nasionalisme Pada Anak Usia 8–12 tahun" milik Sisca Utoyo, proyek Sofie Marcia Prayitno berjudul "Peranan Desain Komunikasi Visual Dalam Iklan Layanan Masyarakat Pencegahan DM Non-Insulin Melalui Pengaturan Pola Makan di Jawa Tengah

D.      Jenis Museum Berdasarkan Kedudukannya
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8MJn2Ot4X3l5Ikwahqor-yUrYRFg6Ik4SV8QR9d223Z0dT5pi1SH0PMROrS3pB6wNtO3HZuPQWeG6LzZrLuwirQn7SDAuC4WWh-qVhUvOAVjUz2RY1J-Z-W8TiSklLjsKgcvcRUDXauU/s320/museum-nasional-2008_8.jpg

1. Museum Nasional

Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional. Museum Nasional, yang menjadi urusan Pemerintah yang menggambarkan warisan sejarah dan kebudayaan nasional. Contoh dari Museum Nasional adalah Museum Gajah yang banyak mengoleksi benda-benda kuno dari seluruh Nusantara. Antara lain yang termasuk koleksi adalah arca-arca kuno, prasasti, benda-benda kuno lainnya dan barang-barang kerajinan. Koleksi-koleksi tersebut dikategorisasikan ke dalam etnografi, perung-gu, prasejarahkeramik, tekstil, numismatik, relik sejarah, dan benda berharga. Catatan di website Museum Nasional Republik Indonesia pada tahun 2001 menunjukkan bahwa koleksi telah mencapai 109.342 buah. Jumlah koleksi itulah yang membuat museum ini dikenal sebagai yang terlengkap di Indonesia. Pada tahun 2006 jumlah koleksi museum sudah melebihi 140.000 buah, meskipun hanya sepertiganya yang dapat diperlihatkan kepada khalayak. Sebelum gedung Perpustakaan Nasio-nal RI yang terletak di Jalan Salemba No. 27, Jakarta Pusat didirikan, koleksi Museum Gajah juga meliputi naskah-naskah manuskrip kuno. Naskah-naskah tersebut dan koleksi perpustakaan Museum Gajah lainnya kini disimpan di Perpustakaan Nasional. Sumber koleksi banyak berasal dari penggalian arkeologis, hibah kolektor sejak masa Hindia Belanda dan pembelian. Koleksi keramik dan koleksi etnografi Indonesia di museum ini cukup lengkap. Koleksi yang menarik adalah patung Bhairawa. Patung yang tertinggi di Museum Nasional ini (414 cm) merupakan manifestasi dari Dewa Lokeswara atau Awalokiteswara, yang merupakan perwujudan Boddhisatwa  (pancaran-Buddha) di Bumi. Patung ini berupa laki-laki berdiri di atas mayat dan deretan tengkorak serta memegang cangkir terbuat dari tengkorak di tangan kiri dan keris pendek dengan gaya Arab di tangan kanannya. Diperkirakan, patung yang ditemukan di Padang RocoSumatera Barat ini berasal dari abad ke 13 - 14. Koleksi arca Buddha tertua di museum ini berupa arca Buddha Dipangkara yang terbuat dari perunggu disimpan dalam Ruang Perunggu dalam kotak kaca tersendiri. Sementara itu, arca Hindu tertua di Nusantara, yaitu Wisnu Cibuaya (sekitar abad ke-4 M) terletak di Ruang Arca Batu. Koleksi ini dipajang tanpa teks label dan terhalang oleh arca Ganesha dari Candi Banon.

2. Museum Propinsi
Museum Propinsi, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum berada. Salah satu contohnya adalah Museum Provinsi Sulawesi Utara yang dibangun untuk menyimpan semua dokumen yang terkait dengan budaya lokal, sejarah dan seni di Provinsi Sulawesi Utara. Museum ini memiliki koleksi lengkap yang terdiri dari 10 kategori yaitu: geologi, biologi, etnografi, arkeologi, sejarah, pengetahuan tentang pengumpulan mata uang, filologi, ceramologi, seni dan teknologi. Museum Sulawesi Utara dibangun untuk mengdokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan sejarah alam, manusia dan kebudayaan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara.

E.       Klasifikasi Museum Menurut Pengelolaannya
Dari segi pengelolaannya, museum juga terbagi dua, yaitu museum pemerintah atau museum negeri dan museum swasta atau museum pribadi.
1. Museum Swasta, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh swasta. Museum yang di kelola oleh swasta masih diperhatikan oleh pemerintah, karna benda-benda museum tidak dapat diperjual belikan secara bebas. Contohnya ari museum swasta adalah Museum Adam Malik (kini sudah tutup), Museum Affandi, Museum Dullah, dan Museum Suteja Neka.
2.. Museum Pemerintah dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga-lembaga milik pemerintah. Contohnya Museum Nasional (pemerintah pusat), Museum Sejarah Jakarta (pemerintah daerah DKI Jakarta), dan Museum Satria Mandala (TNI).[2]

F.       Tipe-Tipe Museum
Museum memiliki beragam tipe, dari institusi yang besar dan mencakup banyak kategori, hingga institusi kecil yang memusatkan diri kepada subyek tertentu, lokasi, atau seseorang. Selain itu terdapat museum universal yang koleksinya merepresentasikan dunia dan biasanya koleksinya diantaranya seni, ilmu pengetahuan, sejarah dan sejarah alam. Tipe dan ukuran museum tercermin dalam koleksinya. Sebuah museum biasanya memiliki koleksi inti yang merupakan benda terpenting di bidangnya. Kategori museum-museum tersebut diantaranya:

a)        Museum Arkeologi
Museum arkeologi merupakan museum yang mengkhususkan diri untuk memajang artefak arkeologis. Museum arkeologi banyak yang bersifat museum terbuka (museum yang terdapat di ruang terbuka atau Open Air Museum). Di Indonesia  contoh dari museum arkeologi adalah Museum Trowulan di Trowulan, Jawa Timur. Arkeologi pada masa sekarang merangkumi berbagai bidang yang berkait. Sebagai contoh, penemuan mayat yang dikubur akan menarik minat pakar dari berbagai bidang untuk mengkaji tentang pakaian dan jenis bahan digunakan, bentuk keramik dan cara penyebaran, kepercayaan melalui apa yang dikebumikan bersama mayat tersebut,

pakar kimia yang mampu menentukan usia galian melalui cara seperti metoda pengukuran karbon 14. Sedangkan pakar genetik yang ingin mengetahui pergerakan perpindahan manusia purba, meneliti DNAnya. Contoh musium arkeologi adalah Museum Arkeologi yang terletak di Desa Bedulu Kecamatan Blahbatuh gianyar. Di dalam museum ini terdapat koleksi koleksi peninggalan purbakala dari jaman peralihan berkembangan manusia pada kebudayaan Hindu – Buddha ,Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Museum Arkeologi (Museum Gedung Arca) merupakan museum yang dalam pengelolaanya merupakan bagian dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali Wilayah Kerja Propinsi Bali, NTB, dan NTT (BP3 Bali). Sejarah pendirian museum bermula dari gagasan dari Prof.Dr.R.P. Soejono dan Drs. Soekarto K.Atmojo (Mantan Kepala Dinas Purbakala Bali).Untuk memajangkan/memamerkan benda cagar budaya yang telah berhasil dilestarikan sejak berdirinya Jawatan Purbakala tahun 1950.
Museum Arkeologi dengan koleksi unggulan berupa benda cagar budaya dari masa prasejarah dan sejarah yang seluruhnya berasal dari hasil pelestarian di wilayah Provinsi Bali. Secara resmi dibuka oleh Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 14 September 1974. Bangunan Museum Arkeologi didirikan di atas tanah seluas 5165 m², dengan pembagian halamannya menyerupai pura yang terdiri dari tiga halaman yaitu : halaman luar, halaman tengah, dan halaman dalam. Di halaman luar (jaba sisi) terdapat sebuah wantilan tempat mengadakan pertemuan. Di halaman Tengah (jaba tengah) terdapat 4 buah gedung tempat memajangkan koleksi dan dihalaman dalam (jeroan) terdapat 6 buah balai pelindung yang juga berfungsi untuk memajang koleksi. Koleksi Museum Arkeologi Gedung Arca saat ini berjumlah 185 buah yang terdiri dari dua kelompok yaitu dari masa prasejarah dan sejarah. Koleksi dari masa prasejarah di mulai dari jaman batu sampai jaman perunggu dan masa sejarah di mulai dari abad ke- 8 M sampai abad ke- 15 M. Koleksi-koleksi tersebut dipamerkan di halaman tengah, halaman dalam dan di depan Padmasana. Koleksi di museum ini berupa Paleolitik, Mesolitik, Neolitik, Perundagian, Sarkopagus, Stupika Tanah Liat, Benda Perunggu, Meterai Tanah Liat, Lingga, Arca Dwarapala, Replika, Keramik, dan Periuk. Diantara koleksi benda-benda prasejarah ini terdapat juga alat-alat dari batu, tulang dan lain-lainnya. Yang sangat menarik perhatian adalah beberapa buah peti mayat (sarkopagus) yang berasal dari berbagai tempat di Bali. Sarkopagus itu pada umumnya berbentuk seperti kura-kura, mempunyai tonjolan pada sisi depan dan sisi belakangnya atau pada sisi sampingnya. Diantara tonjolan-tonjolan ini ada yang dihiasi dengan pahatan kedok muka yang memperlihatkan mata bulat atau membelalak, mulut menganga dengan lidah menjulur. Koleksi lainnya adalah stupika dari Pejeng, arca perunggu dan lain-lainnya

b)    
https://goindonesia4fe4prod.blob.core.windows.net/media/Default/Page/id/indonesia/jawa/jakarta/seni_budaya/museum_jakarta/museum_seni_rupa_dan_keramik/senirupa.jpg

Museum Seni

Museum seni, lebih dikenal dengan nama galeri seni, merupakan sebuah ruangan untuk pameran benda seni, mulai dari seni visual yaitu diantaranya lukisan,  gambar, dan patung. Beberapa contoh lainnya adalah seni keramik, seni logam dan  furnitur. Contoh dari museum seni ini di Eropa adalah merbach-Cabinet di Basel, yang awalnya merupakan koleksi pribadi yang dijual kepada pemerintah kotaBasel pada tahun 1661, dan menjadi museum untuk umum sejak tahun 1671. Saat ini, museum ini bernama Kunstmuseum Basel. Museum yang mengkhusus-kan diri sebagai museum seni, merupakan suatu hal yang baru. Salah satu yang pertama adalah Hermitage Museum diSaint Petersburg yang dibangun pada tahun 1764. Di Indonesia, contoh dari museum seni adalah museum seni rupa dan keramik  Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik ini dibangun pada tahun 1870. Sebagai Lembaga Peradilan tertinggi Belanda (Raad van Justitie), kemudian pada masa pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan Indonesia gedung ini dijadikan sebagai asrama militer. Dan di gedung ini pula terdapat Museum Keramik yang diresmikan oleh Bapak Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta) pada tanggal 10 Juni 1977, kemudian pada tahun 1990 sampai sekarang menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik.
Museum ini memiliki 500-an karya seni rupa terdiri dari berbagai bahan dan teknik yang berbeda seperti patung, totem kayu, grafis, sketsa, dan batik lukis. Diantara koleksi-koleksi tersebut ada beberapa koleksi unggulan dan amat penting bagi sejarah seni rupa di Indonesia, antara lain lukisan yang berjudul ‘Pengantin Revolusi’ karya Hendra Gunawan, ‘Bupati Cianjur’ karya Raden Saleh, ‘Ibu Menyusui’ karya Dullah, ‘Seiko’ karya S.Sudjojono, dan ‘Potret Diri’ karya Affandi. Patung yang bercirikan klasik tradisional dari Bali, totem kayu yang magis dan simbolis karya I Wayan Tjokot dan keluarga besarnya. Totem dan patung kayu karya para seniman modern, antara lain G.Sidharta, Oesman Effendi, disusul karya-karya ciptaan seniman lulusan akademis, misalnya Popo Iskandar, Achmad Sadali, Srihadi S, Fajar Sidik, Kusnadi, Rusli, Nashar, Zaini, Amang Rahman, Suparto, Irsam, Mulyadi W, Abas Alibasyah, Amri Yahya, AS Budiman, Barli, Sudjana Kerton, dan banyak seniman dari berbagai daerah.

c)         Museum Biografi
Museum Biografi merupakan museum yang didedikasikan kepada benda yang terkait dengan kehidupan seseorang atau sekelompok orang, dan terkadang memajang benda-benda yang mereka koleksi. Beberapa museum terletak di dalam rumah atau situs yang terkait dengan orang yang bersangkutan pada saat dia hidup. Contoh dari museum ini adalah Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie yang menceritakan kisah hidupnya dari saat lahir hingga saat ini, dan juga mencatat penghargaan penghrgaan jasa-jasa dan karya karya yang telah dibuatnya seperti membuat  
* Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
* Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
* Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
* CN – 235
* N-250

Dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
• Helikopter BO-105.
• Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
• Beberapa proyek rudal dan satelit.

d)     Museum anak
Museum anak Buell di Pueblo, Coloradomerupakan museum anak peringkat ke-2 di Amerika serikat oleh Child Magazine.  Museum anak merupakan institusi yang menyediakan benda pameran dan program acara untuk menstimulasi pengalaman informal anak. Berlawanan dengan museum tradisiona; yang memiliki peraturan untuk tidak menyentuh benda pameran, museum ini biasanya memiliki benda yang dirancang untuk dimainkan oleh anak-anak. Museum anak kebanyakan merupakan organisasi nirlaba dan dikelola oleh sukarelawan atau oleh staf profesional dalam jumlah yang kecil. Contoh dari museum anak ini adalah Museum Anak Kolong Tangga yang terletak di Yogyakarta. Pada museum ini terdapat beberapa mainan anak tradisional. Koleksi Museum Anak Kolong tidak semata tentang mainan dan permainan tradisional, tetapi juga segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia anak. Saat ini Museum Anak Kolong Tangga memiliki hampir 9.000 koleksi, terdiri dari mainan, permainan, buku cerita, poster, gambar, dan lain-lain dari Indonesia dan dunia. Karena keterbatasan ruang, kami hanya bisa menampilkan 300-500 saja dan sisanya disimpan di gudang sekretariat kami. Hampir 80% dari koleksi museum, merupakan sumbangkan Pak Rudi Corens untuk Yayasan Dunia Damai. Sisanya, berupa sumbangan dari para donatur dan sponsor untuk memperkaya koleksi kami. Selain itu kami juga melakukan pertukaran koleksi dengan museum anak-anak lain, salah satunya Hungaria. Museum Anak Kolong Tangga buka dari Selasa-Jumat dan pada 09.00-16.00. Pada hari Senin, museum ditutup untuk perawatan. Koleksi mainan di museum anak kolong tangga ini bukan mainan modern hasil pabrikan, tetapi mainan anak tradisional asli buatan tangan yang mengandung usur budaya, tradisi, dan mitos pada jamannya, seperti kuda- kudaan kayu, mainan motor dari kayu, miniatur rumah- rumahan mainan, gasing dari dalam dan luar negeri, mainan yang terbuat dari kertas dan masih banyak yang lainnya, yang pastinya bisa membuat anak anda senang dan mendapatkan banyak pelajaran.

e)      Museum Universal
Museum universal atau dikenal pula dalam bahasa Inggris sebagai Museum encyclopedic, merupakan museum yang umum kita jumpai. Biasanya merupakan institusi besar, yang bersifat nasional, dan memberikan informasi kepada pengunjung mengenai berbagai variasi dari tema lokal dan dunia. Museum ini penting karena meningkatkan rasa keingin-tahuan terhadap dunia.  Contoh museum universal adalah British Museum di LondonInggris. Di museum itu bnyak memamerkan  kebudayaan purbakala, British Museum termasuk dalam. Museum  megah yang hingga kini tidak dikenakan biaya masuk, menyimpan banyak peninggalan budaya bersejarah dari berbagai bangsa. Objek yang menarik perhatian para pengunjung museum tersebut yaitu banyaknya mumi asal Mesir yang dipajang di etalase berikut peti matinya. Salah satu mumi yang dipajang adalah jasad Cleopatra, ratu cantik nan kontroversial zaman Kerajaan Mesir. Sebagai salah satu pusat kebudayaan modern, di London bertebaran gedung-gedung teater yang menyajikan berbagai macam pertunjukan. Mulai dari yang karya-karya klasik Shakespeare dan "Les Miserables"-nya Victor Hugo hingga pertunjukan modern macam drama musikal kelompok musik The Queen berjudul "We Will Rock You" dan "Lion King". 
f)       Museum Etnologi
Museum Indonesia di TMII dibangun dengan Arsitektur Bali, merupakan museumetnologi yang memajang berbagai artefakdan cara hidup suku bangsa di Indonesia. Museum etnologi merupakan museum yang mempelajari, mengumpulkan, merawat, dan memamerkan artefak dan obyek yang berhubungan denganetnologi da  antropologi. Museum seperti ini biasanya dibangun di negara yang memiliki kelompok etnis atau etnis minoritas yang berjumlah banyak. Contoh dari museum ini adalah Museum Indonesia di TMII.

g)     
inggit_ruang_1.jpg

Museum Rumah Bersejarah

Museum rumah bersejarah, atau yang lebih dikenal dengan rumah bersejarah merupakan yang terbanyak jumlahnya di dunia dari kategori museum sejarah  Museum ini biasanya beroprasi dengan dana yang terbatas dan staff yang sedikit. Kebanyakan dikelola oleh relawan dan sering kali tidak memenuhi syarat untuk menjad  museum profesional. Contoh dari rumah bersejarah ini di Indonesia adalah Contoh Rumah Inggit Garnasih Rumah Inggit Garnasih merupakan bangunan cagar budaya, heritage bagi bangsa Indonesia, sesuai Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, harus dilindungi dan dilestarikan karena memiliki nilai sejarah yang tinggi bagi bangsa dan negara Indonesia. Berfungsi bagi pemahaman, pengembangan dan pemanfaatan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pariwisata demi pemupukan kesadaran jatidiri bangsa dan kepentingan nasional. Keberadaan rumah Ibu Inggit Garnasih masih belum banyak diketahui masyarakat umum, 'bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah' tentunya kita akan berusaha menggali jejak-jejak anak bangsa terdahulu kita yang telah mengukirkan hasil karya terbaiknya untuk bangsa. Mengacu pada catatan dan bukti sejarah, bahwa rumah mungil di Jalan Ciateul itu ditempati Inggit Garnasih dan Soekarno sejak tahun 1926 sampai dengan pertengahan 1934. Saat itu rumah masih berbentuk panggung.

Sebelum Soekarno dan Inggit Garnasih dibuang ke Ende, Flores, maupun Bengkulu, tanah dan rumah itu mempunyai andil besar mewarnai perjalanan perjuangan Soekarno sebagai Bapak Bangsa dan sebagai tempat bertemunya Soekarno dengan kawan-kawan seperjuangannya berdiskusi untuk mencapai Indonesia Merdeka. Pemikiran, konsep, serta ide yang selalui didiskusikannya itu akhirnya melahirkan PNI 4 Juli 1927, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan sebagai ganti dari PNI dibentuk PARTINDO 29 April 1931. Bagi para pejuang kemerdekaan dan rakyat Indonesia mempunyai ikatan batin dengan tempat tersebut, karena di tempat itulah pernah menjadi dapurnya perjuangan sebagai tempat berkumpulnya para pelopor kemerdekaan seperti Suyudi, Agus Salim, Ki Hajar Dewantoro, HOS Tjokroaminoto, Kyai Haji Mas Mansur, Sartono, Hatta, Moh. Yamin, Ali Sastro, Asmara Hadi, Ibu Trimurti, Otto Iskandardinata, Dr. Soetomo, M.H. Thamrin, Abdoel Muis, Sosro Kartono (kakak dari Ibu Kartini), dan lainnya saling adu intelektual untuk menciptakan satu rasa dalam membangun bangsa, mewujudkan cita-cita kemerdekaan bagi negara Indonesia. Bahkan ketika Soekarno dimasukkan kedalam penjara Banceuy dan Sukamiskin, di rumah itu Inggit Garnasih berjuang sendirian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan Soekarno di penjara dengan cara menjahit baju, menjual kutang, bedak, rokok, dan menjadi agen sabun dan cangkul walaupun kecil-kecilan.

Pada waktu terjadinya penyerangan Agresi Militer Belanda I dan II (1946-1949) dan terjadi Bandung Lautan Api, Inggit beserta anak cucunya mula-mula mengungsi ke Banjaran, kemudian ke Garut di sebuah desa dekat Leles. Pada akhir tahun 1949, Inggit kembali ke Bandung dan menetap di rumah H. Doerrasjid di Gedung Bapa Rapi dan mengutarakan ingin memiliki rumah sendiri seperti dulu. Atas prakarsa Asmara Hadi menantunya dengan dibantu rekan-rekan seperjuangannya seperti Winoto, Supardi, Ibu S.K. Trimurti, Ibu Rusiah Sardjono, Gatot Mangkoepradja, A.M. Hanafi dan lainnya, terkumpullah sejumlah dana untuk membeli sebuah tanah dan membangun sebuah rumah.  Di sinilah sejarah berulang ternyata tanah yang dibeli dan yang akan dibangun rumah untuk Inggit adalah tanah yang dulu berdiri rumah panggung tempat tinggal Inggit dan Soekarno di Jalan Ciateul, Astana Anyar.Pembangunan rumah dipercayakan kepada Sugiri. Tahun 1951 rumah mungil dengan gaya Belanda telah selesai, maka sejak itulah Inggit menetap sampai akhir hayatnya.
h)     Museum sejarah
Museum sejarah mencakup pengetahuan sejarah dan kaitannya dengan masa kini dan masa depan. Beberapa di antara museum tersebut memiliki benda koleksi yang sangat beragam, mulai dari dokJumen, artefak dalam berbagai bentuk, benda sejarah yang terkait dengan even kesejarahan tersebut. Ada beberapa macam museum sejarah, diantaranya, rumah bersejarah yang merupakan bangunan yang memiliki nilai sejarah atau arsitektural yang tinggi. Kedua adalah situs bersejarah yang menjadi museum, seperti Pulau Robben. Ketiga adalah museum ruang terbuka atau disebut juga dengan nama open air museum. Pada museum ini, para masyarakat yang berada di dalamnya berusaha untuk membuat ulang kehidupan pada suatu waktu dengan sebaik mungkin, termasuk diantaranya bangunan dan bahasa.
.
i)        Museum maritim
Museum maritim merupakan museum yang mengkhususkan diri kepada peresentasi sejarahbudaya atau arkeologi maritim. Mereka menceritakan kaitan antara masyarakat dengan kehidupan yang berkaitan dengan air atau maritim. Terdapat beberapa jenis museum maritim, diantaranya:
1.        Museum arkeologi maritim yang menceritakan mengenai kaitan arkeologi dengan maritim. Museum ini biasanya memajang dan mengawetkan kapal karam dan artefak yang terkait dengan lingkungannya.
2.        Museum sejarah maritim, merupakan museum yang mengedukasi masyarakat mengenai sejarah maritim di suatu komunitas atau masyarakat. Contoh dari museum ini adalah Museum Maritim San Francisco dan Mystic Seaport. Museum militer maritim. Contoh dari museum ini adalah Museum Nasional Angkatan Laut Amerika Serikat. Contoh lainnya adalah Museum Laut, Udara dan Luar Angkasa Intrepid.
j)      
Fort Vredeburg.jpg

Museum militer dan perang

Museum militer merupakan museum yang mengkhususkan diri terhadap sejarah militer. Benda yang biasa dipamerkan pada museum ini contohnya adalah senjata, seragam militer, dan bahkan kendaraan perang. Contoh dari museum ini adalah Museum Benteng Vredeburg. Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah benteng  yang terletak di depan Gedung Agung dan istana Kesultanan Yogyakarta. Sekarang, benteng ini menjadi sebuah museum.

 Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini terdapat diorama nmengenai sejarah Indonesia. Selanjutnya Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi yaitu sebagai museum khusus merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala yang bertugas melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural mengenai benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta.
k)    
mzb_primata.jpg

Taman Botani dan Zoologi (botanical and zoological garden) 

Kebun binatang atau taman margasatwa juga dimasukkan ke dalam kategori museum. Bahkan istilah museum melingkupi lembaga-lembaga yang memamerkan spesimen-spesimen hidup, seperti suaka margasatwa, kebun raya, taman anggrek, herbarium, akuarium, dan oseanorium. Bidang Zoologi telah mengembangkan koleksi binatang awetan dan binatang hidup untuk penelitian ilmiah. Koleksi ilmiah untuk kepentingan penelitian meliputi beberapa kelompok sebagai berikut:
1. Mamalia
Terdiri dari berbagai jenis binatang menyusui yang dikumpulkan dari berbagai kepulauan di Indonesia. Jumlah koleksi 650 jenis, terdiri dari 30.000 contoh binatang (spesimen).
2. Ikan
Berbagai jenis ikan yang menjadi kekayaan koleksi terdiri dari 12.000 jenis yang diwakili oleh 140.000 contoh binatang.
3. Burung
Dikumpulkan dari wilayah Indonesia Timur dan Barat. Jumlah seluruhnya 1000 jenis, meliputi 30.762 contoh binatang.
4. Reptil dan Amfibi
Di daerah tropis, terutama di Indonesia jumlahnya tidak banyak. Koleksi yang tersimpan tercatat 763 jenis, diwakili oleh 19.937 contoh.
5. Moluska
Kekayaan koleksi moluska di Indonesia tercatat 959 jenis yang diwakili oleh 13.146 contoh.
6. Serangga
Adalah kelompok binatang yang paling banyak jumlahnya. Koleksi serangga tercatat 12.000 jenis, diwakili 2.580.000 contoh spesimen.
7. Invertebrata lain
Terdiri dari jenis-jenis invertebrata bukan moluska dan serangga. Koleksi yang terkumpul ada 700 jenis diwakili oleh 1.5558 contoh.

PAMERAN MUSEUM ZOOLOGI BOGOR
Merupakan unit dari Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI yang merupakan penjabaran dari tugas pelayanan masyarakat umum untuk jasa ilmu pengetahuan zoologi. Unit ini mempunyai tugas memperkenalkan keanekaragaman fauna nusantara dalam bentuk awetan binatang dan replika, dengan harapan pengunjung dapat lebih mengenal kekayaan fauna nusantara, dan untuk meningkatkan kepedulian dan kecintaan generasi muda akan fauna nusantara, serta menunjang usaha pelestariannya.

l)        Museum planetarium dan observatorium
Museum dalam wujudnya yang lain berupa planetarium dan observatorium. Keduanya adalah tempat untuk melihat benda-benda angkasa. Apapun namanya, pada prinsipnya museum memamerkan segala jenis benda mati dan benda hidup untuk kepentingan masyarakat.
Ditinjau dari ilmu yang menaunginya, museum ditangani oleh bidang pengetahuan alam, pengetahuan sosial, dan pengetahuan budaya. Dengan demikian museum mencakup segala bidang kehidupan. Artinya, benda apa pun bisa dimasukkan ke dalam museum Contohnya adalah Planetarium dan Observatorium Jakarta merupakan satu dari tiga wahana simulasi langit di Indonesia selain di KutaiKalimantan Timur, dan SurabayaJawa Timur. Planetarium tertua ini letaknya di Taman Ismail MarzukiJakarta. Planetarium Jakarta merupakan sarana wisata pendidikan yang dapat menyajikan pertunjukan / peragaan simulasi perbintangan atau benda-benda langit. Pengunjung diajak mengembara di jagat raya untuk memahami konsepsi tentang alam semesta melalui acara demi acara. Planetarium Jakarta berdiri tahun 1964 diprakarsai Presiden Soekarno dan diserahkan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 1969. Di tempat ini juga tersedia ruang pameran benda- benda angkasa yang menyuguhkan berbagai foto serta keterangan lengkap dari berbagai bentuk galaksi, teori-teori pembentukan galaksi disertai pengenalan tokoh-tokoh di balik munculnya teori. Di ruang pameran ini, ada juga pajangan baju antariksa yang digunakan mengarungi angkasa, termasuk mendarat di bulan. Beberapa peralatan lain untuk pengamatan antariksa turut dipamerkan.Selain pertunjukan Teater Bintang dan multimedia / citra ganda, Planetarium & Observatorium Jakarta juga menyediakan sarana prasarana observasi benda-benda langit melalui peneropongan secara langsung, untuk menyaksikan fenomena / kejadian-kejadian alam lainnya, seperti gerhana bulangerhana mataharikomet dan lain-lain.



G.      Museum yang ada di luar negri
1. Museum Madame Tussauds
Museum Madame Tussauds Termasuk dalam museum khusus, itu dikarnakan musium ini hannya menampilkan satu jenis objek ilmu pengetahuan atau kesenian. Museum lilin ini terkenal di London, Inggris, Amerika dengan cabang-cabang di beberapa kota besar di dunia. Museum ini pertama kali didirikan oleh pematung lilin Marie Tussaud. Di tempat-tempat bebas untuk berfoto bersama patung-patung lilin orang ternama di seluruh dunia, mulai dari artis-artis Hollywood seperti Kate Winslet dan Bruce Willis hingga artis Bollywood seperti Shah Rukh Khan dan Madhuri Dixit. Ada juga tokoh-tokoh kenegaraan seperti Barack Obama hingga tokoh keagamaan seperti Mother Teresa dan Mahatma Gandhi. Tokoh-tokoh olahraga pun juga sudah dibuatkan patungnya di tempat ini.  Tokoh terbaru yang dibuat patungnya adalah Lionel Messi. Bintang-bintang James Bond yang fenomenal pun ada di Madame Tussauds, dari Pierce Brosnan sampai Daniel Craig. Sehingga museum ini dapat di jadikan tempat pariwisata. Hiburan yang paling baru dari Museum Madame Tussauds, London, adalah Marvel Super Heroes 4D, di mana sahabat wisata muslim bisa menikmati pengalaman seru dalam ruang bertemakan petualangan tokoh-tokoh super hero dari Marvel Comics. Ada Hulk, Spider-Man, Wolverine, dan Iron Man. Di sini, pengunjung akan dibawa dalam sebuah arena interaktif dengan efek spesial berupa guncangan, getaran, sampai percikan air.

2. Diefenbunker
Museum unik ini terletak di gedung Samuels di Universitas New South Wales, Sydney, Australia. Didirikan pada awal tahun 1960 oleh professor Donald Wilhelm, museum ini menyuguhkan fakta-fakta seputar perubahan pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Lebih dari 2.700 contoh jaringan manusia diawetkan dengan formalin dan dipajang di museum ini. Seluruh contoh tersebut diperoleh dari organ-organ tubuh manusia hasil operasi atau otopsi. Masing-masing contoh dilengkapi dengan informasi klinis, penjelasan makroskopik dan hispatologikal. Paling langka di antara semua contoh jaringan tersebut adalah jaringan dari penyakit difteria yang berusia lebih dari 60 tahun. Nilai koleksi museum ini diprediksi mencapai sekitar USD 2 juta. Tidak hanya memajang koleksinya, the Donald Wilhelm Museum of Human Disease juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para pengunjungnya akan hidup sehat dan menjaga gaya hidup serta tingkah laku yang baik.

3. Museum Fossa Magna
Museum yang terletak di Perfektorat Niigata, kira-kira 400 km sebelah barat lautTokyo, menandai satu fenomena geologis besar di Pulau Honshu, yaitu pertemuan dua lempeng yang saling berinteraksi dalam proses tektonik yang menghasilkan zona deformasi besar. Zona ini membagi Pulau Honshu bagian timur dan barat, kira-kira tepat pada tekukan bentuk pulau ini yang mirip huruf J. Itulah mengapa kawasan itu disebut Fossa Magna, yang berarti Retakan Besar. Tema Museum Fossa Magna mengoleksi dan menyajikan berbagai jenis batuan dan fosil yang didapat sejak penelitian orang Jerman Naumann di abad ke-19 hingga temuan mutakhir di zona tektonik itu. Displainya sangat menarik. Di antaranya kupasan asli batuan sedimen sepanjang hampir 10 m yang dipotong langsung dari lapangan. Masuk museum ini kita harus membayar tiket masuk cukup mahal, yaitu 500 yen. Museum Fossa Magna sekarang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Itoigawa Geopark. Museum terakhir yang menjadi topik di tulisan ini adalah museum sejarah alam di Nagatoro, Perfektorat Saitama, kira-kira 70 km utara Tokyo. Museum ini menyatu dengan lingkungan sekitarnya yang merupakan cagar alam batuan sekis-filit. Dengan demikian, bagian luar museum juga merupakan kawasan museum yang batuan metamorfosisnya dilindungi dan dilarang untuk dikoleksi pengunjung.
H.      Museum sebagai Edukasi dan Rekreasi
Museum adalah sebuah lembaga yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tugas utama museum adalah di bidang pengadaan, pengawetan, penelitian, dan penyebaran informasi koleksi kepada masyarakat untuk tujuan pendidikan (edukasi) dan kesenangan (rekreasi). Karena itu museum bersifat rekreatif edukatif, dengan catatan faktor rekreatif lebih ditonjolkan namun tetap memperhatikan faktor edukatif. Banyak orang selalu memperban-dingkan museum dengan tempat-tempat rekreasi macam Ancol dan Taman Mini. Memang jumlah pengunjung museum boleh dibilang belum ada apa-apanya. Hal ini mengingat kedua tempat rekreasi itu mampu menyedot jutaan pengunjung per tahun, meskipun harga karcis masuknya jauh di atas harga karcis masuk museum. Selain Museum Nasional yang menyedot pengunjung terbesar, termasuk wisatawan mancanegara, museum-museum lain berada jauh di bawah itu. Bahkan kabarnya ada sejumlah museum yang hanya didatangi belasan hingga puluhan pengunjung per tahun. Salah satu museum pendidikan yang berperan mencerdaskan kehidupan bangsa adalah Museum Anatomi. Museum ini milik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai laboratorium pendidikan bagi para mahasiswanya. Berbeda dari umumnya museum yang kita kenal, koleksi Museum Anatomi FKUI adalah barang-barang yang tergolong mengerikan dan menjijikan di mata orang awam.

Bahkan mungkin dapat membuat kita merinding atau tidak bisa tidur semalaman. Koleksi otak besar, jantung, hati, ginjal, dan janin manusia tersimpan di sini dalam stoples-stoples yang sudah diberi bahan pengawet. Ada lagi foto-foto korban pembunuhan dan mutilasi. Koleksi lain berupa reproduksi fosil manusia purba, wajah berbagai suku bangsa di Indonesia, dan anatomi bagian-bagian tubuh manusia. Museum Anatomi hanya dibuka untuk umum pada saat-saat tertentu, seperti dies natalis (perayaan ulang tahun) UI atau FKUI saja. Berbagai perguruan tinggi lain juga memiliki Museum Pendidikan. Misalnya berjenis-jenis batuan bumi ada di Fakultas Geologi ITB, berjenis-jenis tumbuhan ada di Fakultas Biologi IPB, dan berjenis-jenis peta ada di Fakultas Geografi UGM. Museum tidak harus berbentuk lembaga formal. Siapa saja boleh mendirikan museum, mengingat tujuan utama museum adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Untuk memperkenalkan museum sedini mungkin, tentu harus didirikan museum sekolah. Kehadiran museum sekolah justru penting karena selama ini boleh dikatakan belum ada sekolah-sekolah di Indonesia yang memiliki museum sendiri. Museum dalam skala kecil merupakan semacam laboratorium pendidikan bagi para guru dan murid. Seberapa pun luasnya ruangan, keberadaan museum bisa disesuaikan di dalamnya. Banyak hal bisa diisi dalam museum sekolah, misalnya foto kepala sekolah. Bisa pula guru teladan dan pelajar teladan. Foto bersama para murid yang dilakukan setiap tahun, bisa dijadikan koleksi museum dalam bentuk album.

Kalau sekolah tersebut berprestasi, seperti menjadi sekolah terbaik, tentu ada piala atau piagam penghargaan. Nah, ini bisa disimpan di dalam museum sekolah. Begitu juga piala-piala hasil berbagai perlombaan atau kejuaraan serta berbagai jenis seragam sekolah, tentu lengkap dengan topi, dasi, dan badge. Berbagai alat tulis, seperti pensil, penghapus, serutan, dan penggaris bisa pula menjadi koleksi museum sekolah. Pokoknya segala hal yang berhubungan dengan sekolah dan segala aktivitas belajar-mengajar, bisa mengisi museum sekolah. Di berbagai negara maju, museum sekolah banyak berdiri untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar, misalnya Jepang. Sebagai perbandingan, murid sekolah dengan bimbingan para guru secara periodik kerap mengunjungi museum-museum lokal. Terbukti mereka menjadi bangsa yang pintar berkat keberadaan museum dengan sarana pendukung guru dan buku. Di Jepang museum benar-benar diprioritaskan sebagai sarana pendidikan. Ini terlihat dari label-label koleksi yang hanya ditulis dalam huruf Kanji, tanpa terjemahan dalam bahasa Inggris. Bahkan beberapa museum mobil dilengkapi dengan kecanggihan teknologi. Tugas utama museum adalah di bidang pengadaan, pengawetan, penelitian, dan penyebaran informasi koleksi kepada masyarakat untuk tujuan pendidikan (edukasi) dan kesenangan (rekreasi). Karena itu museum bersifat rekreatif edukatif, dengan catatan faktor rekreatif lebih ditonjolkan namun tetap memperhatikan faktor edukatif. Meskipun dikatakan tidak mencari keuntungan, namun mengunjungi museum tetap harus membayar. Biaya termurah untuk memasuki sebuah museum sekitar Rp 500. Ada pula museum yang menggratiskan pengunjungnya, misalnya Museum Uang Bank Indonesia dan Museum Bank Mandiri. Keengganan masyarakat, terutama para pelajar/mahasiswa, belum memanfaatkan museum secara maksimal, disebabkan dunia pendidikan kita belum memprioritaskan museum sebagai sarana belajar. Di pihak lain, banyak daerah belum memiliki museum yang representatif, bahkan belum ada sama sekali. Ada berbagai alasan mengapa masyarakat enggan mengunjungi museum dan lebih mementingkan ke taman rekreasi.
Pertama, untuk mengunjungi museum masyarakat memerlukan bekal pengetahuan terlebih dulu jadi terasa berat, misalnya harus mencari informasi koleksi. Sebaliknya kunjungan ke taman rekreasi bersifat santai karena memang bersifat hura-hura, jadi terasa ringan.
Kedua, karena kondisi museum itu sendiri masih memprihatinkan. Misalnya saja koleksi yang kotor, informasi label yang terlalu minim, ruangan yang temaram, toilet yang jorok, dan berbagai fasilitas lain yang dianggap kurang memadai.
Sejak lama sejumlah museum di Indonesia dicanangkan berfungsi sebagai Museum Pendidikan. Museum Pendidikan didefinisikan sebagai museum yang tujuan utamanya untuk kepentingan studi atau riset para pelajar/mahasiswa. Juga dimaksudkan sebagai alat peraga atau pembantu utama bagi pendidikan formal di sekolah atau perguruan tinggi. Ada juga museum yang dijadikan sebagai sumber inspirasi, salah satunya adalah Museum Geologi yang memahami bahwa tema tersebut penting. Mengingat sumber daya yang dimiliki sebuah museum, khususna koleksi merupakan sebuah elemen yang dapat menciptakan inspirasi untuk membangun hubungan luas dalam bidang kebumian, baik edukasi, informasi, inventarisasi, potensi sumber daya alam dan konservas. Pengutamaan terhadap koleksi itulah yang membedakan museum dengan lembaga lainnya. Koleksi yang disimpan dan dirawat di sebuah museum adalah benda warisan alam dan budaya yang memiliki nilai penting bagi pendidikan dan penelitian sehingga keberadannya harus dilestarikan. Museum geologi sebagai museum khusus memiliki tugas mengkonservasi koleksi geologi secara umum. Contohnya, batuan/mineral dan fosil. Semetara yang terdapat di alam yang tidak mungkin dipindahkan ke museum, dapat dikonservasi ke tempat aslinya sebagai kawasan lindung atau museum alam.
"Selain memamerkan gajah blora, peringatan HUT 2014 ini disi dengan pameran tentang koleksi batu mulia (gemstone) yang unik dan langka. Batu tersebut diracik dengan sentuhan seni dan gaya penyajian yang berbeda dan diberi nama 'art rock' oleh pematung Rudi Crystal. Seni merupakan bagian dari metode penyajian koleksi dalam suatu pameran yang memberikan nuansa baru," jelas dia. Tak hanya itu, dalam rangkaian kegiatan dipamerkan juga kreasi batik dengan nuansa geologi yakni 'Geobatik' yang menampilkan gambaran tekstur sayatan mineral, batuan, dan fosil di atas kain. Edukasi bagi masyarakat dilakukan berupa kuliah umum yang diselenggarakan di auditorium Musemum Geologi. "Berbagai kegiatan ini diharapkan mampu menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya nilai koleksi museum yang merupakan warisan alam dan budaya yang harus dijaga kelestariannya," tutur dia.
Lebih jauh Sinung berharap koleksi museum mampu menjadikan inspirasi pengayaan intelektual bagi masyarakat sekaligus menciptakan kreasi-kreasi baru yang bermanfaat. Museum Geologi sendiri akan terus berkiprah dalam memasyarakatkan geologi untuk mewujudkan visi Badan Geologi KESDM, yakni geologi untuk perlindungan kesejahteraan masyarakat[3]
BAB X
MUSEUM DAN AUDIENS


A.      Pengertian dan Jenis Audiens
Yang dimaksud audiens disini ialah para pengunjung museum yang datang dengan tujuan tertentu baik yang datang secara sadar ataupun terpaksa karena penugasan,adapun pengunjung yang datang dengan tujuan rekreasi biasanya datang sengaja untuk melihat koleksi museum ataupun menjawab rasa keingintahuan tentang perjalanan sejarah daerah ataupun negaranya melalui benda benda yang menjadi saksi bisu sejarah. Adapun jenis audiens berdasarkan tujuannya dibagi menjadi 3 jenis ;
1.      Pengunjung rerkreasi
2.      Pengunjung kebutuhan pendidikan
3.      Pengunjung  khusus

B.       Peranan Audiens terhadap eksistensi museum
Dapat dipastikan bahwa kunjungan masyarakat ke suatu museum mempunyai maksud tertentu. Mereka pastinya didasari kepada keinginan atau motivasi tertentu sehingga mau mendatangi museum-museum. Masyarakat Indonesia dewasa ini  dapat dinyatakan masih berada dalam tahap transisi untuk dinamakan modern. Di kota-kota besar masyarakat telah mengenyam pendidikan yang lebih maju dan setidaknya mengerti guna suatu museum. Dalam pada itu sebagian masyarakat di pedesaan dan pelosok-pelosok Indonesia tentunya akan sulit jika harus berpikir tentang kedudukan dan peran museum di tengah masyarakat. Dengan demikian yang dimaksudkan sebagai masyarakat para pengunjung museum adalah masyarakat di kota-kota atau mereka yang telah terpelajar, walaupun tidak berasal dari tataran pendidikan tinggi. Keberadaan museum di suatu negara adalah keniscayaan, kehadirannya di tengah masyarakat sebenarnya sudah merupakan keharusan. Sebagai masyarakat negara yang mengembangkan dan menghargai pencapaian peradaban masa lalunya, museum mutlak harus ada. Selanjutnya apabila suatu museum telah resmi didirikan, tahapan berikut adalah apresiasi dari khalayak umum. Apabila tidak ada bentuk apresiasi, maka museum yang baru didirikan itu akan menjelma menjadi gudang penyimpanan benda-benda masa lalu saja. Bentuk apresiasi yang nyata bagi suatu museum adalah banyaknya kunjungan dari masyarakat ke museum, banyaknya kegiatan yang dilakukan masyarakat berkenaan dengan kedudukan museum, dan bermacam aktivitas masyarakat yang terkait dengan sesuatu museum.  Masyarakat merupakan organisme sosial yang dinamis, wujudnya pun bermacam-macam serta banyak kategori yang dapat dikenakan kepadanya. Dapat dinyatakan bahwa masyarakat pengunjung museum adalah salah satu segmen khusus masyarakat yang secara sadar atau tidak sadar mau mendatangi museum, karena kunjungan ke museum-museum di Indonesia masih belum banyak dilakukan oleh masyarakat. 
Suatu kajian terhadap pengunjung museum dapat dilakukan oleh pengelola museum sendiri ataupun oleh lembaga lain, atau juga oleh peneliti untuk keperluan studinya. Sebenarnya hasil dari kajian yang dilakukan terhadap masyarakat pengunjung museum dapat digunakan oleh pihak museum untuk mengembangkan museum dari berbagai aspeknya 
          
Dalam bagan I dapat dijelaskan bahwa masyarakat mengunjungi museum dalam rangka apresiasi terhadap museum tersebut. Dapat diartikan bahwa ketika masyarakat datang ke suatu museum secara sadar ataupun karena ada penugasan, maka bentuk kunjungan ke museum tersebut adalah sebagai bentuk penghargaan kepada lembaga museum. Sebaliknya hubungan museum dengan masyarakat lebih bersifat presentasi, yaitu menyajikan apa yang dikoleksinya untuk dinikmati oleh masyarakat. Agar penyajian itu lebih menarik maka perlu pula diketahui pendapat masyarakat pengunjung-nya. Demikianlah titik pangkal dari diadakannya suatu kajian terhadap pengunjung sebenarnya kelak bermuara kepada kepentingan museum. Hasil kajian itu dapat digunakan untuk meningkatkan mutu museum dalam pengertian yang seluas-luasnya.   
Masyarakat pengunjung museum sebenarnya dapat disamakan dengan konsumen yang memanfaatkan suatu produk, karena museum menghasilkan produk, yaitu sajian pameran yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Dalam hal ini pada dasarnya terjadi interaksi antara produk yang dihasilkan museum, masyakarat sebagai penikmatnya, dan pihak pengelola museum yang dapat dipandang sebagai penghasil produk tersebut.  Ketiganya tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya dalam suatu sistem pengembangan museum. Pengelola museum jelas bertanggung jawab terhadap produk yang dihasilkan oleh museumnya. Mereka adalah para konseptor, kurator, dan administrator yang harus mampu menghasilkan falsafah serta produk bermutu, menarik, dan mampu mengundang pengunjung. Sajian pameran sebagiannya adalah bentuk transformasi bukannya refleksi pemikiran dari para pengelola museum tersebut, selain daya tarik yang dimiliki oleh artefak yang dipamerkannya. Adapun pengunjung museum jelas adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan oleh suatu museum, sebagaimana telah dikemukakan bahwa museum tanpa pengunjung akan menjelma menjadi gudang barang antik dan unik saja. Maka apabila digambarkan kaitan ketiganya dapat dilihat dalam bagan interaksi tiga pihak pengembangan museum:

2         

 Setiap komponen yang berinteraksi tersebut dapat dibagi lagi secara garis besar, yaitu:
1.Pengelola Museum di Indonesia terdiri dari:a.Pemerintah, artinya pihak pemerintah yang menyelenggarakan suatu museum, baik pemerintah pusat, pemerintah propinsi, ataupun kabupaten. Termasuk ke dalam museum pemerintah adalah berbagai macam museum yang diselenggarakan oleh berbagai instansi pemerintahan lainnya.b.Swasta, artinya penyelenggara sesuatu museum adalah masyarakat di luar peran lembaga pemerintahan, museum jenis ini berdiri atas inisiatif perseorangan, lembaga swasta atau kelompok lainnya yang pembiayaannya didapatkan dari sumber keuangan di luar dana resmi pemerintah. 
2.Sajian Pameran sebagai produk adalah benda-benda yang dipamerkan di museum. Mengenai penataan pameran cukup banyak ragamnya dan merupakan kajian yang tersendiri pula. Dalam kesempatan ini dapat dinyatakan secara umum bahwa pameran tersebut ada dua cara, yaitu pameran dalam gedung dan pameran terbuka di luar gedung, sudah barang tentu cara penangannya berbeda pula. Hanya saja ciri utama dari produk yang dihasilkan oleh museum antara lain yang penting adalah:a.produk harus dimanfaatkan di tempatnya, artinya tidak bisa dibawa-bawa untuk dinikmati di sembarang tempat oleh konsumennya.b.produk bukan sesuatu yang dapat dipakai atau dikonsumsi, melainkan untuk keperluan kognisi memori.c.produk berkenaan dengan kemasalaluan dan dokumentasi pencapaian peradaban, bukan bersifat kekinian dan masa yang akan datang. 
3.Masyarakat Pengunjung sebagai konsumen merupakan hal yang penting dalam membuat sesuatu museum menjadi bermakna. Dalam hal masyarakat sebagai konsumen secara garis besar terdapat beberapa kategori sebagai berikut:a.Masyarakat pada umumnyab.Kaum intelektual penelitic.Tokoh masyarakat dan selebritisd.Pejabat resmi pemerintahanSebenarnya banyak segmen masyarakat yang datang berkunjung ke museum, namun untuk memudahkan kajian bagian-bagian masyarakat tersebut dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari empat kategori tersebut. Misalnya para pelajar dari tingkat SD sampai SMA dapat dimasukkan ke dalam masyarakat pada umumnya sehubungan dengan tingkat pengetahuannya tentang sesuatu yang masih dasar dan umum. Begitupun kalangan perguruan tinggi yang bukan dari bidang-bidang yang berkaitan dengan museum dan isi koleksinya, masih dapat digolongkan sebagai masyarakat pada umumnya.Kaum intelektual peneliti adalah mereka yang datang secara sadar ke museum untuk keperluan penelitiannya. Tentunya disiplin yang didalaminya atau dipelajarinya telah membawanya secara sadar ke museum. Mereka biasanya begitu kritis terhadap aspek-aspek tertentu dalam museum. Biasanya mereka mempunyai disiplin ilmu yang ada kaitannya secara langsung dengan koleksi museum atau permuseuman pada umumnya. Dalam pada itu tokoh masyarakat atau selebritis ialah orang-orang yang dikenal meluas dalam masyarakat karena kedudukannya, perannya, profesinya, dan lain-lain, namun bukan dari kalangan pemerintahan atau lembaga tinggi negara. Adapun pejabat resmi pemerintahan pun banyak macam, kedudukan, peranan, dan dari lembaga-lembaga berbeda, pada pokoknya adalah mereka yang sedang mengemban tugas resmi kenegaraan sebagai pejabat yang mempunyai pengaruh. Demikianlah dalam hal mengapresiasi museum setiap kategori pengunjung tersebut mempunyai opininya tersendiri yang berbeda-beda. Kajian terhadap opini yang berbeda itu menjadi penting bagi pengembangan sesuatu museum selanjutnya.  
C.     Perkembangan Museum dan Audiens di Indonesia
Umumnya peran museum di negara-negara maju sangat penting dalam memperkuat identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya. Kepedulian akan identitas masyarakat atau bangsa di negara maju terhadap perkembangan budaya beserta lingkungannya tercermin dari banyaknya minat orang untuk mengunjungi museum. Hal ini sangat kontras dengan kondisi di Indonesia. Persepsi masyarakat terhadap museum antara lain masih sebagai tempat penyimpanan benda benda kuno yang sudah tidak berfungsi lagi pada masa sekarang, sebagai tempat untuk mengenal sejarah melalui benda yang dihasilkan oleh suatu masyarakat, serta sebagai tempat untuk hiburan atau berwisata dilingkungan museum. Bahkan dapat dikatakan sebagian besar museum di Indonesia saat ini lebih mencerminkan kesan formal seperti layaknya gedung perkantoran yang tidak saja kotor, kusam dan seram, tetapi juga kurang terlihat kesan memiliki daya tarik untuk mengundang minat masyarakat atau wisatawan untuk berkunjung ke museum.
Lebih jauh lagi adalah sebagian besar museum di Indonesia dibangun atau dikembangkan baru sampai pada peran tidak lebih untuk mengumpulkan, meregistrasi,  mengkonservasi, dan menyimpan, belum sampai pada tahap menginformasikan dan memamerkan untuk kepentingan pemahaman dan apresiasi komunitas masyarakat sekelilingnya. Sehingga sangat disayangkan apabila museum sebagai jendela budaya dikembangkan, dikelola dan dinikmati hanya untuk dirinya sendiri.  Yang menyedihkan, museum hingga saat ini belum memperlihatkan orientasi memberikan manfaat kepada para pemangku kepentingan lintas sektor dan disiplin misalnya pemerintah, swasta dan masyarakat atau komunitas termasuk para pengunjung yang bergerak antara lain di bidang pendidikan, kebudayaan, pariwisata, ekonomi, pemasaran, dan bahkan dalam pengelolaannya belum menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang.
 Secara umum perkembangan museum di Indonesia adalah:
1.      Baru sampai pada peran tidak lebih untuk mengumpulkan, meregistrasi,  mengkonservasi, dan menyimpan, belum sampai pada tahap menginformasikan dan memamerkan untuk kepentingan pemahaman dan apresiasi komunitas masyarakat sekelilingnya.
2.      Museum hingga saat ini belum memperlihatkan orientasi memberikan manfaat kepada para pemangku kepentingan lintas sektor dan disiplin misalnya pemerintah, swasta dan masyarakat atau komunitas termasuk para pengunjung
3.      Pengelolaan museum belum menyesuaikan dengan kemajuan bidang dan ilmu pengetahuan teknologi lainnya.

Selama ini kebanyakan masyarakat indonesia memandang museum sebagai tempat yang kurang menarik untuk dikunjungi. Salah satu penyebab utamanya adalah mereka juga tidak memberikan apersisi yang lebih tinggi terhadap kebaradaan suatu musium. Banyak masyarakat yang punya pendapat jika musium hanya dijadikan tempat untuk menyimpan benda kuno saja.  Bahkan yang lebih parah lagi ada sebagian orang yang menghubungkan keberadaan benda kuno yang sebebnarnya punya nilai sejarah tinggi itu dengan hal-hal lain yang berkaitan dengan dunia gaib atau klenik akibatnya adlah muncul prasangkaapabila mengunjungi musium itu merupakan hal yang tidak punya manfaat bahkan bertentangan dengan ajaran agama tertentu. Pola pemikiran inilah yang menjadikan musium makin sepi dari pengunjung. Pengelolaan museum yang ada di Indonesia juga kurang bagus dibandingkan dengan musium yang ada dieropa sana. Meski sebenarnya punya benda koleksi yang sangat lengkap. Namun karena itu tidak dikelola dengan baik akibatnya musium tersebut kurang mempunyai daya tarik yang lebih tinggi penglola kurang berani melakukan terobosan baru sebab terkendala oleh aturan birokrasi yang begitu rumit. Beberapa kondisi inilah yang menyebabkan perkembangan musium diindonesia kalah maju jika dibandingkan dengan perkembangan musium dieropa. Tapi apabila masyarakat mau memberi apersiasi yang lebih tinggi dan berhasil menghilangkan stigma yang kurang bagus pada museum tentu kita bis mengejar ketertinggalan tersebut.
Berbeda dengan museum di Eropa, hampir semua  orang eropa memandang bahwa museum itu merupakan suatu tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Penduduk disana punya apresiasi yang sangat tinggi terhadap keberadaan suatu museum. Banyak masyarakat yang punya pendapat jika museum hanya dijadkan tempat untuk meyimpan benda kuno saja tapi juga sebagai media untuk mempelajari kehidupan yang telah terjadi pada masa lalu dan berbagai macam ilmu pengetahuan lainya. Selain itu kebanyakan musium dieropa punya benda koleksi yang lebih fariatif dan menarik. Bahkan pengelola musium terus berusaha mencari terobosan baru agar pengunjung tidak merasa bosan untuk datang ke musium tersebut misalnya tat ruang yang selalu dirubah dalam jangka waktu tertentu. Hal ini lah yang menyebabkan perkembangan museum di eropa lebih bagus dan bisa menjadi obyek wisata yang menarik.

D.    Usaha Evaluasi Untuk Menarik Minat Audiens
Idealnya, museum dapat berfungsi secara optimal sebagai fasilitas publik yang menunjang proses pembelajaran. Namun, kenyataan belum menunjukkan keadaan yang diharapkan. Untuk itu, dibutuhkan evaluasi untuk memperbaiki fungsi museum dan menarik pengunjung. Beberapa cara yang dapat ditempuh diantaranya:

1. Lakukan kegiatan interaktif dan menghibur

Pengemasan program kunjungan yang menarik akan menumbuhkan minat pengunjung untuk memasuki museum, misalnya dengan menyediakan photo booth dan maskot museum untuk mengabadikan momen pengunjung yang pernah mengunjungi museum, menyediakan mini store yang menyediakan souvenir-souvenir museum, mengadakan event tertentu dengan menggunakan unsur-unsur yang terdapat di dalam museum dan menciptakan tema-tema yang berubah pada hari-hari tertentu.

2. Promosi Secara Efektif

Promosi merupakan kunci utama dalam menarik pengunjung. Banyak sekali cara promosi yang dapat dilakukan, tergantung target pemasaran. Misalnya, untuk membidik target remaja,  promosi dapat dilakukan melalui jejaring sosial seperti twitter, facebook, hello dan sebagainya. Pihak museum juga dapat mengadakan pemilihan teen ambassador of museum dari kalangan pelajar, sehingga dapat menarik minat para remaja berprestasi dan populer yang menjadi inspirasi untuk remaja-remaja lainnya. Apabila sasarannya adalah pelajar SD atau SMP, pihak museum dapat mengundang sekolah-sekolah tersebut untuk mengunjungi museum secara kolektif dan melakukan sosialisasi museum ke sekolah-sekolah melalui ambassador yang telah terpilih. Selain itu, promosi juga dapat dilakukan di tempat-tempat umum seperti mall untuk menjangkau target sasaran yang lebih luas, misalnya keluarga.

3. Perhatian Terhadap Kebersihan dan Penyajian Barang Koleksi

Untuk menghilangkan kesan suram, usang, dan menyeramkan, kebersihan museum harus dijaga. Sirkulasi udara dan fasilitas seperti toilet, tempat duduk, dan tempat ibadah juga harus diperhatikan. Penataan barang pajangan juga harus ditata sedemikian rupa sehingga enak dipandang. Penataan tersebut juga dapat dipindah atau diubah secara berkala dalam periode waktu tertentu sehingga tidak membosankan. Akan lebih menarik lagi jika penataan diatur menurut waktu sehingga menjadi sebuah alur cerita. Dengan begitu, benda-benda yang dipajang dapat lebih dimaknai, bukan hanya dianggap sebagai benda mati tak berarti.

4. Merekrut Tenaga yang Ahli Dibidangnya

Pihak pengelola museum harus memilki kemampuan di bidangnya, sehingga pekerjaan yang dijalani dapat berhasil baik, terutama tour guide yang mendampingi pengunjung untuk memberikan informasi atas segala sesuatu yang dipamerkan di museum. Guide tersebut harus menguasai segala sesuatu yang berkaitan dengan museum, sehingga informasi yang disampaikan benar dan valid.

5. Jalin Hubungan Baik

Museum tidak akan berkembang apabila hanya berdiri secara mandiri dan tidak menjalin hubungan dengan pihak lain. Dengan menjalin hubungan yang bersinergi bersama Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan sebagainya, program-program yang diadakan museum akan mudah mendapatkan dukungan sehingga berjalan sukses dan lancar.












DAFTAR PUSTAKA

Kabar Masa Silam. 2012.Sejarah dan Perkembangan Museum. Dari [http://kabarmasasilam.blogspot.com/2012/11/sejarah-dan-perkembangan-museum.html] (Diakses 18:26, 24 april 2014)
Wikipidia. 2014.Museum. Dari [http://id.wikipedia.org/wiki/museum] (Diakses 20:12, 24 April2014)
Sutaarga,  M.  Amir,1989  Pedoman  Penyelenggaraan  dan  Pengelolaan  Museum.  Jakarta.
Herman.V.J.  1981.  Pedoman Konservasi Koleksi Museum.  Jakarta, Direktorat  Permuseuman Ditjen Kebudayaan 

Hamzuri. 1997. Dokumentasi  dan Penyimpanan Data.  Jakarta, Direktorat  Permuseuman 

http://pekerjamuseum.blogspot.com/2012/08/pemasaran-museum.html. (di unduh pada pukul 10.34 WIB tanggal 27 Maret 2014)

Suwati Kartiwa, Pemasaran Museum, ceramah yang diadakan di museum nasional pada bulan Maret 2005.
Mclean, Fiona; Marketing the Museum, Routledge, London and New York, 1997.

Kevin (Ed.). 2000. Museum Management, Leichester Readers in Museum.                                     Studies, routledge. London, pp. 232-248

Anonim a. 2011. Pengertian dan Fungsi Museum.
              http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com/2011/08/museum-di-         indonesia.html. Diakses pada Selasa, 1 Maret 2014.

Roby Ardiwidjaja. Pandangan Masyarakat Terhadap Museum.                     http://www.academia.edu/4877338/Perspektif_Masyarakat_Terhadap_M useum. Diakses pada Selasa, 1 Maret 2014.

Kompas. Publikasi Museuum, 2009.   http://nasional.kompas.com/read/2009/04/09/13230768/minim.publikasi.              museum. Diakses pada Selasa, 1 Maret 2014.

Isman Pratama Nasution.  2014.  Penelitian Pengunjung Terhadap Museum.              http://ruslanabdullah61.wordpress.com/2014/03/16/instrumen-penelitian-  pengunjung-museum/. Diakses pada Selasa, 1 Maret 2014.

Anonim d. 2010. Marketing Museum.
              http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/237 3/Bab%201.pdf?sequence=9. Diakses pada Rabu, 2 Maret 2014.

Muhamad zakia,2011,jenis-jenis museum, diakses pada http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com/2011/08/museum-di-indonesia.html,         9 Mei 2014, pukul 13.04.
Siti Khoirnafiya,2012, Peran Museum Bagi Masa Saat Ini, diakses pada   http://museumku.wordpress.com/2012/01/16/peranan-museum-bagi-masyarakat-masa-kini/ 9 Mei 2014 pukuk 13.01.
Cosmo,2011, museum untu persatuan dalam perbedaan, diakses  padahttp://museumku.wordpress.com/sejarah-museum/, 9 Mei 2014, pukul 13.04.
Wordpress.2012.museum audiences. Diakses pada
13.00









[1] “Ade Muhlis”, Mengenal Museum, diakses pada http://budayaindonesiasatu.blogspot.com/2014/04/mengenal-museum-di-indonesia.html, 9 Mei 2014 pukul 13.04.

[2]“Siti Khoirnafiya”, Peran Museum Bagi Masa Saat Ini, diakses pada http://museumku.wordpress.com/2012/01/16/peranan-museum-bagi-masyarakat-masa-kini/ 9 Mei 2014 pukuk 13.13.

[3] “Siti Khoirnafiya”, Peran Museum Bagi Masa Saat Ini, diakses pada http://museumku.wordpress.com/2012/01/16/peranan-museum-bagi-masyarakat-masa-kini/ 9 Mei 2014 pukuk 13.01.


3 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus